Untukkelas 4, 5, dan 6, mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan SBDP dijadikan satu dalam mapel Tematik Umum; Untuk kelas 4, 5, dan 6, mata pelajaran Matematika dan PJOK tidak masuk Tematik Umum (Permendikbud No. 24 tahun 2016) Itulah struktur kurikulum 2013 untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI). Semoga bermanfaat bagi madrasah yang ikut
KARAKTERISTIK, TUJUAN, RUANG LINGKUP MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA Karakteristik, Tujuan, Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum 2013. Pemerintah, melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, telah memberlakukan Kurikulum 2013, setelah melakukan kajian tahap demi tahap, yang diawali dengan mengevaluasi secara menyeluruh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yang sudah diberlakukan sejak tahun 2006. Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat strategis dalam Kurikulum 2013. Peran utama mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai penghela ilmu pengetahuan. Dengan menyebarkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif maka peran bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan MTs Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia diturunkan dari Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan kemudian diturunkan menjadi Kompetensi Inti KI.Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama dan MTs mempunyai empat tujuan utama yang tertuang dalam kompetensi inti masing-masing jenjang pendidikan. Secara keseluruhan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama dan MTs ialah 1 mempunyai sikap religius 2 mempunyai sikap sosial, 3 memiliki pengetahuan yang memadai tentang berbagai genre teks bahasa Indonesia sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuhnya, dan 4 mempunyai keterampilan membuat banyak sekali genre teks bahasa Indonesia. Setiap pengetahuan tentang berbagai genre teks bahasa Indonesia harus diimplementasikan dalam produk berupa karya, artinya pengetahuan tersebut harus bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat karya sesuai dengan genre teks yang ada. Selanjutnya pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari siswa harus bisa mengubah perilaku siswa terutama yang berhubungan dengan sikap sosial dan religiusnya. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan MTs Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan MTs meliputi 15 jenis teks, yaitu 1 teks anekdot, 2 teks eksposisi, 3 teks laporan hasil observasi, 4 teks prosedur komplek, 5 teks negosiasi, 6 teks kisah pendek, 7 teks pantun, 8 teks kisah ulang, 9 teks eksplanasi kompleks, 10 teks film/ drama, 11 Teks cerita sejarah, 12 teks berita, 13 teks iklan, 14 teks editorial/opini, dan 15 teks novel. Hakikat Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesiaadalah proses berguru memahami dan memproduksi gagasan, perasaan, pesan, informasi, data, dan pengetahuan untuk berbagai keperluan komunikasi keilmuan, kesastraan, dunia pekerjaan, dan komunikasi sehari-hari baik secara tertulis maupun lisan. Dalam kaitannya dengan memahami dan memproduksi gagasan, perasaan, pesan, informasi, data, dan pengetahuan untuk berbagai keperluan tersebut, kegiatan berpikir mempunyai peranan sangat penting. Bahkan berpikir merupakan kegiatan sentral yang memungkinkan penerima didik sanggup memahami dan memproduksi gagasan dan lain-lain dengan baik. Oleh karena itu, guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses berpikir secara optimal. Proses berpikir optimal yang seharusnya melekat dan terus-menerus terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia harus disadari pendidik dan peserta didik dalam setiap episode pembelajaran. Ketika pendidik menghadirkan sebuah teks, misalnya, isi teks itu akan dipahami dengan baik kalau penerima didik bisa dan mau berpikir logis, kritis, dan kreatif. Selanjutnya, penerima didik akan sanggup memproduksi gagasan dan lain-lain yang baru berdasarkan gagasan-gagasan yang ditemukan dalam teks tersebut, bila peserta didik mampu dan mau berpikir dengan baik pula. Realisasi kegiatan berpikir itu misalnya menghubung-hubungkan gagasan, membandingkan gagasan, mempertentangkan gagasan, memilih-milah gagasan, menafsirkan data, menyimpulkan hasil analisis, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan-gagasan baru atau aspek-aspek gres yang akan dituangkan ke dalam tulisan atau paparan lisan dalam suatu peristiwa berbahasa tertentu. Dengan demikian, kegiatan berbahasa dan berpikir merupakan inti dalam pembelajaran berbahasa Indonesia. 2. Bahasa Indonesia sebagai Sarana Perekat Bangsa Bahasa Indonesia memiliki peran sentral untuk mempersatukan bangsa dan sarana pengembangan intelektual, sosial, dan emosional penerima didik. Selain itu, penguasaan bahasa Indonesia oleh peserta didik juga akan menunjang keberhasilan mereka dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dibutuhkan membantu peserta didik mengembangkan potensi pikir, rasa, dan karsa untuk mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, mengemukakan gagasan dan perasaan, menemukan serta memakai kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, inventif, dan imaginatif yang ada dalam diri penerima didik. Ke arah masa depan, peserta didik memerlukan pengalaman berguru berbahasa Indonesia sebagai perekat bangsa. Proses penghayatan ini perlu diprogramkan secara terencana dan bersistem. Dengan cara ini melalui pengalaman berguru berbahasa Indonesia sebagai perekat bangsa diharapkan akan terbangun jiwa dan semangat kebersamaan penerima didik. Dengan demikian kedudukan bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa makin diperkuat melalui proses pendidikan di sekolah, sebagaimana tercerminkan dalam komunikasi sosial budayaal yang serasi di antara para penuturnya. Bahasa Indonesia juga berperan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk berbagai keperluan, untuk berkomunikasi dengan seluruh warga bangsa dalam rangka membangun rasa dan ikatan kebersamaan secara nasional, membangun komunikasi efektif sehari-hari, membangun korelasi sosial yang harmonis komunikasi yang bermartabat, dan membangun kematangan emosional. Di sisi lain, sastra Indonesia berperan untuk penghalusan budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya, penyaluran gagasan, penumbuhan imajinasi, serta peningkatan ekspresi secara kreatif. 3. Penghela Ilmu Pengetahuan Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, dan bahkan inventif peserta didik perlu secara sengaja dibina dan dikembangkan. Untuk melakukan hal itu, mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi wadah strategis. Melalui membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara penerima didik sanggup menyebarkan kemampuan berpikir tersebut secara terus-menerus yang akan diteruKIan juga melalui mata pelajaran yang lain. Hal itu harus benar-benar disadari semua guru BI agar dalam menjalankan tugasnya dapat mewujudkan mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai wadah pembinaan/ pengembangan kemampuan berpikir. Dengan mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif maka kiprah bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri. 4. Penghalus Budi Pekerti Lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa dan bersastra. Melalui jenis teks sastra, bahasa Indonesia dapat dijadikan sebagai sarana penghalus budi pekerti siswa. Sastra Indonesia sebagai media ekspresi sikap kritis dan kreatif terhadap berbagai fenomena kehidupan mampu menumbuhkan kehalusan budi, kesetiakawanan sosial, kepedulian terhadap lingkungan, dan bisa membangun kencerdasan kehidupan masyarakat. Pembelajaran sastra dapat membentuk sikap kritis dan kreatif serta kepekaan terhadap berbagai fenomena kehidupan di lingkungan sosial budaya ataupun di lingkungan alam sekitar. Bersastra dapat diwujudkan melalui kegiatan apresiasi dan produksi karya sastra puisi, fiksi, dan drama. Kegiatan apresiasi karya sastra yang diawali dari membaca harus menjadi kegiatan penting dalam pembelajaran bersastra peserta didik. Melalui membaca puisi, fiksi, naKIah drama atau mendengarkan rekaman atau pembacaan puisi, cerpen, penggalan novel, dan/atau naKIah drama peserta didik terlibat dalam kegiatan reseptif. Pada kesempatan yang lain, peserta didik diajak untuk terlibat dalam kegiatan produktif untuk menulis atau menghasilkan puisi, cerpen, penggalan novel, dan/atau naKIah drama. Melalui kegiatan produktif lisan atau tulis peserta didik juga dapat mempresentasikan kinerja apresiatifnya. Dengan demikian, kegiatan reseptif dan produktif dalam bersastra akan menjadi kegiatan sambung-menyambung dalam iklim pembelajaran yang menyenangkan. 5. Pelestari Budaya Bangsa Bahasa Indonesia merupakan bab dari budaya bangsa yang perlu terus dilestarikan eksistensinya. Sebagai bagian dari budaya bangsa yang dijunjung tinggi, eksistensi bahasa Indonesia akan terus bertahan dan bahkan menguat kalau dilestarikan setiap penuturnya. Pemelajaran bahasa Indonesia dan komunitas sekolah pada umumnya, akan sangat aman untuk melestarikan eksistensi bahasa Indonesia mengingat peserta didik dan guru merupakan kelompok strategis di masyarakat untuk melestarikan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bagian dari budaya bangsa.
Kurikulum2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
Abstrak Artikel ini bertujuan untuk memaparkan karakteristik guru bahasa Indonesia yang profesional di Indonesia. Pemaparan ini didasarkan pada dua hal, yaitu 1 pandangan Halliday mengenai bahasa dan 2 temuan masalah yang berkaitan dengan siswa, guru, dan mata pelajaran bahasa Indonesia. Permasalahan tersebut berkaitan dengan aspek konatif berbahasa siswa yang negatif. Siswa sering menggunakan bahasa Indonesia ragam nonbaku dalam konteks formal. Sementara itu, menurut pandangan Halliday, bahasa digunakan berdasarkan konteks situasi. Permasalahan ini kemudian menyorot keprofesionalan guru bahasa Indonesia dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Karakteristik guru bahasa Indonesia yang profesional ini dapat menjadi panduan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan keprofesionalannya terkait mata pelajaran yang diampu. Kata Kunci guru profesional, guru bahasa Indonesia, Halliday A. PENDAHULUAN Profesionalitas merupakan kemampuan untuk bertindak secara profesional KBBI, 2016. Profesional mengarah pada pribadi yang memiliki profesi atau pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang mendasari perbuatan. Seseorang yang hidup dengan cara mempraktikkan keterampilan atau keahlian tertentu yang terlibat dengan suatu kegiatan menurut keahliannya dapat dikatakan sebagai orang yang profesional. Profesionalitas guru telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005, pasal 1 ayat 1, "Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah." Selanjutnya, pada pasal 1 ayat 2 disebutkan "Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi." Sejalan dengan undang-undang tersebut, keprofesionalan diatur pula melalui PP No. 19 tahun 2005 pasal 28 tentang profesionalitas guru yang setidaknya harus memenuhi persyaratan kompetensi, meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pada Standar Nasional Pendidikan, penjelasan dari pasal 28 ayat 3, diuraikan tentang definisi empat kompetensi tersebut, yakni a kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1""KARAKTERISTIK GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA YANG PROFESIONAL M. Bayu Firmansyah Dewi Syafrina Abstrak Artikel ini bertujuan untuk memaparkan karakteristik guru bahasa Indonesia yang profesional di Indonesia. Pemaparan ini didasarkan pada dua hal, yaitu 1 pandangan Halliday mengenai bahasa dan 2 temuan masalah