Penemuanalat dialisis untuk pasien penderita gagal ginjal. -3. Penemuan pupuk sintetis yang dapat meningkatkan hasil pertanian. -4. Penemuan rumus molekul DNA sehingga membantu proses kloning. -5. Penemuan jenis pestisida yang tepat untuk membasmi serangan hama Peran ilmu kimia di bidang pertanian ditunjukkan oleh nomor .INTERAKSI ANTARA MIKROBIOTA USUS DAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH MANUSIA Fitri Elizabrth Br Hasibuan dan Beivy Jonathan Kolondam ABSTRAK Sejumlah besar mikrobiota yang menghuni sistem pencernaan manusia memiliki peran penting dengan sistem kekebalan tubuh. Mikrobiota ini melaksanakan fungsi penting untuk fisiologi inang. Dalam tubuh manusia terdapat sekitar 10-100 triliun mikrobiota. Jumlah mikrobioma pada manusia paling banyak terdapat di usus, yaitu sekitar 100 triliun sel-sel mikrobiota yang terdiri dari spesies berbeda. Mikrobiota adalah seluruh mikroba yang hidup di tubuh manusia yang terdiri dari bakteri, archae, virus, dan jamur yang pada umumnya hidup di setiap bagian tubuh manusia seperi kulit, vagina, hidung dan mulut. Bakteri pada mikrobioma manusia memiliki peran pada imunitas, nutrisi, dan perkembangan manusia. Di sini ditinjau tentang interaksi antara koloni mikroba dan sistem kekebalan tubuh dan implikasi dari temuan ini bagi kesehatan manusia. Kata-kata kunci mikrobiota usus, sistem kekebalan tubuh, interaksi, bakteria. INTERACTION BETWEEN GUT MICROBIOTA AND THE HUMAN IMMUNE SYSTEM ABSTRACT Most of the gut microbiota has important role in human immune system. These microbiota conducts important function for host physiology. The microbiota in the human body can range around 10 to 100 billion in number which contained 1,000 different species. Microbiota are the whole microbes living in human body such as bacteria, archaea, virus, and fungi, located on the skin or inside the vagina, nose and mouth. Bacteria in human microbiome has important roles in nutrition, immunity, and human development. This article discussed about interaction of microbes and immune system along with the implication of the interaction for human health. Keywords Gut microbiota, immune system, interaction, bacteria Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free INTERAKSI ANTARA MIKROBIOTA USUS DAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH MANUSIA Fitri Elizabrth Br Hasibuan1 dan Beivy Jonathan Kolondam1 1 Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado 95115 E-mail fitrielizabeth19 ABSTRAK Sejumlah besar mikrobiota yang menghuni sistem pencernaan manusia memiliki peran penting dengan sistem kekebalan tubuh. Mikrobiota ini melaksanakan fungsi penting untuk fisiologi inang. Dalam tubuh manusia terdapat sekitar 10-100 triliun mikrobiota. Jumlah mikrobioma pada manusia paling banyak terdapat di usus, yaitu sekitar 100 triliun sel-sel mikrobiota yang terdiri dari spesies berbeda. Mikrobiota adalah seluruh mikroba yang hidup di tubuh manusia yang terdiri dari bakteri, archae, virus, dan jamur yang pada umumnya hidup di setiap bagian tubuh manusia seperi kulit, vagina, hidung dan mulut. Bakteri pada mikrobioma manusia memiliki peran pada imunitas, nutrisi, dan perkembangan manusia. Di sini ditinjau tentang interaksi antara koloni mikroba dan sistem kekebalan tubuh dan implikasi dari temuan ini bagi kesehatan manusia. Kata-kata kunci mikrobiota usus, sistem kekebalan tubuh, interaksi, bakteria. INTERACTION BETWEEN GUT MICROBIOTA AND THE HUMAN IMMUNE SYSTEM ABSTRACT Most of the gut microbiota has important role in human immune system. These microbiota conducts important function for host physiology. The microbiota in the human body can range around 10 to 100 billion in number which contained 1,000 different species. Microbiota are the whole microbes living in human body such as bacteria, archaea, virus, and fungi, located on the skin or inside the vagina, nose and mouth. Bacteria in human microbiome has important roles in nutrition, immunity, and human development. This article discussed about interaction of microbes and immune system along with the implication of the interaction for human health. Keywords Gut microbiota, immune system, interaction, bacteria PENDAHULUAN Sistem gastrointestinal manusia adalah rumah dari sebagian besar mikroba seperti mikrobiota usus. Usus manusia memiliki sekitar 100 triliun sel-sel mikrobiota yang terdiri dari spesies yang berbeda. Mikrobiota merupakan suatu kumpulan yang kompleks dari bakteri, archae, virus, dan jamur yang pada umumnya hidup di setiap bagian tubuh manusia seperi kulit, vagina, hidung dan mulut. Mikrobioma yang berasosiasi dengan manusia disebut mikrobiota, namun penggunaan kata “mikrobioma” dan “mikrobiota” sering digunakan bersamaan. Jumlah mikrobioma pada manusia paling banyak terdapat di usus Dietert, 2015. Bakteri pada mikrobioma manusia memiliki peran pada imunitas, nutrisi, dan perkembangan manusia. Hasil penelitian mengatakan, microbioma atau mikrobiota kumpulan bakteri pada setiap orang berbeda sebagai akibat dari efek diet, gaya hidup, dan sumber bakteri di masa kecil Prakash et al.,2011. Mikrobioma berperan pada pengaturan proses biologis dan fisiologis tubuh. Adanya disfungsi sistem imun dan kesalahan regulasi inflamasi merupakan penyebab non-communicable disease and conditions NCDs. Selain itu, gangguan pada mikrobioma dapat meningkatkan risiko infeksi Dietert, 2015. Dalam saluran gastrointestinal juga ditemukan sejumlah besar mikroorganisme mikroflora yang dalam keadaan eubiosis status seimbang antar populasi bakteri di dalam saluran 36 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 17 No. 1, April 2017 gastrointestinal mampu menjalankan berbagai fungsi penting yang bermuara pada menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dalam kondisi dysbiosis kondisi ketidakseimbangan antar populasi mikroflora dalam saluran gastrointestinal, kondisi disfungsi mikroflora gastrointestinal, mikroflora tersebut dapat menyebabkan munculnya berbagai gangguan kesehatan Rolfe, 2000. Ini berarti, agar tetap sehat maka keseimbangan populasi mikroflora gastrointestinal harus terjaga. Sejumlah besar mikroorganisme yang menghuni permukaan tubuh mamalia memiliki hubungan yang sangat berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Meskipun banyak dari mikroba ini melaksanakan fungsi yang sangat penting untuk fisiologi inang, mereka tetap menimbulkan ancaman sebagai patogen bagi tubuh. Sistem kekebalan tubuh manusia memainkan peran penting dalam mempertahankan homeostasis dengan mikrobiota, sehingga memastikan bahwa hubungan mutualisme dengan inang dapat dipertahankan. Pada waktu yang bersamaan, mikrobiota dapat membentuk sistem kekebalan manusia. Oleh karena itu, paradigma baru mengemukakan bahwa sistem kekebalan tubuh telah berkembang untuk mengakomodasi kolonisasi dari mikrobiota simbiosis yang bertambah kompleks namun tetap mempertahankan kapasitas untuk melawan patogen. Bagaimana koloni bakteri dari usus dapat mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari sistem imun menjadi pusat pembelajaran yang menarik Hooper et al., 2012. Di sini, kami membahas prinsip-prinsip yang mengatur hubungan interaksi antara mikrobiota usus dan sistem kekebalan tubuh inang, baik dalam kesehatan dan penyakit. Mikrobiota di Awal Perkembangan Collado et al. 2006 menyatakan bahwa pencegahan NCDs dapat dilakukan dengan memperhatikan mikrobioma sejak awal kehidupan. Sistem gastrointestinal bayi akan memberikan lingkungan baru bagi kolonisasi mikroba. Mikrobiota bayi yang dilahirkan dengan persalinan normal memiliki kemiripan dengan mikrobiota di vagina ibunya pada 20 menit awal kehidupan. Spesies mikrobiota yang ditemukan ialah Lactobacillus sp. dan Prevotella sp. Terdapat perbedaan antara spesies mikrobiota bayi yang dilahirkan dengan persalinan normal dan operasi sesar. Mikrobiota pada bayi yang dilahirkan secara sesar yaitu Clostridium sp., Staphylococcus sp., Propionobacteriu sp., dan Corynebacterium sp. Gritz, 2015. Mikrobioma di saluran gastrointestinal bayi yang baru lahir akan serupa dengan mikrobioma orang dewasa selama tahun pertama kehidupannya. Seiring dengan pertambahan usia akan terjadi perubahan mikrobioma karena dipengaruhi oleh ASI, demam, pengenalan terhadap makanan pendamping ASI, dan penggunaan antibiotik Ursell et al., 2012. Terdapat perbedaan jenis mikroba pada bayi yang mendapatkan ASI dengan yang mendapatkan susu formula. Perkembangan pada periode perinatal merupakan masa yang penting karena terjadi modifikasi yang mempengaruhi sistem imun dan penyakit yang berhubungan dengan inflamasi. Perkembangan mikrobioma diawali dengan transmisi secara vertikal dari mikrobiota maternal. Kolonisasi mikrobioma di mukosa sistem pencernaan, sistem pernapasan, saluran urogenital, dan kulit dipengaruhi oleh waktu pajanan dengan mikrobiota maternal. Lingkungan di dalam uterus bersifat steril, sehingga tidak terjadi kolonisasi mikroba tetapi, kolonisasi mikroba dapat terjadi sebelum persalinan. Kolonisasi mikroba terjadi karena telah terpajannya janin dengan plasenta dan meconium Gritz dan Bhadhari, 2015. Di plasenta terdapat berbagai mikrobiota seperti Firnicutes, Tenericutes, Proteobacteria, Bacteroidetes, dan Fusobacteriaphyla. Mikrobiota tersebut sama dengan mikrobiota yang terdapat di mulut manusia. Pada minggu pertama awal kehidupan, kolonisasi mikrobiota di usus dipenuhi oleh Actinobacteria, Proteobacteria, Bacteroidetes, dan Firmicutes. Mikroba yang terdapat di meconium sama dengan mikroba di cairan amnion karena ketika sistem saraf janin mulai berkembang, janin dapat menelan cairan amnion. Oleh karena itu, lingkungan usus janin dapat menjadi tempat kolonisasi mikroba sehingga tidak steril Sudarmono, 2016. Hasibuan dan Kolondam Interaksi Antara Mikrobiota Usus dan ……………… 37 Gambar 1. Mikrobiota usus dalam