yang berkaitan dengan siswa, guru, dan mata pelajaran bahasa Indonesia. Permasalahan tersebut berkaitan dengan aspek konatif berbahasa siswa yang negatif. Siswa sering menggunakan bahasa Indonesia ragam nonbaku dalam konteks formal. Sementara itu, menurut pandangan Halliday, bahasa digunakan berdasarkan konteks situasi. Permasalahan ini kemudian menyorot keprofesionalan guru bahasa Indonesia dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Karakteristik guru bahasa Indonesia yang profesional ini dapat menjadi panduan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan keprofesionalannya terkait mata pelajaran yang diampu. Kata Kunci guru profesional, guru bahasa Indonesia, Halliday A. PENDAHULUAN Profesionalitas merupakan kemampuan untuk bertindak secara profesional KBBI, 2016. Profesional mengarah pada pribadi yang memiliki profesi atau pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki kemampuan yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang mendasari perbuatan. Seseorang yang hidup dengan cara mempraktikkan keterampilan atau keahlian tertentu yang terlibat dengan suatu kegiatan menurut keahliannya dapat dikatakan sebagai orang yang profesional. Profesionalitas guru telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005, pasal 1 ayat 1, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Selanjutnya, pada pasal 1 ayat 2 disebutkan “Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.” Sejalan dengan undang-undang tersebut, keprofesionalan diatur pula melalui PP No. 19 tahun 2005 pasal 28 tentang profesionalitas guru yang setidaknya harus memenuhi persyaratan kompetensi, meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pada Standar Nasional Pendidikan, penjelasan dari pasal 28 ayat 3, diuraikan tentang definisi empat kompetensi tersebut, yakni a kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta 2""didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya; b kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia; c kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan; dan d kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Berdasarkan empat kompetensi tersebut, kompetensi profesional merupakan kompetensi yang berkaitan dengan kinerja guru dalam mengampu mata pelajaran. Profesionalitas guru tersebut juga memiliki karakteristik sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya. Profesionalitas guru bahasa dapat ditinjau dari teori bahasa. Menurut pandangan Halliday adalah bahasa dipandang sebagai semiotika sosial. Bentuk-bentuk bahasa mengkodekan encode representasi dunia yang dikonstruksikan secara sosial. Penekanannya pada konteks sosial bahasa, yakni fungsi sosial yang menentukan bentuk bahasa dan bagaimana perkembangannya Halliday, 1977, 1978; Halliday & Hasan, 1985. Bahasa oleh Halliday dihubungkan dengan pengalaman manusia yakni segi struktur sosial; bahasa merupakan produk proses sosial. Dalam proses sosial tersebut konstruk realitas tidak dapat dipisahkan dari konstruk sistem semantis tempat realitas itu dikodekan. Dengan demikian, makna akan selalu bersifat ganda. Formulasi bahasa sebagai semiotik sosial berarti menafsirkan bahasa dalam konteks sosiokultural tempat kebudayaan itu ditafsirkan dalam terminologis semiotis sebagai sebuah sistem informasi. Dalam level yang amat konkret, bahasa itu tidak berisi kalimat-kalimat, tetapi berisi teks atau wacana, yakni pertukaran makna exchange of meaning dalam konteks interpersonal. Mengkaji bahasa hakikatnya mengkaji teks atau wacana. Berdasarkan hal tersebut, pandangan Halliday dapat menjadi salah satu tolok ukur untuk menentukan kriteria guru bahasa Indonesia yang profesional. Dalam Kurikulum 2013 edisi revisi tahun 2017 setidaknya dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP harus muncul empat hal, yaitu Penguatan Pendidikan Karakter PPK, literasi, Creative, Critical Thinking, Communicative, dan Collaborative 4C, dan High Order Thinking Skill HOTS sehingga perlu kreatifitas guru dalam menyusunnya. Empat hal tersebut diintegrasikan, diperdalam, diperluas, dan sekaligus diselaraskan dengan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Oleh karena itu, kompetensi profesional guru bahasa Indonesia perlu menjadi pertimbangan pertama dan utama dalam membimbing peserta didik agar dapat terampil memahami dan mengomunikasikan informasi. Dalam hal ini kompetensi profesional tersebut mencakup lima subunsur a menguasai 3""teknik dan model belajar mengajar termasuk penilaian hasil belajar, b mengutamakan standar profesi yang tinggi, c kreatif dan inovatif, d gemar belajar, membaca, dan menulis, dan e memiliki pengalaman mengajar. Namun sampai hari ini, kompetensi profesional tersebut belum tampak pada data uji kompetensi guru. Berdasarkan berita di Republika, kompetensi guru bahasa di Indonesia masih rendah. Sebagai gambaran awal, setelah pelaksanaan Uji Kompetensi Awal UKA pada guru terkuak bahwa guru hanya menguasai 42,45% materi yang diajarkan kepada siswa sesuai jenjang dan bidang studinya. Presentase tersebut juga termasuk di dalamnya guru bahasa Indonesia yang belum menguasai mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, kompetensi guru di Jawa Tengah berada di jauh di bawah kriteria ideal. Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah menunjukkan hasil nilai ujian kompetensi guru bahasa Indonesia yang cukup rendah dengan nilai rata-rata hanya 47 dengan nilai 80 sebagai nilai ideal. Rendahnya nilai kompetensi guru bahasa Indonesia berdampak pada nilai Ujian Nasional UN siswa untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Di lapangan pun ditemukan bahwa siswa tidak tertarik dengan mata pelajaran bahasa Indonesia. Tidak ada penelitian terkait hal ini. Hanya saja, sesuai pengamatan, siswa bosan saat belajar bahasa Indonesia. Padahal bahasa ini adalah bahasa yang mereka gunakan untuk kepentingan berkomunikasi. Namun, siswa merasa tidak begitu penting mempelajari bahasa Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya adalah guru. Permasalahan lain muncul pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang cenderung berfokus pada penguasaan materi, bukan pada kemampuan berbahasa siswa. Oleh karena itu, selain kompetensi yang harus dimiliki guru secara umum profesional, pedagogik, kepribadian, sosial, guru bahasa juga harus memiliki kompetensi berbahasa yang terdiri atas empat keterampilan berbahasa, yaitu a menyimak, b berbicara, c membaca, dan d menulis. Berdasarkan empat keterampilan ini guru harus a mampu memahami informasi dalam lisan maupun tertulis, b mampu menyampaikan informasi secara lisan dengan intonasi, lafal, tempo, dan pilihan kata yang tepat, c mampu menghasilkan tulisan dengan abahasa yang baik dan benar, dan d memiliki kemampuan berkomunikasi dengan siswa dan rekan sejawat dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kehidupan sehari-hari. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan karakteristik guru bahasa Indonesia yang profesional berdasarkan permasalahan yang ditemukan dalam hasil penelitian mengenai mata pelajaran bahasa Indonesia dan berdasarkan pandangan Halliday mengenai bahasa. 4""B. PEMBAHASAN 1. Persoalan Bahasa Menurut Pandangan Halliday Bahasa sebagai semiotik sosial dalam pandangan Halliday 197713 41; 1978108 126 mencakup sub-subkajian a teks, b trilogi konteks situasi medan wacana, pelibat wacana, dan modus wacana, c register, d kode, e sistem lingual, yang mencakup komponen ideasional, interpersonal, dan tekstual, serta e struktur sosial. a. Teks Dalam pandangan Halliday, teks dimaknai secara dinamis. Teks adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi Halliday & Hasan, 199213. Teks adalah contoh interaksi lingual tempat masyarakat secara aktual menggunakan bahasa; apa saja yang dikatakan atau ditulis; dalam konteks yang operasional operational context yang dibedakan dari konteks kutipan a citational context, seperti kata-kata yang didaftar dalam kamus Halliday, 1978109. Teks berkaitan dengan apa yang secara aktual dilakukan, dimaknai, dan dikatakan oleh masyarakat dalam situasi yang nyata. Dalam rumusan yang lain, Halliday berpendapat bahwa teks adalah suatu pilihan semantis semantic choice dalam konteks sosial, suatu cara pengungkapan makna lewat bahasa lisan atau tulis Sutjaja, 199074. Semua bahasa yang hidup yang mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi dapat dinamakan teks. Terkait dengan teks, Halliday memberikan beberapa penjelasan berikut. Pertama, teks adalah unit semantis. Menurut Halliday 1978135, kualitas tekstur tidak didefinisikan dari ukuran. Meskipun terdapat pengertian sebagai sesuatu di atas kalimat super-sentence, sesuatu yang lebih besar daripada kalimat, dalam pandangan Halliday hal itu secara esensial, salah tunjuk pada kualitas teks. Kita tidak dapat merumuskan bahwa teks itu lebih besar atau lebih panjang daripada kalimat atau klausa. Ditegaskan oleh Halliday 1978135 dalam kenyataannya kalimat-kalimat itu lebih merupakan realisasi teks daripada merupakan sebuah teks tersebut. Sebuah teks tidak tersusun dari kalimat-kalimat atau klausa, tetapi direalisasikan dalam kali-matkalimat. Kedua, teks dapat memproyeksikan makna kepada level yang lebih tinggi. Menurut Halliday 1978138, sebuah teks selain dapat direalisasikan dalam level-level sistem lingual yang lebih rendah seperti sistem leksikogramatis dan fonologis juga merupakan realisasi dari level yang lebih tinggi dari interpretasi, kesastraan, sosiologis, psikoanalitis, dan sebagainya yang dimiliki oleh teks itu. Level-level yang lebih rendah itu memiliki kekuatan untuk memproyeksikan makna pada level yang lebih tinggi, yang oleh Halliday diberi istilah latar depan foregrounded. Ketiga, teks adalah proses sosiosemantis. Halliday 1978139 berpendapat bahwa dalam arti yang sangat umum sebuah teks merupakan sebuah peristiwa sosiologis, sebuah perjumpaan 5""semiotis melalui maknamakna yang berupa sistem sosial yang sedang saling dipertukarkan. Anggota masyarakat yakni individu-individu adalah seorang pemakna meaner. Melalui tindaktanduk pemaknaan antara individu bersama individu lainnya, realitas sosial diciptakan, dijaga dalam urutan yang baik, dan secara terus-menerus disusun dan dimodifikasi. Fitur esensial sebuah teks adalah adanya interaksi. Dalam pertukaran makna itu terjadi perjuangan semantis semantic contest antara individu-individu yang terlibat. Karena sifatnya yang perjuangan itu, makna akan selalu bersifat ganda, tidak ada makna yang bersifat tunggal begitu saja. Dengan demikian, pilihan bahasa pada hakikatnya adalah perjuangan atau pertarungan untuk memilih kode-kode bahasa tertentu. Keempat, situasi adalah faktor penentu teks. Menurut Halliday 1978141, makna diciptakan oleh sistem sosial dan dipertukarkan oleh anggota-anggota masyarakat dalam bentuk teks. Makna tidak diciptakan dalam keadaan terisolasi dari lingkungannya. Secara tegas dirumuskan oleh Halliday bahwa makna adalah sistem sosial . Perubahan dalam sistem sosial akan direfleksikan dalam teks. Situasi akan menentukan bentuk dan makna teks. b. Konteks Situasi Situasi adalah lingkungan tempat teks beroperasi. Konteks situasi adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur verbal maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi diucapkan atau ditulis. Untuk memahami teks dengan sebaik-baiknya, diperlukan pemahaman terhadap konteks situasi dan konteks budayanya. Dalam pandangan Halliday 1978110, konteks situasi terdiri atas tiga unsur, yakni 1 medan wacana, 2 pelibat wacana, dan 3 modus wacana. Pertama, medan wacana field of discourse merujuk kepada aktivitas sosial yang sedang terjadi serta latar institusi tempat satuan-satuan bahasa itu muncul. Untuk menganalisis