perkembangan dan penyakit. Pengaruh dari mikrobiota usus terhadap kesehatan manusia adalah berkelanjutan dari lahir hingga dewasa. Faktor lingkungan, faktor nutrisi, dan faktor telah dilibatkan dalam perkembangan untuk simbiosis dari kesehatan usus dan mikrobiota Nicholson et al., 2012. Menariknya, setiap perubahan makanan diikuti dengan perubahan pada mikrobiota pencernaan dan peningkatan ekspresi gen. Sebagai contoh, pada bayi yang mulai mengenal makanan dewasa, ekspresi gen mikrobioma terkait biosintesis vitamin dan pencernaan polisakarida meningkat. Dengan demikian, interaksi antara mikrobiota manusia dan lingkungan menjadi amat dinamis Ursell et al., 2012. Peran Mikrobiota Bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia merupakan koloni bakteri yang bermanfaat. Peran mikrobioma adalah membantu mencerna makanan, mengatur sistem imun, dan perlindungan terhadap bakteri pathogen. Mikrobioma berada di kulit, sistem gastrointestinal, saluran napas, dan saluran urogenital; saluran yang berhubungan langsung dengan dunia luar sehingga dapat terpajan langsung oleh faktor eksternal, seperti makanan, udara, dan obat-obatan. Setiap individu memiliki respons berbeda pada metabolisme mikrobioma Dietert, 2015. Tanpa mikrobiota usus, tubuh manusia tidak akan mampu memanfaatkan beberapa karbohidrat yang belum tercerna untuk mengkonsumsi, karena beberapa jenis mikrobiota usus memiliki enzim dimana sel-sel manusia tidak mampu untuk memecahkannya khususnya polisakarida Clarke et al., 2014. Bakteri mengubah karbohidrat dengan cara berfermentasi menjadi asam lemak rantai pendek SCFAs disebut fermentasi sakarolitik. Produknya meliputi asam asetat, asam propionat, dan asam butirat. Produkini dapat digunakan oleh sel inang, menyediakan sumber utama energi dan nutrisi bagi manusia, serta membantu tubuh menyerap mineral penting seperti kalsium, magnesium, dan zat besi Gibson dan Glenn, 2004. Gas dan asam organik seperti asam laktat juga diproduksi oleh fermentasi sakarolitik Guarner dan Malagelada, 2003. Asam asetat digunakan oleh otot, asam propionat membantu hati menghasilkan ATP, dan asam butirat memberikan energi untuk sel usus dan dapat mencegah kanker Beaugerie et al., 2004. Bukti lain yang menunjukkan bahwa bakteri meningkatkan penyerapan dan penyimpanan lipid kemudian memfasilitasi tubuh untuk menyerap vitamin 38 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 17 No. 1, April 2017 yang diperlukan seperti vitamin K Sears, 2005 . Mikrobiota juga mensintesis vitamin seperti biotin dan folat dan membantu penyerapan unsur makanan termasuk magnesium, kalsium dan zat besi O'Hara, 2006. Archae seperti Methanobrevibacter smithii terlibat dalam pemindahan produk akhir fermentasi bakteri seperti hidrogen Sherwood et al., 2013. Disfungsi mikrobioma dapat menimbulkan penyakit seperti penyakit autoimun diabetes, rheumatoid arthritis, distrofi otot, multiple sclerosis, dan fibromialgia. Akumulasi mikroba penyebab penyakit akanmenyebabkan perubahan aktivitas gen dan metabolik. Akibat perubahan tersebut adalah abnormalitas sistem imun, sehingga akanmenyerang zat dan jaringan yang pada keadaan normal terdapat di dalam tubuh Ursell et al., 2012. Penghalang Usus Pada dasarnya, interaksi spasial antara mikrobiota dan sistem kekebalan usus dapat dibagi menjadi tiga lapisan. Lapisan pertama, menghadap ke lumen usus, terdiri terutama oleh lendir dan dapat dibagi menjadi dua sub-lapisan sublapisan luar, kurang padat, sangat dijajah oleh mikrobiota, sedangkan lapisan mukosa bagian dalam terdiri dari konsentrasi tinggi antimikroba bakterisida peptida AMP dan sekretori IgA SIgA khusus untuk mikroorganisme yang menguntungkan. Lapisan kedua terdiri dari lapisan tunggal dari sel epitel usus IECs yang berhubungan dengan lamina propria LP di permukaan basolateral dan dengan lapisan mukosa pada permukaan apikal. IEC yang disusun oleh beberapa jenis sel, seperti sel-sel goblet yang menghasilkan musin membentuk lendir; enterosit serap dan sel enteroendokrin, baik memproduksi cholecystokinin dan ghrelin yang mengatur nafsu makan;sel Paneth, produsen terkemuka AMP; dan sel M, yang terlibat dalam menangkap antigen untuk menyajikan mereka untuk sistem kekebalan tubuh Collins et al., 2012; Johansson, 2014. IECs memiliki peran yang sangat penting dalam memisahkan organ-organ tubuh dari lingkungan luar melalui pembentukan persimpangan ketat dan sekresi lendir dan AMP seperti defensin, lysozymes, cathelicidins, fosfolipase-A2, dan C-jenis lektin Goto dan Ivanov, 2013. Selanjutnya, ECs mengekspresikan reseptor pengenalan pola PRRS, yang meliputi reseptor Toll-like TLR, reseptor Nod-seperti NLRs, dan Rig-I sseperti reseptor Lavelle et al., 2010. Sebuah jenis sel yang sangat penting hadir dalam lapisan IECs adalah sel M. Sel-sel ini bekerja secara langsung dengan sistem kekebalan tubuh, sampling antigen dari lumen dan membawa mereka dengan cara searah untuk