medan, kita dapat mengajukan pertanyaan what is going on, yang mencakup tiga hal, yakni ranah pengalaman, tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang. Ranah pengalaman merujuk kepada ketransitifan yang mempertanyakan apa yang terjadi dengan seluruh proses, partisipan, dan keadaan. Tujuan jangka pendek merujuk pada tujuan yang harus segera dicapai. Tujuan itu bersifat amat konkret. Tujuan jangka panjang merujuk pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang lebih besar. Tujuan tersebut bersifat lebih abstrak. Kedua, pelibat wacana tenor of discourse merujuk pada hakikat relasi antarpartisipan, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam konteks sosial dan lingual. Untuk menganalisis pelibat, kita dapat mengajukan pertanyaan who is taking part, yang mencakup tiga hal, yakni peran agen atau masyarakat, status sosial, dan jarak sosial. Peran terkait dengan fungsi yang dijalankan individu atau masyarakat. Status terkait dengan tempat individu dalam masyarakat 6""sehubungan dengan orang-orang lain, sejajar atau tidak. Jarak sosial terkait dengan tingkat pengenalan partisipan terhadap partisipan lainnya, akrab atau memiliki jarak. Peran, status, dan jarak sosial dapat bersifat sementara dan dapat pula permanen. Ketiga, modus wacana mode of discourse merujuk pada bagian bahasa yang sedang dimainkan dalam situasi, termasuk saluran yang dipilih, apakah lisan atau tulisan. Untuk menganalisis modus, pertanyaan yang dapat diajukan adalah what’s role assigned to language, yang mencakup lima hal, yakni peran bahasa, tipe interaksi, medium, saluran, dan modus retoris. Peran bahasa terkait dengan kedudukan bahasa dalam aktivitas bisa saja bahasa bersifat wajib konstitutif atau tidak wajib/penyokong/tambahan. Peran wajib terjadi apabila bahasa sebagai aktivitas keseluruhan. Peran tambahan terjadi apabila bahasa membantu aktivitas lainnya. Tipe interaksi merujuk pada jumlah pelaku monologis atau dialogis. Medium terkait dengan sarana yang digunakan lisan, tulisan, atau isyarat. Saluran berkaitan dengan bagaimana teks itu dapat diterima fonis, grafis, atau visual. Modus retoris merujuk pada perasaan teks secara keseluruhan, yakni persuasif, kesastraan, akademis, edukatif, mantra, dan sebagainya. c. Register Istilah register kali pertama digunakan dalam pengertian keberagaman teks. Register merupakan konsep semantis yang dapat didefinisikan sebagai suatu susunan makna yang dihubungkan secara khusus dengan susunan situasi tertentu dari medan, pelibat, dan sarana Halliday & Hasan, 199253. Terdapat dua hal pokok dalam pengertian register. Pertama, register disamakan dengan gaya style, yakni variasi dalam tuturan atau tulisan seseorang. Gaya umumnya bervariasi dari yang bersifat sangat akrab sampai yang amat formal menurut jenis situasi, orang, atau pribadi yang dituju, lokasi, topik yang didiskusikan, dan sebagainya. Kedua, register adalah variasi tuturan yang digunakan oleh kelompok tertentu yang biasanya memiliki pekerjaan yang sama atau kepentingan yang sama. Register dapat diketahui dari karakteristik leksikogramatis dan fonologis yang secara khusus menyertai atau menyatakan makna-makna tertentu. Ciri-ciri bentuk leksikon, gramatis, dan fonologis tertentu menjadi petunjuk suatu register tertentu. Register politik, misalnya, memiliki karakteristik yang membedakan dengan register akademik. Register kedokteran memiliki karakteristik yang membedakan dengan register hukum. Register tertentu memiliki karakteristik yang membedakan dengan register lainnya. d. Kode Kode merupakan prinsip organisasi semiotik yang mengatur pilihan makna oleh penutur dan penafsiran pendengar Halliday, 197722. Istilah kode yang digunakan Halliday senada dengan kode yang digunakan dalam kajian-kajian Bernstein. Dalam sosiolinguistik, misalnya, 7""kode digunakan untuk memberikan nama umum kepada semua penggunaan ragam, dialek, dan bahasa dalam komunikasi. Menurut Halliday 1978111, kode diaktualisasikan dalam bahasa melalui register. Kode menentukan orientasi semantis penutur dalam konteks sosial tertentu. Kode bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi dapat digolongkan menjadi dua i kode lengkap dan ii kode terbatas. e. Sistem Lingual Sistem lingual linguistic system terdiri atas tiga tingkatan i semantik, ii leksikogramatis, dan iii fonologis dengan menempatkan sistem semantis menjadi perhatian utama dalam konteks sosiolingual Halliday, 1978111. Penekanan pada aspek semantis ini memberikan pengertian bahwa kajian semiotik sosial ini lebih berupa kajian fungsional daripada kognitif. Dalam pandangan fungsional, sistem semantis berkaitan dengan tiga fungsi bahasa, yakni i ideasional, ii interpersonal, dan iii tekstual. Komponen ideasional merujuk pada kekuatan makna penutur sebagai pengamat Halliday, 1978112. Hal itu merupakan fungsi isi bahasa atau bahasa sebagai about something. Komponen itu menginformasikan bahwa melalui bahasa seorang penutur mengodekan pengalaman kulturalnya dan pengalaman individu sebagai anggota dari budaya tertentu. Dalam komponen ideasional tersebut, bahasa memiliki fungsi representasi. Bahasa digunakan untuk mengodekan encoding pengalaman manusia tentang dunia. Bahasa digunakan untuk membawa gambaran realitas yang ada di sekitar manusia. Komponen interpersonal merujuk pada kekuatan makna penutur sebagai penyelundup yang ikut campur Halliday, 1978112. Hal itu merupakan fungsi partisipasi bahasa atau bahasa sebagai doing something. Dalam komponen interpersonal, bahasa memiliki fungsi interpersonal. Bahasa digunakan untuk mengodekan interaksi dan menunjukkan bagaimana kita mendapatkan proposisi-proposisi tertentu. Dengan demikian, bahasa berfungsi mengodekan makna-makna tentang sikap, interaksi, dan relasi timbal balik. Komponen tekstual merujuk pada kekuatan pembentukan teks text-forming penutur yang membuat teks itu menjadi relevan Halliday, 1978 112. Komponen tekstual menyediakan tekstur yang membuat perbedaan antara bahasa yang diperlakukan bebas konteks dengan bahasa yang dioperasionalkan dalam lingkungan konteks situasi. Dalam komponen tekstual, bahasa mempunyai fungsi tekstual . Bahasa digunakan untuk mengorganisasikan makna-makna pengalaman dan interpersonal kita ke dalam bentuk yang linear dan koheren. 8""f. Struktur Sosial Dalam pandangan Halliday 1978 113 114, struktur sosial berhubungan dengan konteks sosial, pola-pola hubungan sosial, dan kelas atau hierarki sosial. Struktur sosial menetapkan dan memberikan arti kepada berbagai jenis konteks sosial tempat makna-makna itu dipertukarkan. Kelompok sosial sangat menentukan bentuk-bentuk karakteristik konteks situasi. Sebagai contoh, relasi antara status dan peran pelibat secara jelas akan menghasilkan struktur sosial tertentu, dapat berupa struktur sosial yang koordinatif-egalitarian atau subordinatif- berjenjang. Pola-pola lingual yang digunakan sebagai sarana retoris menunjukkan ciri sarana wacana yang diasosiasikan dengan strategi . Struktur sosial masuk melalui pengaruh hierarki sosial. Menurut Halliday 1978 struktur sosial hadir dalam bentuk-bentuk interaksi semiotis dan menjadi nyata melalui keganjilan dan kekacauan dalam sistem semantis. Dalam penggunaan bahasa, misalnya, tampak muncul adanya fenomena kekaburan dalam bahasa yang merupakan bagian dari ekspresi dinamis dan tegangan sistem sosial. Kekaburan itu dipilih dalam rangka mewujudkan ketaksaan, pertetangan atau kebencian, ketidaksempurnaan, ketidaksamaan, serta perubahan sistem sosial dan struktur sosial. 2. Kajian Permasalahan Guru Bahasa Indonesia Aji dan Ngumarno 2017 mengungkapkan bahwa ada empat kendala yang dialami oleh guru bahasa Indonesia dalam menerapkan Kurikulum 2013. 1 keterbatasan waktu, 2 keterbatasan sarana dan prasarana, 3 kendala penilaian, dan 4 keterbatasan keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran. Kendala keterbatasan waktu dan saran dan prasarana merupakan kendala yang muncul dari luar kuasa guru. Keduanya berasal dari kebijakan sekolah dan alokasi dari kurikulum. Namun, kendala penilaian dan keterbatasan keaktifan siswa selama proses pembelajaran merupakan kendala yang seharusnya dapat diatasi oleh guru. Keberagaman karakter siswa di dalam kelas menimbulkan keberagaman pula terhadap sikap selama pembelajaran. Kurikulum 2013 menghendaki siswa yang aktif selama proses belajar, tetapi keaktifan dalam berbicara akan sangat sulit bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara. Di sanalah seharusnya peran guru bahasa Indonesia dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Aji dan Ngumarno 2017 menjelaskan bahwa kendala ini diselesaikan oleh guru dengan cara kegiatan diskusi. Diharapkan melalui diskusi berkelompok, siswa yang kurang aktif berbicara, dapat melatih kemampuan berbicaranya di dalam kelompok kecil. Seperti yang dijelaskan pula oleh Siswandi 2006 bahwa metode diskusi panel dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa karena setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan pendapat. Hal ini membuktikan bahwa untuk meningkatkan kompetensi berbahasa siswa dibutuhkan inovasi guru untuk memecahkan permasalahan yang ada pada diri 9""siswa. Oleh karena itu, guru bahasa Indonesia yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa merupakan guru bahasa Indonesia yang profesional. Keprofesionalan guru bahasa Indonesia juga tercermin dari sikap siswa terhadap bahasa Indonesia. Menurut Wardani, dkk 2013 aspek konatif bahasa siswa yang negatif tercermin dari penggunaan bahasa nonbaku dalam konteks formal. Seperti yang terjadi di SMA Negeri 1 Singaraja, Bali. Siswa menggunakan bahasa Indonesia nonbaku bahkan bahasa daerah di kelas dalam proses pembelajaran karena tiga alasan yang dipaparkan oleh Wardani, dkk. 2013 sebagai berikut. Pertama, siswa merasa jauh lebih mudah mengemukakan pendapatnya dalam bahasa Indonesia ragam nonbaku. Dalam hal ini guru bahasa Indonesia perlu menjadi model atau memberikan contoh berbahasa Indonesia yang baku dalam mengemukakan pendapat. Biasanya siswa yang terbiasa menggunakan bahasa ragam nonbaku bisa disebabkan guru bahasa Indonesia yang tanpa sadar menggunakan ragam nonbaku. Oleh karena itu, menjadi sangat penting bahwa agar guru menjadi model berbahasa Indonesia yang baik dan benar bagi siswa. Kedua, jarak sosial yang dekat antara sesama siswa dan guru. Dalam hal ini guru harus menegur siswa yang tidak menggunakan bahasa baku selama pembelajaran di kelas walaupun di luar kelas siswa terbiasa menggunakan bahasa nonbaku karena sudah akrab dengan guru. Dengan ini guru memandu siswa untuk menggunakan bahasa yang benar sesuai situasi. Ketiga, mereka tidak terbiasa dan tidak terlatih memakai bahasa Indonesia ragam baku sehingga mereka tidak memiliki kepekaan untuk membedakan pemakaian ragam bahasa Indonesia. Dalam kasus ini kompetensi guru tentang bahasa sangat diperlukan. Guru bisa menampilkan contoh bahasa yang salah sehingga siswa peka terhadap kesalahan berbahasa yang ada di sekitarnya ataupun yang ia lakukan sendiri. Berdasarkan ketiga alasan tersebut disimpulkan bahwa kompetensi guru dalam memahami seluk-beluk kebahasaan sangat diperlukan demi memupuk keterampilan berbahasa yang baik dan benar kepada siswa. Guru menjadi model berbahasa dan memiliki andil dalam memperbaiki kesalahan berbahasa siswa di kelas. 3. Karakteristik Guru Bahasa Indonesia yang Profesional Tujuan akhir pembelajaran bahasa Indonesia adalah 1 siswa dapat memahami teks lisan dan tertulis di kelas maupun di kehidupan nyata, 2 siswa dapat berkomunikasi atau mengkomunikasikan informasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan 3 siswa menyadari pentingnya mempelajari bahasa Indonesia untuk digunakan dalam keberlangsungan hidup di Indonesia. 