antigen sel presentasi lokal di bawah epitel Goto dan Ivanov, 2013. Sel enteroendokrin juga bertindak dalam perlindungan penghalang usus dengan memproduksi enteroendokrin peptida glukagon-like peptide-2 GLP-2, yang diatur oleh status gizi inang, seperti rantai pendek produksi asam lemak. Karakteristik utama dalam fungsi penghalang usus GLP-2 yang merangsang usus proliferasi sel epitel; meningkatkan ekspresi usus protein persimpangan ketat; dan mengatur sistem kekebalan tubuh bawaan dengan mengontrol ekspresi peptida antimikroba yang diproduksi oleh sel Paneth Cani et al., 2013. Lapisan ketiga, di bawah IECs, dibentuk oleh lamina propria dan mesenterium. Unsur-unsur sistem kekebalan tubuh gut-associated lymphoid tissue GALT berada dalam lapisan ini. Di lamina propria, terisolasi limfoid folikel dewasa ILFs, yang terbentuk dari patch crypt prenatal dan patch Peyer PPs, dapat ditemukan. Microbe-associated molecular patterns MAMPs yang berasal dari koloni bakteri dirasakan oleh PRRS di IECs atau sel dendritik DC yang merekrut dan mengaktifkan T dan sel B di di bawah IECs, menerima antigen melalui sel-sel M dan meneruskannya ke DC, yang berinteraksi dengan sel T dan B. Dalam PP dan ILFs ada beberapa sel plasma yang biasanya memproduksi dan melepaskan IgA Kamada et al., 2013. Hasibuan dan Kolondam Interaksi Antara Mikrobiota Usus dan ……………… 39 Gambar 2. Penghalang usus dan perubahannya selama pathogenesis oleh GVHD Heidegger et al., 2014 Interaksi Mikrobiota dan Sistem Imun Usus Interaksi fungsional antara mikrobiota dan sistem kekebalan usus dimulai dengan bakteri komensal yang mempromosikan lingkungan anti-inflamasi Gambar 3. Dalam konteks simbiosis, MAMPs terus merangsang IECs untuk mengeluarkan regenerasi γ REGIII ke lumen, thymus stroma lymphopoietin TSLP, IL-33, IL-25, dan pertumbuhan tumor factor β TGF-β di bawah epitel. Mediator imunologi mendorong perkembangan makrofag tolerogenic dan DC tolerogenic Maynard et al., 2012. DC tolerogenic menghasilkan TGF- β dan asam retinoat RA yang merangsang perkembangan sel-sel peraturan T. Dengan demikian, melalui sel-sel Treg yang menggunakan mekanisme beragam regulasi, makrofag yang menghasilkan IL-10, dan DC tolerogenik, sistem kekebalan usus mampu membangun dan memelihara lingkungan anti-inflamasi. Selain peran regulasi penting dari TGF- β, sitokin ini dikaitkan dengan zat epitel yang diturunkan lainnya seperti sel B activating factor BAFF dan proliferasi-inducing ligand Aprill, dalam rangka mendorong pengembangan IgA- memproduksi sel sel plasma Fagarasan et al., 2010.Immunoglobulin ini mampu mencegah pengikatan bakteri komensal pada epitel inang dan dengan demikian terlibat dalam pembentukan usus mikrobiota Macpherson et al., 2012. Dalam konteks dysbiosis, kehadiran patogen dapat mengganggu lingkungan anti-inflamasi diatur ini. Ketika patogen enterik mengatasi bakteri komensal, ketidakseimbangan antara komensal dan bakteri patogen menyebabkan pembebasan yang signifikan dari MAMPs. Peningkatan MAMPs ini dapat menginduksi IECs, DC diaktifkan, dan makrofag untuk mengeluarkan sitokin inflamasi seperti IL-1 β, IL-6, IL-12, dan ini merangsang perkembangan efektor CD4 + T helper 1 TH1 sel dan sel TH17 yang memproduksi IL-17A, IL-17F, dan IL-22 yang mengakibatkan peradangan kronis Maynard et al., 2012. Dalam konteks ini, IL-22 sitokin memiliki peran penting. Molekul ini, diproduksi oleh sel TH17 dan oleh sel kekebalan bawaan seperti NK-sel dan sel γδ T, bertindak pada sel-sel epitel usus dengan menginduksi ekspresi beberapa AMP sebagai γ REGIII dan β REGIII yang secara langsung mempengaruhi mikrobiota. Menariknya, sel proinflamasi diaktifkan tampaknya bekerja baik dalam simbiosis dan dysbiosis; Namun, 40 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 17 No. 1, April 2017 dalam kasus simbiosis, sel-sel proinflamasi yang dikendalikan dengan mekanisme pengaturan DC tolerogenic dan makrofag dan sel peraturan T dan berkontribusi dengan melepaskan IL-22, yang mempromosikan produksiγ REGIII oleh IECs dan membantu untuk melindungi barrier epitel Maynard et al., 2012. Meskipun mekanisme yang dijelaskan di atas sudah diketahui dengan pastidengan didukung berbagai publikasi, banyak aspek dari hubungan mikroba dan sistem kekebalan tubuh yang masih harus dijelaskan. Selain itu, studi terbaru telah menambahkan bukti lebih lanjut yang menunjukkan bagaimana mikrobiota dan sistem kekebalan tubuh dapat berinteraksi untuk mempertahankan homeostasis. Bukti-bukti baru tentang Mikrobiota Usus dan Sistem Kekebalan Studi terbaru lainnya telah membahas interaksi antara mikrobiota usus dan sistem kekebalan tubuh. Interaksi ini mungkin terkait dengan menjaga keseimbangan antara mikrobiota usus dan sistem sumbu kekebalan tubuh, baik lokal dan sistemik. Masahata et al. 2014 menunjukkan adanya hubungan antara sel-sel sekresi-IgA dan komposisi mikrobiota. Dalam penelitian ini, menafsirkan pentingnya