10""Untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut, diperlukan guru bahasa Indonesia yang profesional. Bahasa Indonesia hendaknya tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran sampingan, tetapi sudah seharusnya dipandang sebagai mata pelajaran utama. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia inilah siswa dapat memahami teks pada mata pelajaran lain. Penentuan kriteria guru bahasa Indonesia yang profesional dapat dikaji dari penggunaan bahasa sesuai konteks situasi yang dipaparkan oleh Halliday. Penggunaan bahasa sesuai konteks situasi dapat dijadikan tolok ukur karena terdapat permasalahan pada siswa dalam menggunakan bahasa tidak sesuai dengan konteks. Oleh sebab itu, guru juga harus menjadi model berbahasa yang baik dan benar sesuai konteks sehingga menghasilkan siswa yang juga paham dengan situasi konteks. Berdasarkan teori Halliday dan penemuan permasalahan dalam hasil penelitian mengenai pembelajaran bahasa Indonesia, kriteria guru bahasa Indonesia yang profesional dijabarkan sebagai berikut. Pertama, guru bahasa Indonesia yang profesional harus menjadi model berbahasa yang baik dan benar bagi siswa. Hal ini terkait dengan pernyataan Halliday bahwa ada tiga hal yang diperhatikan dalam berbahasa, yaitu 1 medan wacana, 2 pelibat wacana, dan 3 modus wacana baik dalam berkomunikasi lisan ataupun tertulis. Penggunaan bahasa yang baik dan benar ini juga terkait dengan penggunaan bahasa ragam nonbaku dalam situasi pembelajaran. Guru bahasa Indonesia seharusnya peka terhadap kesalahan berbahasa siswa di dalam kelas. Kepekaan terhadap kesalahan tersebut dibutuhkan pengetahuan guru mengenai konteks situasi dalam berbahasa. Kedua, guru bahasa Indonesia yang profesional dapat menjadikan bahasa Indonesia yang dipelajari di kelas sebagai bahasa yang fungsional. Hal ini terkait dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan Kompetensi Dasar KD yang terdapat di kurikulum. Kurikulum 2013 yang sedang berlaku sekarang menghendaki siswa untuk mempelajari berbagai jenis teks. Guru bahasa Indonesia harus dapat menjelaskan kepada siswa tujuan mempelajari teks tersebut untuk kehidupan mereka di luar sekolah. Jika guru dapat memahamkan siswa tentang tujuan teks tersebut, siswa akan merasa bahwa mata pelajaran yang ia terima di kelas tidak sekadar untuk memenuhi kompetensi dasar, tetapi juga untuk keberlangsungan hidupnya. Ketiga, guru bahasa Indonesia yang profesional adalah guru yang gemar membaca. Dalam Kurikulum 2013 siswa dituntut untuk membaca teks kemudian diakhiri dengan menghasilkan teks. Namun, mata pelajaran bahasa Indonesia tidak sekadar untuk memandu siswa melakukan kedua kegiatan itu. Pembelajaran bahasa Indonesia seharusnya dapat menggiring siswa untuk menyukai kegiatan membaca dan menulis. Oleh karena itu, lagi-lagi diperlukan model dari sosok yang juga menyukai kegiatan membaca dan menulis, yaitu guru. Dalam mewujudkan hal ini, guru dapat membincangkan secara sekilas kepada siswa-siswanya, 11""buku yang baru saja ia baca; menjelaskan kemenarikan isi buku tersebut; mempersilakan siswanya untuk meminjam jika ingin membacanya. Keempat, guru bahasa Indonesia yang profesional adalah guru yang memiliki karya tulis. Hal ini berkaitan dengan tuntutan Kurikulum 2013 untuk memandu siswa menghasilkan teks. Untuk mewujudkan ini, tidak cukup dengan guru mengajarkan siswa menulis teks, tetapi juga mencontohkan teks hasil karya guru itu sendiri. Teks yang ditulis oleh seseorang yang dekat dengan siswa akan menjadikan teks itu menarik; sekaligus memunculkan pembelajaran yang menarik pula. Seperti kegiatan membaca, guru juga dapat membincangkan kepada siswa-siswanya tentang teks yang ia tulis; menceritakan proses penciptaan teks tersebut; hal menarik yang dirasakan guru saat menulis teks. Karya guru juga dapat dijadikan bahan pelajaran bagi siswa sehingga siswa termotivasi menulis teks seperti yang dilakukan oleh gurunya. Keempat, guru bahasa Indonesia yang profesional memiliki metode kreatif untuk mengatasi keterbatasan siswa dalam keterampilan berbahasa. Dalam proses belajar, tidak semua siswa yang memiliki keempat keterampilan berbahasa yang optimal. Ada siswa yang mahir berbicara dengan cara berpikir yang runtut, tetapi saat menulis ia tidak bisa menyalin idenya secara berurutan. Ada siswa yang gemar membaca, tetapi kesulitan saat menerima informasi dalam kegiatan menyimak. Menanggapi kenyataan tersebut, guru harus menerapkan metode belajar yang dapat mengatasi permasalahan berbahasa yang dialami siswa di kelas, seperti menggunakan metode diskusi panel untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Kelima, guru bahasa Indonesia yang profesional dapat menggunakan secara konsisten keterampilan berbahasa reseptif dan produktif di luar sekolah. Hal ini masih terkait dengan pelibat wacana seperti yang dipaparkan oleh Halliday. Saat seseorang sudah menyandang predikat bahasa Indonesia, maka keprofesionalannya dalam berbahasa tetap menjadi sorotan di dalam maupun di luar sekolah. Di samping itu, adanya era digital yang mendukung siapa saja untuk menerima dan mengkomunikasi informasi, seorang guru harus tetap berbahasa yang baik dan benar. C. Kesimpulan Permasalahan dalam keterampilan berbahasa siswa dapat diatasi dengan meningkatkan keprofesionalan guru bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa guru bahasa Indonesia memiliki karakteristik tersendiri untuk menyandang predikat profesioanl sesuai bidang mata pelajarannya. Selanjutnya, untuk menciptakan guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang profesional ini, perlu dilakukan tindak lanjut seperti mengadakan pelatihan keprofesionalan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan penanaman kepribadian berdasarkan karakteristik guru bahasa Indonesia yang profesional kepada calon guru bahasa Indonesia di perguruan tinggi. 12""Daftar Rujukan Aji, W. N. dan Ngumarno. 2017. Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kabupaten Klaten. Varia Pendidikan, 2911—8. Halliday, 1977. Language as Social Semiotic Towards as General Sociolinguistic Theory. Dalam Makkai, A., Makkai, & Heilmann, L. Eds., Linguistics at the Crossroads hlm. 13-41. Padova Tipografia-La Garangola. Halliday, 1978. Language as Social Semiotic The Social Interpretation of Language and Meaning. London Edward Arnold. Halliday, 1985/1994. An Introduction to Functional Grammar. London Edward Arnold Publishers Ltd. Halliday, & Hasan, R. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Terjemahan oleh Barori Tou. Yogyakarta Gajah Mada University Press. Hasan, R. & Martin, Introduction. Dalam Hasan, R. & Martin, Eds., 1989. Language Development Learning Language, Learning Culture Meaning and Choice in Language Studies for Michael Halliday hlm. 1 17. Norwood-New Jersey Ablex Publishing Corporation. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Siswandi, H. J. 2006. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Melalui Metode Diskusi Panel dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Penabur, 5724—35. Wardani, Gosong, M., dan Artawan, G. 2013. Sikap Bahasa Siswa terhadap Bahasa Indonesia Studi Kasus di SMA Negeri 1 Singaraja, E-jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this N AjiDan NgumarnoAji, W. N. dan Ngumarno. 2017. Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Kabupaten Klaten. Varia Pendidikan, 291 Bahasa Siswa terhadap Bahasa Indonesia Studi Kasus di SMA Negeri 1 Singaraja, E-jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaK D K A WardaniM GosongG Dan ArtawanWardani, Gosong, M., dan Artawan, G. 2013. Sikap Bahasa Siswa terhadap Bahasa Indonesia Studi Kasus di SMA Negeri 1 Singaraja, E-jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Fokuspenelitian menekankan pada penggunaan metode demontrasi dalam mengajarkan menulis karangan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas SD Negeri 094099 Sirube-rube Kec. Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018.
Pada Kurikulum 2013, pengembangan kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan pembelajaran bahasa berbasis teks. Melalui pendekatan ini diharapkan siswa mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Metode pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SMP, SMA, dan SMK terdiri atas empat tahap, yaitu 1 membangun konteks, 2 pemodelan teks, 3 pembuatan teks secara bersama-sama, dan 4 pembuatan teks secara mandiri. Dalam petunjuk teknis implementasi Kurikulum 2013 setiap mata pelajaran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 dalam lampiran III dinyatakan bahwa guru berperan aktif dalam pengembangan budaya di sekolah. Perilaku dan sikap peserta didik tumbuh berkembang selama berada di sekolah dan perkembangannya dipengaruhi oleh struktur dan budaya sekolah, serta interaksi dengan komponen yang ada di sekolah, seperti kepala sekolah, guru, dan antar peserta didik. Drs. Teuku Husni, M. Pd., Widyaiswara LPMP Aceh. Email teukuhusni68 PENDAHULUAN Pengembangan kurikulum menjadi sangat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan. Hasil studi internasional untuk reading dan literacy PIRLS menunjukkan bahwa sebagian besar 95% siswa Indonesia hanya mampu menjawab persoalan sampai tingkat menengah. Artinya, 5% siswa Indonesia hanya mampu memecahkan soal yang memerlukan mengapa pelajaran bahasa Indonesia belum juga mampu membangun cara berpikir siswa, padahal fungsi utama bahasa selain sebagai sarana komunikasi juga merupakan sarana pembentuk pikiran. Ada apa dengan pelajaran bahasa Indonesia kita di sekolah-sekolah? Depdiknas, 2014c3 Hasil analisis lebih jauh untuk studi PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu 1 low mengukur kemampuan sampai level knowing, 2 intermediate mengukur kemampuan sampai level applying, 3 high mengukur kemampuan sampai level reasoning, dan 4 advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete information. Dalam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional. PEMBAHASAN Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 Pada Kurikulum 2013, pengembangan kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan pembelajaran bahasa berbasis teks. Pada pendekatan ini diharapkan siswa mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa, baik verbal maupun nonverbal, yang mengungkapkan makna secara kontekstual. Teks adalah satuan bahasa yang mengandung makna, pikiran, dan gagasan yang lengkap secara kontekstual. Teks tidak selalu berwujud bahasa tulis, sebagaimana lazim dipahami, misalnya teks Pancasila yang sering dibacakan pada saat upacara. Teks dapat berwujud baik tulis maupun lisan, bahkan dalam multimoda, teks dapat berwujud perpaduan antara teks lisan atau tulis dan gambar/animasi/film. Teks itu sendiri memiliki dua unsur utama, yaitu konteks situasi dan konteks budaya. Konteks situasi berkenaan dengan penggunaan bahasa yang di dalamnya terdapat register yang melatarbelakangi lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu pesan, pikiran, gagasan, ide yang hendak disampaikan field; sasaran atau partisipan yang dituju oleh pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu tenor; dan format bahasa yang digunakan untuk menyampaikan atau mengemas pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu mode. Terkait dengan format bahasa tersebut, teks dapat diungkapkan ke dalam berbagai jenis, misalnya deskripsi, laporan, prosedur, eksplanasi, eskposisi, diskusi, naratif, cerita petualangan, anekdot, dan lain-lain. Konteks yang kedua adalah konteks situasi dan konteks budaya masyarakat tutur bahasa yang menjadi tempat jenis-jenis teks tersebut diproduksi. Konteks situasi merupakan konteks yang terdekat yang menyertai penciptaan teks, sedangkan konteks sosial atau konteks budaya lebih bersifat institusional dan global. Struktur teks membentuk struktur berpikir, sehingga di setiap penguasaan jenis teks tertentu, siswa akan memiliki kemampuan berpikir sesuai dengan struktur teks yang dikuasainya. Dengan berbagai macam teks yang dikuasainya, siswa akan mampu menguasai berbagai struktur berpikir. Bahkan, satu topik tertentu dapat disajikan ke dalam jenis teks yang berbeda dan tentunya dengan struktur berpikir yang berbeda pula. Hanya dengan cara itu, siswa kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai. Selain itu, secara garis besar teks dapat dipilah atas teks sastra dan teks nonsastra. Teks sastra dikelompokkan ke dalam teks naratif dan nonnaratif. Adapun teks nonsastra dikelompokkan ke dalam teks jenis faktual yang di dalamnya terdapat subkelompok teks laporan dan prosedur dan teks tanggapan yang dikelompokkan ke dalam subkelompok teks transaksi dan eksposisi. Dengan memperhatikan jenis-jenis teks di atas, termasuk unsur utama yang harus ada di dalam teks, melalui pembelajaran bahasa berbasis teks, materi sastra dan materi kebahasan dapat disajikan. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia Metode pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SMP, SMA, dan SMK terdiri atas empat tahap, yaitu 1 tahap membangun konteks, 2 tahap pemodelan teks, 3 tahap pembuatan teks secara bersama-sama, dan 4 tahap pembuatan teks secara mandiri. Membangun Konteks Tahapan pertama dalam pembelajaran berbasis teks dimulai dari memperkenalkan konteks sosial dari teks yang dipelajari. Kemudian mengeksplorasi ciri-ciri dari konteks budaya umum dari teks yang dipelajari serta mempelajari tujuan dari teks tersebut. Selanjutnya adalah dengan mengamati konteks dan situasi yang digunakan. Misalnya dalam teks eksposisi, siswa harus bisa memahami peran dan hubungan antara orang-orang yang berdialog apakah antar teman, editor dengan pembaca, guru dengan siswa, dan sebagainya. Siswa juga harus memahami media yang digunakan apakah percakapan tatap muka langsung atau percakapan melalui telepon. Membangun konteks melalui kegiatan mengamati teks dalam konteksnya dan menanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan teks yang diamatinya. Pada langkah membangun konteks siswa dapat didorong untuk memahami nilai spiritual, nilai budaya, tujuan yang melatari bangun teks. Pada proses ini siswa mengeksplorasi kandungan teks serta nilai-nilai yang tersirat di dalamnya. Di sini siswa dapat mengungkap laporan hasil pengamatan untuk bahan tindak lanjut dalam kegiatan belajar. Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kelas adalah a mempresentasikan konteks. Untuk menyajikan suatu konteks, bisa menggunakan berbagai media antara lain melalui gambar, benda nyata, field-trip, kunjungan, wawancara kepada narasumber dan sebagainya, b membangun tujuan sosial. Untuk mengetahui tujuan sosial bisa melalui diskusi, survey, dan yang lainnya, c membandingkan dua kebudayaan. Membandingkan penggunaan teks antara dua kebudayaan berbeda, yaitu kebudayaan kita dengan kebudayaan penutur asli, d Membandingkan model teks dengan teks yang lainnya. Contohnya membandingkan percakapan antara teman dekat, teman kerja, atau orang asing. Pemodelan Pada tahap ini, siswa mengamati pola dan ciri-ciri dari teks yang diajarkan. Siswa dilatih untuk memahami struktur dan ciri-ciri kebahasaan teks. Pada langkah ini siswa didorong untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan memperhatikan 1 simbol, 2 bunyi 3 tata bahasa, dan 4 makna. Melalui analisis fakta dan data pada teks yang dipelajarinya siswa memperoleh model imbuhan, struktur imkata, frase, klausa, kalimat, maupun paragraf. Semua hal tersebut siswa pelajari pada konteks pemakaiannya. Pada tahapan ini siswa dapat mengeksplorasi jenis teks yang dipelajarinya serta mengenali ciri-cirinya. Proses aktivitas pengenalan bukan sebagai tujuan akhir pembelajaran, melainkan sebagai awal kegiatan untuk mengembangkan daya cipta. Pada tahap pemodelan, guru dapat mengenalkan nilai, tujuan sosial, struktur, ciri-ciri bentuk, serta ciri kebahasaaan yang menjadi penanda teks yang diajarkan. Kegiatan yang siswa lakukan pada tahap ini adalah siswa diminta membaca teks, tanya jawab tentang makna teks, melabeli teks, diskusi kelompok. Menyusun Teks Secara Bersama Dalam tahapan ini, siswa mulai memahami keseluruhan teks. Guru secara perlahan mulai mengarahkan siswa agar mandiri sehingga siswa menguasai model teks yang diajarkan. Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kelas antara lain mendiskusikan jenis teks, melengkapi teks rumpang, membuat kerangka teks, melakukan penilaian sendiri atau penilaian antar teman sebaya, dan bermain teka-teki. Siswa menggunakan hasil mengeksplorasi model-model teks untuk membangun teks dengan cara berkolaborasi dalam kelompok. Melalui kegiatan ini diharapkan semua siswa dapat memperoleh pengalaman mencipta teks sebagai dasar untuk mengembangkan kompetensi individu. Menyusun Teks Secara Mandiri Setelah melalui tahapan kesatu sampai tahapan ketiga, siswa telah memiliki pengetahuan mengenai model teks yang diajarkan. Siswa mulai memiliki kemampuan yang cukup untuk membuat teks yang mirip dengan model teks yang diajarkan. Dalam tahapan ini, siswa mulai mandiri dalam mengerjakan teks dan peran guru hanya mengamati siswa untuk yang dapat dilakukan dalam tahapan ini antara lain a Untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan, siswa merespon teks lisan, menggaris bawahi teks, menjawab pertanyaan, dan lain-lain, b Untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan dan berbicara, siswa bermain peran, melakukan dialog berpasangan atau berkelompok, c Untuk meningkatkan kemampuan berbicara, siswa melakukan presentasi di depan kelas, d Untuk meningkatkan kemampuan membaca, siswa merespon teks tertulis, menggaris bawahi teks, menjawab pertanyaan, dan lain-lain, e Untuk meningkatkan kemampuan menulis, siswa membuat draft dan menulis teks secara keseluruhan. Guru sebagai Pengembang Budaya Sekolah Dalam petunjuk teknis implementasi Kurikulum 2013 setiap mata pelajaran Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 dalam lampiran III dinyatakan bahwa guru berperan aktif dalam pengembangan budaya di sekolah. Perilaku dan sikap peserta didik tumbuh berkembang selama berada di sekolah dan perkembangannya dipengaruhi oleh struktur dan budaya sekolah, serta interaksi dengan komponen yang ada di sekolah, seperti kepala sekolah, guru, dan antarpeserta didik. Sekolah sebagai aktivitas belajar harus menciptakan budaya sekolah yang sehat dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Peran guru dalam proses pembelajaran di sekolah harus mengondisikan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didikuntuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagiprakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, danperkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa 1 bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, 2 penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, 3 bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan 4 bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia, dan cara berpikir seperti itu direalisasikan melalui struktur teks. Berdasarkan prinsip tersebut guru berperan untuk membuat peserta didik agar gemar membaca dan gemar menulis di sekolah maupun di rumah. Semakin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya nanti. Hanya dengan cara itu, peserta didik dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai. Sosok guru sebagai multifungsi perlu menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Keteladanan guru dalam budaya sekolah menjadi contoh bagi peserta didik, misalnya guru masuk ke dalam kelas tidak terlambat, guru mengajar dengan metode yang menarik dan menyenangkan, guru menghargai pendapat peserta didik, guru jujur dalam memberikan penilaian otentik tidak pilih kasih, guru gemar membaca yang ditandai dengan wawasan dan pengetahuan guru yang baik. Budaya sekolah yang baik salah satunya dapat ditunjukkan dengan adanya jalinan kerja sama antarguru mata pelajaran yang berbeda. Misalnya, guru mata pelajaran bahasa Indonesia dapat berkolaborasi dengan guru mata pelajaran IPA atau IPS dalam pembelajaran menulis laporan ilmiah. Hubungan antarguru yang akrab dan harmonis dapat diamati dan dirasakan peserta didik. Hal ini mendorong hubungan peserta didik dengan guru dapat terjalin dengan baik. Begitu pula hubungan peserta didik baru dengan peserta didik lama terjalin dengan baik sehingga bentuk kekerasan dapat terhindari. Budaya sekolah yang baik dapat pula diamati dari jalinan interaksi antara sekolah dengan masyarakat dan orang tua. Kerja sama yang baik antarsekolah dengan masyarakat dapat diwujudkan melalui menyukseskan program-program sekolah sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis. KESIMPULAN Melalui pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dalam Kurikulum 2013, siswa diharapkan mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dipandang sebagai satuan bahasa yang bermakna secara kontekstual. Metode pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SMP, SMA, dan SMK terdiri atas empat tahap, yaitu 1 tahap pembangunan konteks, 2 tahap pemodelan teks, 3 tahap pembuatan teks secara bersama-sama, dan 4 tahap pembuatan teks secara mandiri. Sehubungan dengan perubahan konten materi dan metode pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013, guru perlu meng-upgrate pengetahuan dan meningkatkan kompetensinya sesuai dengan tuntutan kurikulum dan tantangan zaman. Oleh Drs. Teuku Husni, M. Pd., Widyaiswara LPMP Aceh. Email teukuhusni68
Berdasarkanuraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik kurikulum 2013 adalah dalam setiap pembelajaran memiliki tujuan untuk mengembangkan sikap spiritual, sosial, pengetahuan, keterampilan sehingga dapat diterapkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Buku ini membahas konsep hakikat dan funsi kurikulum, hakikat KTSP dan K13, komponen-komponen KTSP dan K13, konsep dasar penyusunan KTSP dan K13, Telaah dan K13, hakikat dan fungsi buku teks, struktur buku teks, macam-macam buku teks, hubungan antara bagian buku teks kriteria penilaian buku teks, danbtelaah bukubteks bahasa Indonesia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free TELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKSBAHASA INDONESIAPenulis ROSMILAN PULUNGAN, LISA SEPTIA DEWI Letak Nama LayouterSampul Pembuat CoverDiterbitkan OlehGuepediaThe First On-Publisher in IndonesiaE-mail guepedia GuepediaTwitter. guepediaWebsite KATA PENGANTARPuji dan juga syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat iman, islam, ihsandan waktu kepada penulis sehingga menghasilkan buku TELAAH KURIKULUM DANBUKU TEKS BAHASA kasih sedalam-dalamnya juga penulis ucapkan kepada suami dan anak-anak yangtelah membantu memberi semangat untuk terus berkreasi menulis dan juga kepada parasahabat mata kuliah Telaah kurikulum dan buku teks bahasa Indonesia ini bermanfaat bagimahasiswa untuk memberikan pemahaman dan penguasaan terhadap isi kurikulum, yangdapat dipergunakan untuk menyusun rencana pembelajaran dan pelaksanaan pembelajarabahasa Indonesia di kelas untuk semua tingkatan satuan ini masihlah sangat jauh dari kata sempurna dan juga menuntut perbaikan terus-menerus yang di sesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Oleh karena itu penulis sangatberharap kepada pembaca untuk memberikan masukan kepada penulis bagi kesempurnaanbuku ini kata, semoga buku ini memenuhi kebutuhan bagi para penggunanya. Februari 2020ROSMILAN PULUNGAN, DAFTAR ISIKATA