hubungan usus buntu dengan jaringan limfoid di IgA dalam mensekresi generasi sel dari tikus yang bebas bakteri dan tikus yang diserang bakteri usus buntu. Penelitian ini menemukan penurunan sel IgA yang mensekresi di usus besar, serta penurunan tingkat IgA di feses. Bersamaan dengan itu, terlihat penurunan yang signifikan dalam jumlah spesies bakteri feses pada tikus yang terkena usus buntu. Namun menariknya, perbedaan-perbedaan dari jumlah sel sekresi-IgA dan koloni bakteri menghilang setelah delapan minggu penjajahan. Normalisasi pada sel sekresi-IgA di kolon berkorelasi dengan peningkatan dan pembesaran jaringan limfoid usus. Dengan demikian, hasil ini menunjukkan bahwa sel-sel sekresi-IgA terlibat dalam pemeliharaan homeostasis mikroba dalam ususbesar dan berkontribusi untuk membentuk koloni mikroba normal. Beberapa penelitian lain mencoba untuk mengidentifikasi metabolit dari mikrobiota dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan homeostasis. Dalam konteks ini, Smith et al. 2013 menunjukkan bahwa tikus yang bebas bakteri memiliki penurunan yang signifikan pada konsentrasi tiga jenis yang paling melimpah dari asam lemak rantai pendek SCFA asam asetat, asam propionat, dan asam butirat menunjukkan hubungan antara molekul-molekul dan kekebalan masalah yang dihadapi oleh jenis tikus. Untuk memperjelas pertanyaan ini, tikus bebas bakteri diobati dengan SCFA individual atau dalam kombinasi selama 3 minggu. Seperti yang diharapkan, tikus ini menunjukkan peningkatan frekuensi dan jumlah sel Treg kolon, yang tidak terjadi dengan TH1 atau TH17 sel. Perlakuan SCFA juga mampu menginduksi peningkatan FoxP3 dan IL-10 ekspresi gen dan IL-10 produksi, menunjukkan bahwa SCFA dapat menginduksi khusus +IL-10-memproduksi sel Treg FoxP3. Selain itu, pengobatan SCFA mampu juga untuk mengurangi gejala T sel model-transfer kolitis. Secara kolektif, hasil ini menunjukkan bahwa SCFA memainkan peran penting dalam mempertahankan homeostasis melalui sel-sel Treg. Perubahan fungsi penghalang gastrointestinal, yang disebabkan oleh perubahan diet, juga dapat mengembangkan endotoxemia Pendyala et al., 2012. Selama dysbiosis, usus mikrobiota dapat menghasilkan tingkat tinggi endotoksin, dalam aliran darah menyebabkan induksi ringan dan berkesinambungan mediator proinflamasi, yang mengakibatkan peradangan sistemik ringan. Bagian inflamasi ini berkontribusi pada perkembangan banyak penyakit manusia, termasuk obesitas, diabetes tipe 2, hati dan penyakit kardiovaskular, dan penyakit inflamasi usus. Hasibuan dan Kolondam Interaksi Antara Mikrobiota Usus dan ……………… 41 Gambar 3. Interaksi fungsional antara mikrobiota dan sistem kekebalan usus. Keseimbangan evolusi dipengaruhi oleh tekanan lingkungan Maranduba et al., 2014 DAFTAR PUSTAKA Beaugerie, Laurent, Petit, Jean-Claude. 2004. Antibiotic-associated diarrhoea. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology 18 2 337–52. Cani, P. D., Everard, A., dan Duparc, T. 2013. Gut microbiota, enteroendocrine functions and metabolism. Current Opinionin Pharmacology 136 935–940. Clarke G, Stilling RM, Kennedy PJ, Stanton C, Cryan JF and Dinan TG. 2014. Minireview Gut microbiota the neglected endocrine organ. Mol. Endocrinol. 28 8 1221–1238. Collins, S. M., Surette, M., dan Bercik, P. 2012. The interplay between the intestinal microbiota and the brain. Nature Reviews Microbiology 1011735–742. Collado, MC., Surono, IS., Meriluato, J., Salminen, S. 2006. Potencial probiotic characteristic of Lactobacillus and Enterococcuc strain isolated from traditional dadih fermented milk against pathogen intestinal colonization. J Food Protection 703 700-705. Dietert RR, Dietert JM. 2015. Review the microbiome and sustainable healthcare. Healthcare. 3 100-129. Fagarasan, S., Kawamoto, S., Kanagawa, O dan Suzuki, K. 2010. Adaptiveimmune regulation in the gut T cell-dependent and T cell-independent IgAsynthesis. Annual Review of Immunology 281 243-273. Gibson, Glenn R. 2004. Fibre and effects on probiotics the prebiotic concept. Clinical Nutrition Supplements 12 25-31. 42 Jurnal Ilmiah Sains Vol. 17 No. 1, April 2017 Gritz EC, Bhandari V. 2015. The human neonatal gut microbiome a brief review. Frontiers in Pediatrics 31-12. Goto, Y. dan Ivanov, I. I. 2013. Intestinal epithelial cells as mediators of the commensal-host immune crosstalk. Immunology and Cell Biology 913 204-214. Guarner, F dan Malagelada, J. 2003. Gut flora in health and disease. The Lancet. 361 9356 512–519. Heidegger, S., Van den Brink MR., Haas T., Poeck, H. 2015. The role of pattern-recognition receptors in graft-versus-host disease and graft-versus-leukemia after allogeneic stem cell transplantation. Frontiers in immunology 5 337. Hooper, Littman, DR., Macpherson, 2012. Interactions between in microbiota and the immnune system. Science 336. Johansson, M., Larsson, J. H., dan Hansson, G. 2011. The two mucus layers of colon are organized by the MUC2 mucin, whereas the outer layer is a legislator of host-microbial interact-tions. Proceedings of the National Academy of Sciences USA 1081 4659-4665. Kamada, N., Seo, S., Chen, G., dan N´u˜nez. G. 2013. Role of the gut microbiota in immunity and inflammatory disease. Nature Reviews Immunology 135 321-335. Macpherson, Geuking, dan McCoy, 2012. Homeland Security IgA immunity at the frontiers of the body. Trends in Immunology 334 160-166. Maranduba, Castro, Souza, Rossato, C., Guia, Valente, Rottore, Maranduba, Souza, Carmo, Macedo, dan Silva, 2015. Intestinal microbiota as modulators of the immune system and neuroimmune system impact on the host health and homeostasis. Hindawi Publishing Corporation. Journal of Immunology research 2015. Masahata, K., Umemoto, E., Kayama, H. 2014. Generation of colonic IgA-secreting cells in the caecal patch. Nature Communications 5 3704. Maynard, C. L., Elson, C. O., Hatton, R. D., and Weaver., C. T. 2012. Reciprocal interactions of the intestinal microbiota. Nature 489 231-241. Nicholson, Holmes, Elaine., Kinross, James., Burcelin, Remy., Gibson, Glenn., Jia, Wei., Pettersson, Sven. 2012. Host-Gut Microbiota Metabolic Interactions. Science 336 1262. O'Hara, Ann M; Shanahan, Fergus. 2006. The gut flora as a forgotten organ. EMBO Reports 77 688–693. Pendyala, S., Walker, J. M. dan Holt, P. R. 2012. A high-fat diet is associated with endotoxemia that originates from the gut. Gastroenterology 14251100–1101. Prakash, Satya., Rodes, Laetitia., Charley, MC., Duchesneau, CT. Gut microbiota next frontier in understanding human health and development of biotherapeutics. Biologics Targets and Therapy 5 71-86. Rolfe RD. 2000. The Role of Probiotic Cultures in the Control Of Gastrointestinal Health. J. of Nutr. 130 396-402. Sears, Cynthia L. 2005. A dynamic partnership Celebrating our gut flora. Anaerobe. 11 5 247-251. Sudarmono PP. 2016. Mikrobioma Pemahaman Baru tentang Peran Mikroorganisme dalam Kehidupan Manusia. Mikrobioma, 42. Ursell LK, Metcalf JL, Parfrey LW, Knight R. 2012. Defining the human microbiome. Nutr Rev. 70 38-44. ... Bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia merupakan koloni bakteri yang bermanfaat. Peran mikrobioma adalah membantu mencerna makanan, mengatur sistem imun, dan perlindungan terhadap bakteri pathogen [5]. Bakteri pathogen cenderung lebih memilih bahan makanan yang mudah difermentasi karbohidrat, sehingga hal tersebut dapat mendorong perkembangan proliferasi bakteri pathogen di dalam saluran pencernaan. ...... Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih[5]. ...Anderias Eko WijayaNur Imam IskandarRabbits are mammals from the family Leporidae green plant eaters which can be found in many parts of the earth. Rabbits are very susceptible to temperature changes. Temperature greatly affects the rabbit's body metabolism. The temperature ideal for rabbits is in the range of 60 – 650F or equal to - temperature is known as "comfort zone" for rabbits. The level of heat stress in rabbits is very high in the tropics thereby reducing rabbit productivity. With a system that researchers can make it easier to determine the suitable place to serve as a rabbit habitat with the Internet of Things system network, and reduce the failure rate in keeping rabbits as well as the implementation of the node-ed as a platform to display the results of the calculation method of the decision. The system is applied using the SAW Simple Additive Weight ranking method or commonly called this weighted method by using three parameters including temperature; humidity; light. However, the data must go through a calculation that generates a value of each location then normalize to get a decision by the sum of the multiplication of normalization with weights. Implementation Methods of SAW Simple Additive weighting as Decision Support Habitat For Rabbits Recommendation Based IoT Internet Of Things has been successfully applied. So that it can rank rabbit habitat locations based on parameters of temperature, humidity, light. However, although the system is built based on IOT but has not publicly accessible or still based on the localhost.... Dalam menaikkan atau menurunkan suhu pada kolam, perlu memperhatikan karakteristik jenis ikan budidaya tersebut. Ikan jenis tertentu memiliki sensitifitas pada perubahan suhu [1]. ...Anderias Eko WijayaAldi RiyadiTilapia Oreochromis niloticus is a type of freshwater fish consumption with elongated and flattened body shape laterally and blackish white color. Tilapia originated from the Nile River and surrounding lakes. Now this fish has spread to countries on five continents with tropical and subtropical climates. Whereas in cold climates, tilapia cannot live well. ideal water temperature in tilapia enlargement ponds ranges between ° C, where fish will grow optimally at water temperatures around 25-32 ° the pH of the tilapia enlargement ponds range between 6, and turbidity range of 3-19 NTU, because this high turbidity level has an effect on the amount of tilapia mortality. With the system that the researchers created, it was easier to determine a suitable fish pond to maintain as a life of tilapia with the help of the Internet of Things network system and reduce the failure rate in breeding and implementation of Thingspeak as a platform to display the results of data obtained by sensors and calculated with method calculation. This system takes data with temperature sensors, pH and Turbidity, to find water temperature, acidity and alkalinity in water and turbidity of water. Then the data obtained is sent to the ESP8266 module network and sent to the thingspeak platform, the data that appears is inputted into the database to be processed using the SAW method, the results of the SAW method calculation are displayed by the system. Implementation of the SAW Simple Additive Weighting Method for Detecting the Feasibility of Iot-Based Fish Ponds Internet of Things has been successfully implemented. So that it can rank tilapia ponds based on parameters of temperature, pH, Nisrina SujanaSabiq Muhammad Ul-Haqp>This study focuses on how the process of fasting in Ramadan and sunnah Monday-Thursday among Muslims can improve the immune system of practitioners and even affect their social life to practice sunnah fasting. The Corona Virus pandemic, which is still a global problem, not only has an impact on people's social lives, but also encourages many Muslim communities to look for alternative solutions to maintain the vitality of their bodies. Fasting is one method that is currently becoming a trend in society because it is believed by the community that this method is able to ward off various kinds of diseases, especially as exemplified by Prophet Muhammad and Prophet Musa. This study uses a qualitative descriptive method that analyzes the practice of fasting in Ramadan and Monday-Thursday and its implications for the immune system. Data collection techniques used in this study were social observation and interviews with fasting practitioners. The analysis technique consists of data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions and levers. The results of this study indicate that fasting performed by Muslims is not only able to improve the quality of health but also mental condition because they have a sense of optimism about their condition, especially in the face of a pandemic. Penelitian ini berfokus pada bagaimana proses puasa Ramadhan dan sunah Senin-Kamis di kalangan umat Islam mampu meningkatkan sistem kekebalan para praktisi dan bahkan mempengaruhi kehidupan sosial mereka untuk menjalankan puasa sunnah. Pandemi Virus Corona yang masih menjadi masalah global tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial masyarakat, tetapi juga mendorong banyak komunitas Muslim untuk mencari solusi alternatif demi menjaga vitalitas tubuh mereka. Puasa merupakan salah satu metode yang saat ini menjadi tren masyarakat karena diyakini masyarakat bahwa metode ini mampu menangkal berbagai macam penyakit, terutama seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad dan Nabi Musa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menganalisis praktik puasa Ramadhan dan Senin-Kamis serta implikasinya terhadap sistem kekebalan tubuh. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sosial dan wawancara dengan praktisi puasa. Teknik analisis terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa puasa yang dilakukan oleh umat Islam tidak hanya mampu meningkatkan kualitas kesehatan tetapi juga kondisi mental karena mereka memiliki rasa optimisme terhadap kondisi mereka, terutama dalam menghadapi pandemi .
OrganPencernaan Manusia. 1. Mulut. Mulut merupakan sistem pencernaan yang akan melakukan proses pencernaan paling awal. Di dalam mulut, ada gigi dan lidah yang akan menghancurkan makanan secara Mekanik. Di saat yang sama, enzim di dalam ludah kita yang dihasilkan oleh kelenjar ludah mulai memutus rangkaian-rangkain polimer di dalam makanan..Ilmu Kimia adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang ....Interaksi kimia dalam tubuh manusia dalam sistem pencernaan, pernapasan, sirkulasi, ekskresi, gerak, reproduksi, hormon dan sistem saraf, telah mengantarkan penemuan dalam bidang farmasi khususnya penemuan obat-obatan. Hal ini merupakan salah satu penerapan ilmu kimia dalam bidang ....Jika kulit terkena bahan kimia pada saat bekerja di laboratorium, maka langkah yang tepat untuk mengatasinya adalah ....-mencuci bagian kulit yang terluka dengan air bersih selama 15 menitSejak April 2019 lalu, pemerintah kota Surabaya menyediakan layanan bus yang unik. Alih-alih membayar dengan uang, penumpang diwajibkan membayar memakai sampah plastik. Untuk sekali jalan, setiap penumpang harus menukarkan 10 gelas air kemasan plastik, atau 5 botol air kemasan plastik ukuran sedang, atau 3 botol air kemasan plastik ukuran besar. Kepala Dishub Kota Surabaya, Irvan Wahyu Drajad, mengatakan layanan Bus Suroboyo yang dirintis Wali Kota Tri Rismaharini ini mensinergikan pemenuhan kebutuhan transportasi massal dengan program lingkungan hidup.Bus Suroboyo Membayar tiket transportasi memakai sampah plastik, 27 September 2019, Pernyataan yang tepat berdasarkan wacana di atas adalah ....Program tersebut merupakan program yang mengedukasi masyarakat supaya menyadari dan bertanggungjawab terhadap sampah plastik yang merupakan kontribusi pencemar lingkungan yang cukup besarBadan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT akan menerapkan hujan buatan untuk mengatasi pencemaran udara di Jakarta. Penerapan ini akan menjadi yang pertama kalinya di Indonesia. Gubernur DKI Jakarta sudah beri lampu hijau dan meminta agar TMC dilaksanakan paling cepat setelah tanggal 10 Juli. Beberapa negara, seperti Thailand, China, Korea Selatan, dan India, sudah menerapkan TMC untuk mengatasi pencemaran udara di perkotaan. Negara-negara tersebut berjuang mengatasi polusi udara dengan cara mengendalikan cuaca itu sendiri. Ada tiga skenario modifikasi cuaca pertama, penyemaian awan dengan garam NaCl akan dilakukan saat ada awan potensial agar hujan terjadi di wilayah Jakarta sehingga polutan yang ada di atmosfer Jakarta dan upwind bisa tersapu dan jatuh bersama dengan air hujan. Metode kedua, yakni jika tidak ada awan potensial, dilakukan penghilangan lapisan inversi dengan melakukan semai dry ice pada lapisan-lapisan inversi sehingga menjadi tidak stabil. Ketiga metode water spraying dari darat menggunakan alat Ground Mist Generator yang akan ditempatkan di 10 lokasi di daerah upwind. Hujan Buatan untuk Atasi Pencemaran Udara Jakarta, Bagaimana Metodenya?, 5 Juli 2019, Pernyataan yang tepat terkait peran kimia dalam teknologi rekayasa cuaca tersebut adalah ....Jika kulit terkena bahan kimia pada saat bekerja di laboratorium, maka langkah yang tepat untuk mengatasinya adalah ....mencuci bagian kulit yang terluka dengan air bersih selama 15 menitSaat praktikum Pengenalan Laboratorium Kimia, Andi melihat botol KClO3 dengan label seperti di bawah ini. Arti dari label tersebut adalah ....Cara menghirup bau gas yang benar saat percobaan di laboratorium adalah ....Gunakan tangan dengan mengibaskan bau sedikit sampel gas ke hidungRaymond mengamati bahwa air di lingkungan tempat tinggalnya keruh dan berbau. Ia menduga air tersebut telah tercemar sehingga tidak layak dikonsumsi. Untuk memperjelas dugaan tersebut, sebaiknya Raymond ....Menemukan masalah, menyusun kajian teori, menyusun hipotesis dan melakukan percobaanMenemukan masalah, menyusun kajian teori, menyusun hipotesis dan melakukan percobaanSelepitel punya rambut yang ngangkat kotoran dan lendir menuju mulut atau sistem pencernaan. Paru-paru Di dalam tubuh manusia, ada dua paru-paru. Cabang dari trakea, yang kita sebut bronkus, bakal bercabang lagi ketika masuk ke dalam paru-paru. Setelah bercabang sampe kecil banget, ketemu tuh yang namanya alveolus (jamak = alveoli).
1 Rata-rata manusia bisa manahan napas selama ± 2 menit. 2. Ricardo Bahia (Brasil), adalah orang yang paling lama bisa manahan napas dalam air yaitu 20 menit 21 detik (sampai tulisan ini dimuat-2016). 3. Meskipun komposisi otak hanya 2 persen dari total massa tubuh, bagian ini menghabiskan 20% kebutuhan oksigen. 4.
tubuhantara lain sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem ekskresi, sistem peredaran darah,sistem reproduksi, sistem endoktrin,sistem rangka. Dalam pembelajaran sistem organ dalam tubuh manusia masih menggunakan media alat peraga dan menggunakan buku. Untuk mewujudkan suatu proses belajar yang efektif dan efisien
Barierkimia dilakukan, misal oleh enzim antimikroba, lisosim, dalam pernapasan, air mata, saliva, hidung, dan asam lambung.Setiap hari tubuh manusia dapat terkontaminasi dengan be-ratus-ratus Anatomimanusia atau antropotomi ialah sebuah bidang khusus dalam anatomi yang mempelajari struktur tubuh manusia, sedangkan jaringan dipelajari di histologi dan sel di sitologi. Tubuh manusia, seperti tubuh hewan, terdiri atas sistem, yang terdiri atas organ-organ, yang terdiri atas jaringan, yang terdiri atas sel. 1. Sistem tubuh manusia. 1.1.
Interaksikeduanya melibatkan sistem indra di dalam tubuh. Di dalam tubuh terdapat suatu sistem koordinasi yaitu sistem hormon dan sistem saraf. Interaksi keduanya melibatkan sistem indra di dalam tubuh. Zona Konduksi dalam Sistem Pernapasan Manusia. Skola. 03/08/2022, 12:00 WIB. 1. 2. 3. Next. Terpopuler. 1.
Secaraumum frekuensi pernapasan pada orang dewasa adalah 15-20 kali per menit. Frekuensi pernapasan pada pria lebih cepat dari pada wanita karena pria lebih banyak melakukan aktifitas. Cepat lambatnya frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh maupun aktivitas tubuh.
uBBQ3.