PENGANTAR..............................................................................................iDAFTAR ISI.............................................................................................................iiSILABUS MATA KULIAH....................................................................................1BAB I HAKIKAT KURIKULUM DAN FUNGSI KURIKULUMA. Pengertian kurikulum .................................................................................4B. Hakikat kurikulum......................................................................................5C. Konsep dasar kurikulum.............................................................................6D. Komponen kurikulum.................................................................................7BAB II HAKIKAT KURIKULUM 2013 DAN KTSPA. Pengertian kurikulum 2013 dan KTSP......................................................12B. Tujuan kurikulum 2013 dan KTSP............................................................12C. Tujuan kurikulum 2013 dan KTSP............................................................13D. Landasan kurikulum 2013 dan KTSP .......................................................13E. Karakteristik kurikulum 2013 dan KTSP.................................................16F. Komponen kurikulum 2013 dan KTSP .....................................................17G. Struktur kurikulum 2013 dan KTSP.........................................................19H. Perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP......................................................19BAB III HAKIKAT BUKU TEKSA. Pengertia buku teks .....................................................................................26B. Fungsi buku teks..........................................................................................26C. Kualitas buku teks .......................................................................................26D. Keterbatasan buku teks...............................................................................26E. Jenis buku teks .............................................................................................27F. Pengertian dan prinsip buku kerja............................................................28G. keunggulan dan kelemahan buku kerja ....................................................28H. Penyeleksian .................................................................................................30I. Penyusunan buku teks.................................................................................30J. Penelaahan buku teks..................................................................................31BAB IV HUBUNGAN BUKU TEKS DAN KURIKULUMA. Hubungan buku teks dan kurikulum.........................................................36B. Hubungan buku teks dan tujuan pembelajaran.......................................38C. Hubungan buku teks dan siswa..................................................................40D. Hubungan buku teks danguru....................................................................40E. Hubungan buku teks dan media pembelajaran........................................43F. Hubungan buku teks danstrategi pembelajaran ......................................45BAB V FORMAT MENELAAH BUKU TEKS....................................................48 SILABUSTELAAH KURIKULUM DAN BUKU TEKS BAHASA INDONESIAA. Tinjauan Mata Kuliah1. Deskripsi Mata KuliahMata kuliah ini membahas konsep hakikat kurikulum dan fungsi kurikulum, hakikatKTSP dan komponen- komponen KTSP dan prinsip-prinsip pengembangankurikulum KTSP dan konsep dasar penyusunan KTSP dan telaah kurikulumKTSP dan hakikat dan fungsi buku teks, struktur buku teks, macam-macam buku teks,hubungan antar bagian dalam buku teks, kriteria penilaian buku teks, dan telaah buku teksbahasa Indonesia2. Manfaat Mata KuliahManfaat mata kuliah Telaah kurikulum dan buku teks bahasa Indonesia inibermanfaat bagi mahasiswa untuk memberikan pemahaman dan penguasaan terhadap isikurikulum, yang dapat dipergunakan untuk menyusun rencana pembelajaran dan pelaksanaanpembelajara bahasa Indonesia di kelas untuk semua tingkatan satuan KompetensiSelama dan setelah perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu memahami1. Mampu memahami hakikat dan karakteristik kurikulum dan buku teks, komponenkurikulum dan buku teks, landasan pengembangan kurikulum dan buku teks, konsepdasar dan pendekatan menelaah kurikulum dan buku teks Bahasa Indonesia;2. Terampil menelaah kurikulum dan buku teks mata pelajaran Bahasa IndonesiaSLTP/MTs, SMA/MA/SMK secara efektif;3. Memiliki kemauan dan bersikap kritis dalam melaksanakan telaah kurikulum dan bukuteks Bahasa Indonesia. 4. Kompetensi DasarKompetensi dasar yang akan dicapai dalam perkuliahan Telaah Kurikulum dan BukuTeks Bahasa Indonesia diuraikan sebagai Kognitif1. Kemampuan memahami hakikat kurikulum dan fungsi kurikulum2. Kemampuan memahami hakikat KTSP dan Kemampuan memahami komponen komponen KTSP dan Kemampuan menguasai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum KTSP dan Kemampuan menguasai konsep dasar penyusunan KTSP dan Kemampuan menelaah kurikulum KTSP dan Kemampuan menjelaskan hakikat dan fungsi buku teks8. Kemampuan menguasai struktur buku teks9. Kemampuan menguasai mcam-macam buku teks10. Kemampuan menjelaskan hubungan antar bagian dalam buku teks11. Kemampuan menguasai kriteria penilaian buku teks12. Kemampuan menelaah buku teks bahasa IndonesiaAspek Psikomotor1. Trampil menelaah kurikulum KTSP dan pelajaran Bahasa IndonesiaSLTP/MTs, SMA/MA, SMK dengan pendekatan Trampil menelaah buku teks mata pelajaran Bahasa Indonesia, SLTP/MTs, SMA/MA,SMK dengan pendekatan Sikap1. Kemauan menerima perubahan kurikulum dan buku teks;2. Keberanian melakukan telaah kurikulum dan buku teks;3. Percaya diri melaksanakan setiap kegiatan pembelajaran;4. Kemauan bekerjasama dan disiplin mengikuti perkuliahan; Bahan AjarBagian I Hakikat kurikulum dan fungsi kurikulumBagian II KTSP dan Bagian III Komponen- komponen KTSP dan IV Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum KTSP dan V Konsep dasar penyusunan KTSP dan VI Telaah kurikulum KTSP dan VII Hakikat dan fungsi buku teksBagian VIII Struktur buku teksBagian IX Mcam-macam buku teksBagian X Hubungan antar bagian dalam buku teksBagian XI Kriteria penilaian buku teksBagian XII Telaah buku teks bahasa Indonesia3. Petunjuk bagi mahasiswaa. Bacalah Bahan Ajar yang diberikan Dosenb. Diskusikan dengan teman-teman andac. Susunlah Simpulan Hasil Diskusid. Perhatiakan umpan balik dari teman-teman dan dosen andae. Kerjakan tugas yang dikerjakan dosen baik individu maupun kelompokf. Pada akhir perkuliahan ini, anda diharapkan membuat simpulan secara individug. Mahasiswa wajib mengikuti kuliah minimal 75 % dari seluruh frekuensiperkuliahan dan sebagai syarat untuk mengikuti ujian Setiap kompetensi dalam kegiatan tatap muka, mahasiswa diwajibkan mengerjakantugas atau latihan secara individu dan Setiap mahasiswa mendemonstrasikan tugas yang diberikanj. Ujian tengah semester dilaksanAkan sesudah pertemuan ke- 8 yang diberikan secarateori dan praktek, sedangkan ujian aklhir semester diberikan sesudah pertemuan ke 16juga secara teori dan praktek. BAB IHAKIKAT KURIKULUM DAN FUNGSI KURIKULUMA. Pengertian KurikulumPengertian Kurikulum secara EtimologisSecara etimologis istilah kurikulum yang dalam bahasa Inggris ditulis“curriculum” berasal dari bahasa Yunani yaitu “curir” yang berarti “pelari”, dan“curere” yang berarti “tempat berpacu”. Tidak heran jika dilihat dari arti harfiahnya, istilahkurikulum tersebut pada awalnya digunakan dalam dunia Olah raga, seperti bisa diperhatikandari arti “pelari dan tempat berpacu”, yang mengingatkan kita pada jenis olah raga Kurikulum berdasarkan IstilahBerawal dari makna “curir” dan “curere” kurikulum berdasarkan istilah diartikansebagai “Jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untukmemeroleh medali atau penghargaan”. Pengertian tersebut kemudian diadaptasikan ke dalamdunia pendididikan dan diartikan sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuholeh seorang siswa dari awal hingga akhir program demi memeroleh ijazah”Menurut Peter F. Oliva“Curriculum is the plan or program for all experiences which the learner encountersunder the direction of the school”Oliva, 1982. Kurikulum adalah suatu program ataurencana yang dikembangkan oleh lembaga sekolah untuk memberikan berbagai pengalamanbelajar bagi siswa. Definisi tersebut mengandung dua hal penting yang harus bahwa kurikulum adalah merupakan program atau rencana yang memuatproyeksi yang akan dilakukan oleh lembaga pendidikan. Kedua kurikulum merupakanseluruh pengalaman all experiences. Batasan kedua ini mengisyaratkan bahwa kurikulummemiliki makna yang lebih luas daripada pengertian yang pertama, artinya selain sebagairencana, kurikulum juga merupakan seluruh pengalaman atau aktivitas yang terjadi sebagairealisasi dari program atau rencana yang telah dibuat menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003Menurut UU no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah “Seperangkat rencana danpengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagaipedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikantertentu”. Bab I Pasal 1 ayat 19. B. Hakikat KurikulumHakekat kurikulum menurut Saylor, Alexander dan leuwis 1981, membuat kategorirumusan pengertian kurikulum, yaituKurikulum sebagai rencana tentang mata pelajaran atau bahan-bahan pelajaranMenurut kamus webster’s new international dictionary, yang sudah memasukkanistilah kurikulum dalam khasanah kosakata bahasa inggris sejak tahun 1593, member artikepada istilah kurikulum sebagai berikuta. A course, esp. a specified fixed course of study, as in a school or college, as oneleading to a The whole body of courses offered in an educational institution, or by a departmentthere diatas artinyaa. Sebagai sejumlah pelajaran yang ditetapkan untuk dipelajari oleh siswa disuatusekolah atau perguruan tinggi, untuk memperoleh ijazasah atau Keseluruhan mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atausuatu departemen sebagai rencana tentang pengalaman belajarPengalaman-pengalaman belajar bisa berupa mempelajari mata pelajaran dan berbagaikegiatan lain yang dapat memberi pengalaman beajar yang bermanfaat. Kegiatan belajar puntidak terbatas pada kegiatan-kegitan belajar didalam kelas atau sekolah, melainkan jugakegiatan yang dilakukan diluar kelas atau sekolah; asalkan dilakukan atas tanggung jawabsekolah Romine, 1954.Menurut strate meyer, frokner dan Mck Kim 1947 menurut ketiga tokoh diatasmengartikan kurikulum dalam tiga cara, yaitua. Mata pelajaran-mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan di kelasb. Seluruh pengalaman belajar, baik yang diperoleh dikelas maupun di luar kelas yangdisponsori oleh sekolahc. Seluruh pengalaman hidup siswa. Kurikulum mencakup aspek yang cukup luas yaknimeliputi seluruh pengalaman siswa, karena menurut ketiga tokoh diatas berpandanganbahwa pendidikan bertugas mempersiapkan siswa untuk dapat berfungsi danmenyesuaikan diri dengan seluruh aspek kehidupan di masyarakat d. Menurut Thorn ton dan Wright 1964 mengemukakan bahwa kurikulum diguakanutuk menunjukkan kepada semua pengalaman belajar siswa yang diperoleh dibawahpegawasan sebagai rencana tentang kesempatan belajarIstilah rencana belajar yaitu apa yang diinginkan oleh perencana kurikulum untukdipelajari siswa selama mengikuti pendidikan di sekolah. Menurut Hilda Taba1962menyatakan kurikulum adalah suatu rencana belajar. Oleh karena itu, konsep-konsep tetangbelajar dan perkembangan individu dapat mewarnai bentuk-bentuk kurikulum. Rencanabelajar mencakup tujuan, materi, organisasi kegiatan dan penilaian keberhasilan Konsep Dasar KurikulumMcNeil 1981 mengkategorikan konsep-konsep kurikulum ke dalam empat macam yaitu1. Konsep kurikulum humanistisKonsep ini memandang kurikulum sebagai alat untuk mengembangkan diri setiapindividu siswa. Tujuan-tujuan kurikulum seharusnya menekankan pada segi perkembanganpribadi, integrasi, dan otonomi individu. Menurut Maslow yang menekankan pada kajiantentang perjenjangan atau hirarki kebutuhan individual memandang, bahwa setiap individumempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan itu beranjak dari yangpaling mendasar hingga yang paling tinggi. Kebutuhan mendasar adalah kebutuhanjasmaniah sedangkan kebutuhan tinggi adalah kebutuhan akan perwujudan kurikulum humanistis melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada anakdidik. Dalam kurikulum seperti ini setiap siswa berkesempatan belajar sesuai minat dankebutuhannya Konsep kurikulum rekonstruksi socialPada konsep ini menekankan pentingnya kurikulum sebagai alat untuk melakukanrekonstruksi atau penyusunan kembali corak kehidupan dan kebudayaan dari penerapan konsep kurikulum ini adalaha. Untuk kepentingan penyusunan kurikulum perlu dianalisis kebutuhanb. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikenali dilakukan Proses pendidikan di sekolah menekankan pada kegiatan pemecahan masalahd. Masyarakat dijadikan sebagai sumber belajar. Konsep kurikulum ini melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada semacam ini disebut juga dengan kurikulum proyek dan kurikulum Konsep kurikulum teknologisIstilah teknologi yang dimaksudakan adalah suatu pendekatan sistem dalammemecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Konsep ini memandang bahwakurikulum merupakan suatu sistem yang dikembangkan dengan pendekatan sistem. Sebagaisuatu sistem kurikulum mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan dalammengengefektifkan pencapaian tujuan. Konsep kurikulum ini tidak melahirkan suatu bentukkurikulum tertentu. Konsep ini lebih menekankan pada perancangan sistem belajar mengajarberdasarkan pendekatan sistem. Penerapannya tercermin dari penerapan sistem Konsep kurikulum Elliot Eisner dan Elizabeth Vallance dalam buku Conflicting Conceptions ofCurriculum mengemukakan konsep bahwa kurikulum merupakan alat untuk mengembangkankemampuan kognitif. Mcneil, 1981 Proses pengembangan kurikulum dilakukan denganmerencanakan kegiatan mempelajari bahan-bahan pelajaran yang bersifat akademis. Konsepkurikulum ini melahirkan bentuk-bentuk kurikulum yang berorientasi pada mata 1961 mengajukan suatu bentuk kurikulum akademis ini dalam suatu bentukkurikulum spiral yakni kurikulum yang berisi sejumlah struktur disiplin ilmu, yang secaraberulang-ulang dipelajari oleh siswa diberbagai jenjang sekolah, dengan tingkat kedalamandan keluasan mempelajari bahan yang makin meningkat sesuai dengan jenjangnya. Bentuklain dari konsep kurikulum ini adalah kurikulum inti yaitu berisi mata pelajaran dan bahanpelajaran yang bersifat fundamental dan dianggap paling penting untuk dikuasai setiap kurikulum inti merupakan kurikulum umum mengenai materi pendidikan umumRencana belajar pada kurikulum inti meyediakan dua paket yaitu paket kurikulum intidan paket elektif, yang berisi bidang-bidang studi yang bisa dipilih sesuai bakat dan Komponen Kurikulum1. Komponen tujuanTujuan merupakan gambaran harapan, sasaran yang menjadi acuan bagi semua aktivitas yangdilakukan untuk mencapainya. Istilah yang lebih populer saat ini yang digunakan sebagaipadanan tujuan, yaitu “Kompetensi”. Kompetensi merupakan rumusan kemampuanberhubungan dengan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus direfleksikan dalam berfikir dan bertindak secara konsisten. Adapun jenis tujuan bisa dibedakan dari mulaitujuan yang sangat umum dan bersifat jangka panjang sampai pada tujuan lebih spesifik ataujangka pendek segera dengan urutan sebagai berikuta. Tujuan Pendidikan Nasional sasaran akhir yang harus menjadi inspirasi bagi setiappenyelenggara pendidikan pada setiap jenjang, jalur dan jenis pendidikan di seluruhIndonesia. Dalam Undang-undang no. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa PendidikanNasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yangberiman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung Tujuan Pendidikan Lembaga Institusional merupakan sasaran, harapan atau arahyang harus menjadi acuan untuk dicapai oleh setiap lembaga pendidikan sesuaidengan jalur, jenjang dan jenis pendidikannya. Istilah yang digunakan saat ini sebagaipadanan tujuan institusional ialah “Standar Kompetensi Lulusan/SKL” Misalnyatujuan lembaga pendidikan dasar ialah “Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikutipendidikan lebih lanjut.” Peraturan Mendiknas no. 23 Tahun 2006.c. Tujuan Kurikuler Mata pelajaran merupakan kemampuan/kompetensi yang harusdimiliki oleh siswa setelah memelajari suatu mata pelajaran atau kelompok matapelajaran. Adapun istilah yang saat ini digunakan sebagai padanan tujuan matapelajaran kurikuler yaitu “standar kompetensi”.d. Tujuan Pembelajaran Instruksional Merupakan penjabaran lebih lanjut dari standarkompetensi, yaitu rumusan kemampuan/kompetensi pengetahuan, sikap,keterampilan yang harus dimiliki secara segera dan bisa diketahui hasilnya setelahsetiap pembelajaran berakhir. Istilah yang digunakan saat ini sebagai padanan tujuanpembelajaran adalah “kompetensi dasar dan indikator” Komponen Isi/ materiKomponen isi dan struktur materi merupakan materi yang diprogramkan untuk mencapaitujuan pendidikan tertentu yang telah ditetapkan. Isi yang dimaksud biasanya berupa bidang-bidang studi, misalnya, Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Fisika dan tersebut disesuaikan dengan jenis dan jenjang pendidikan yang ada di suatulembaga pendidikan. Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum terdiridari dua kelompok besar, yaitu jenis-jenis bidang studi yang diajarkan di masing-masingbidang studi Komponen metode/ strategiMerupakan pendekatan, strategi, dan sistem pengelolaan pendidikan/pembelajaran yangdilakukan di setiap lembaga pendidikan, sehingga program atau kurikulum yang telahditetapkan dapat berjalan secara efektif, efisien, dan tiga alternatif pendekatan yang dapatdigunakana. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran subject orientedb. Pendekatan yang berpusat pada siswa student orientedc. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakatd. Komponen evaluasiEvaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Fungsievaluasi menurut Scriven 1967 adalah evaluasi sebagai fingsi sumatif dan evaluasi sebagaifungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapatdikelompokan kedalam dua jenis, yaitu tes dan non Tes, digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkatpenguasai materi pembelajaran. Adapun jenis-jenis tes adalah sebagai berikut1. Berdasarkan jumlah Tes kelompok adalah tes yang dilakukan terhadap sejumlah siswa secara Tes individual adalah tes yang dilakukan kepada seorang siswa secara perorangan .2. Berdasarkan cara Tes buatan guru disusun untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh Tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan Dilihat dari Tes tertulis adalah tes yang dilakukan dengan cara menjawab sejumlah item soaldengan cara tertulis. Ada dua jenis tes yang termasuk kedalam tes tertulis ini, yaitu tesessai dan tes Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan bahasa secara Tes perbuatan adalah tes dalam bentuk peragaan. Tes, adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah lakutermasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa jenis non tes sebagai alat evaluasi,diantaranya wawancara, observasi, studi kasus, dan skala Observasi, adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada situasitertentu. Ada dua jenis observasi, yaitu observasi partisipatif dan non Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan menempatkan observersebagai bagian dimana observasi itu Observasi non partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan cara observermurni sebagai pengamat. Artinya, observer dalam melakukan pengamatan tidak aktifsebagai bagian dari itu, akan tetapi ia berperan smata-mata hanya sebagai Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancarai dan yangmewawancarai. Ada dua jenis wawancara, yaitu wawancara langsung dan wawancaratidak Wawancara langsung dimana pewawancara melakukan komunikasi dengan subjekyang ingin Wawancara tidak langsung dilakukan dimana pewawancara ingin mengumpulkan datasubjek melalui Studi Kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode tertentu PUSTAKAAli, Muhammad, 1992. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung SinarBaru AlgensindoBadan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuanPendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta BSNPDepartemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Depdiknas Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung RemajaRosdakaryaTim Pengembang. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung Jurusan Kurikulum danTeknologi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia BAB IIHAKIKAT KTSP DAN Pengertian Kurikulum 2013 Dan KTSP 2006Pengertian kurikulum 2013dan KTSP 2006Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah di gagas dalam rintisankurikulum berbasis kompetensi BKB 2004, tetapi belum terselesaikan karena desakan untuksegera mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006. Kurikulum 2013 inimerupakan kurikulm yang sedang dalam tahapan perencanaa oleh pemerintah, karena inimerupakan perubahan dari struktur kurikulum KTSP, perubahan ini dilakukan karenabanyaknya masalah dan salah satu upaya untuk memperbaiki kurikulum yang kurang 2006 adalah sebuah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan olehmasing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan olehundang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan peraturanpemerintah republik indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikanindonesia. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacupada standar isi SI dan standar kompetensi lulusan SKL untuk pendidikan dasar danmencegah sebagai mana yang diterbitkan melalui peraturan mentri pendidikan nasionalmasing-masing nomor 22 dan 23 tahun 2006, serta panduan pengembangan KTSP yangdikeluarkan oleh badan standar nasional pendidikan BSNP.Pada prinsipnya, KTSPmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembanagannya diserahkankepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu Tujuan kurikulum 2013 dan KTSP 2006Tujuan kurikulum 2013Tujuan dari kurikulum 20013 yaitu untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa danmendorong siswa untuk aktif. pada kurikulum baru, siswa bukan lagi menjadi obyek tapijustru menjadi subyek dengan ikut mengembangkan tema yang ada. Dengan adanyaperubahan ini, tentunya berbagai standar dalam komponen pendidikan akan berubah. Baikdari standar isi maupun dari tandar KTSP 2006Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan danmemberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan otonomi kepadalembaga pendidikan. KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah untuk berpartisipasiaktif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalaha. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalammengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumberdaya Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangankurikulum melalui pengan bilan keputussan Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitaspendidikan yang akan PengembanganPengembangan kurikulum dilakukan dengan empat tahap yatua. Penyusunan kurikulum dilingkungan internal kemdikbud dengan melibatkan sejumlahpakar dari berbagai disiplin ilmu dan praktisi Pemaparan desain kurikulum 2013 didepan wakil presiden selaku ketua komitependidikan yang telah dilaksanakan pada 13 nopembe 2012 serta didepan komisi XDPR RI pada 22 nopember Pelaksanaan uji publik guna mendapatkan tanggapan dari berbagai Dilakukan penyempurnaan untuk selanjutnya menjadi kurikulum pengembangan kurikulum a. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena matapelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satusatuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensiD. Landasan Kurikulum 2013 Dan KTSP 2006Landasan kurikulum 20131. Landasan yuridisa. Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistempendidikan nasionalb. PP. No 19 tahun 2005 tntang standar nasional pendidikanc. PP. No 23 taun 2013 tentang perubahan standar nasional pendidikand. Permendikbud No 54 tahun 20013 tentang standar kompetensi lulusane. Permendikbud No 64 tahun 2013 tentang standar isi, dan lain-lain2. Landasan filosofis Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa UU RI nomor 20tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk mengembangkan dan membentukwatak dan peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkansegenap potensi peserta didik “menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadiwarganegara yang demokratis serta bertanggungjawab” UU RI nomor 20 tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional.Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulumharuslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa dimasa berakar pada budaya bangsa. Proses pendidikan adalah suatuproses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu menjadi pewaris danpengembang budaya pendidikan berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa lampau diperkenalkan,dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat, dan bangsa yang sesuaidengan zaman dimana peserta didik tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuanmenjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik apabilapengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial memberikandasar untuk secara aktif mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat,warganegara, dan anggota umat manusia. Pendidikan juga harus memberikan dasar bagikeberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkankarakter bangsa masa karena itu, konten pendidikan yang mereka pelajari tidak semata berupa prestasibesar bangsa di masa lalu tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat kini dan akanberkelanjutan ke masa mendatang. Berbagai perkembangan baru dalam ilmu, teknologi,budaya, ekonomi, sosial, politik yang dihadapi masyarakat, bangsa dan umat manusiadikemas sebagai konten pendidikan. Konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kinimemberi landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait dengan kehidupan masyarakat dalamberbagai aspek kehidupan, kemampuan berpartisipasi dalam membangun kehidupan bangsayang lebih baik, dan memosisikan pendidikan yang tidak terlepas dari lingkungan sosial,budaya, dan Landasan teoritisKurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teoripendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiapkurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan sebagai Standar Kompetensi Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan PP nomor19 tahun 2005. Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar KompetensiLulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK. Standar Kompetensi Lulusansatuan pendidikan berisikan 3 tiga komponen yaitu kemampuan proses, konten, dan ruanglingkup penerapan komponen proses dan adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatanpembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu UU nomor 20 tahun 2003; PPnomor 19 tahun 2005. Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang dirancangbaik dalam bentuk dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan,konten dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan padaStandar Kompetensi guru tentang kurikulum akan menentukan rancangan guru Rencana ProgramPembelajaran/RPP dan diterjemahkan ke dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Peserta didikberhubungan langsung dengan apa yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran danmenjadi pengalaman langsung peserta didik. Apa yang dialami peserta didik akan menjadihasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaranharus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkanpotensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalamStandar Kompetensi Landasan empirisPada saat ini perekonomian Indonesia terus tumbuh di tengah bayang-bayang resesidunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 2005 sampai dengan 2008 berturut-turut 5,7%,5,5%, 6,3%, 2008 6,4% negara ASEAN sebesar 6,5 –6,9 % Agus Martowardojo,dalam Rapat Paripurna DPR, 31/05/2012. Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terusdijaga dan ditingkatkan. Generasi muda berjiwa wirausaha yang tangguh, kreatif, ulet, jujur,dan mandiri, sangat diperlukan untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di masadepan. Generasi seperti ini seharusnya tidak muncul karena hasil seleksi alam, namun karenahasil gemblengan pada tiap jenjang satuan pendidikan dengan kurikulum negara bangsa yang besar dari segi geografis, suku bangsa, potensi ekonomi, danberagamnya kemajuan pembangunan dari satu daerah ke daerah lain, sekecil apapun ancaman disintegrasi bangsa masih tetap ada. Kurikulum harus mampu membentuk manusia Indonesiayang mampu menyeimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat untuk memajukan jatidirisebagai bagian dari bangsa Indonesia dan kebutuhan untuk berintegrasi sebagai satu entitasbangsa Indonesia. kecenderungan menyelesaikan persoalan dengan kekerasan dan kasuspemaksaan kehendak sering muncul di Indonesia. Kecenderungan ini juga menimpa generasimuda, misalnya pada kasus-kasus perkelahian massal. Walaupun belum ada kajian ilmiahbahwa kekerasan tersebut bersumber dari kurikulum, namun beberapa ahli pendidikan dantokoh masyarakat menyatakan bahwa salah satu akar masalahnya adalah implementasikurikulum yang terlalu menekankan aspek kognitif dan keterkungkungan peserta didik diruang belajarnya dengan kegiatan yang kurang menantang peserta didik. Oleh karena itu,kurikulum perlu direorientasi dan direorganisasi terhadap beban belajar dan kegiatanpembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan elemen masyarakat telah memberikan kritikan, komentar, dan saran berkaitandengan beban belajar siswa, khususnya siswa sekolah dasar. Beban belajar ini bahkan secarakasatmata terwujud pada beratnya beban buku yang harus dibawa ke sekolah. Beban belajarini salah satunya berhulu dari banyaknya mata pelajaran yang ada di tingkat sekolah karena itu kurikulum pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan kepada peningkatan 3tiga kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung serta pembentukan tahun pelajaran 2013/2014, kurikulum SD/SMP/SMA/SMK mengalami perubahan-perubahan antara lain mengenai proses pembelajaran, jumlah mata pelajaran, dan jumlah KTSP 2006KTSP memupunyai beberapa landasan, landasan tersebut adalah a. UU Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionalb. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikanc. Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isid. Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusane. Permendiknas No. 24/2006 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23/2006E. Karakteristik Kurikulum 2013 dan KTSP 2006Karakteristik kurikulm 2013a. Kurikulum berbasis sainsb. Kurikulum 20013 untuk SD, bersifat tematik itegratif. c. Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap,keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik Proses pembelajaran yang menekan aspek kognitif, afektif, psikomotorik yangmelalaui penilaian berbasis tes dan portofolio saling Jumlah mata pelajaran ada tujuh, pendidikan agama, pendidikan pancasila dankewarganegaraan, bahasa indonesia, matematika, seni budaya dan prakarnya,pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, dan Alokasi waktu perjam pelajarang. Banyak jam pelajaran permingguKarkterisik kurikulum 2006KTSP merupakan bentuk operasional pengembangan kurikulum dalam konteksdesentralisasi pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan baruterhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Hal ini diharapkan dapat membawa dampakterhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalammeningkatkan peserta didik datang dari berbagai latar belakang kesukuan dan tingkat sosial,salah satu perhatian sekolah harus ditunjukan pada asas pemerataan, baik dalam bidangsosial, ekonomi, maupun politik. Disisi lain, sekolah juga harus meningkatkan efisiensi,partisipasi, dan mutu, serta bertanggung jawab kepada masyarakat dan KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuanpendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,profosionalsme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian. Berdasarkan uraian diatas, dapatdikemukakan beberapa karakteritik KTSP sebagai berikuta. pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan,b. partisipasi masyarkat dan orang tua yang tinggi,c. kepemimpinan yang demokaratis dan froposional,d. Serta team-kerja yang kompak dan lebih jelasnya, masing-masing karakteristik tersebut dideskripsikan KOMPONEN KURIKULUM 2013 dan KTSP 2006Komponen kurikulum 2013Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana PelaksanaanPembelajaran RPP yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPPdisesuaikan pendekatan pembelajaran yang SilabusSilabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajianmata pelajaran. Silabus paling sedikit memuata. Identitas mata pelajaranb. Identitas sekolahc. Kompetensi intid. Kompetensi dasare. Temaf. Materi pokokg. Pembelajaranh. Penilaiani. Alokasi waktuj. Sumber belajar2. Rencana pelaksaan pembelajara RPPa. Identitas sekolahb. Identitas mata pelajaran/temac. Kelas/semesterd. Materi pokoke. Alokasi waktuf. Tujuan pembelajarang. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensih. Materi pembelajarani. Metode pembelajaranj. Media pembelajarank. Sumber belajarl. Langkah-lanfgkah pembelajaranm. Penilaian hasil pemebelajaran3. Prinsip penyusunan RPPDalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikuta. Perbedaan individual peserta didikb. Partisipasi aktif peserta didik c. Berpusat ada peserta didikd. Pengembangan budaya membaca dan menulise. Pemberian umpan balik dan tindak lanjutf. Penekan pada keterkaitan dan keterpaduang. Mengakomodasi pembelajaran tematik teraduh. Penerapan teknologi informasi dan komunkasiKomponen KTSP 2006a. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikanb. Struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikanc. Kalender pendidikand. Masalah-masalah dalam penerapan kurikulum KTSPG. STRUKTUR KURIKULUM 2013 dan KTSP 2006Struktur kurikulum 2013Dalam teori kurikulum Anita Lie, 2012 keberhasilan suatu kurikulum merupakanproses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan,perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana danprasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum termasuk pembelajaran dan penilaianpembelajaran dan kurikulum dalam hal perumusan desain kurikulum, menjadi amat begitu struktur yang disiapkan tidak mengarah sekaligus menopang pada apa yangingin dicapai dalam kurikulum, maka bisa dipastikan implementasinya pun akan kedodoran,pada titik inilah, maka penyampaian struktur kurikulum dalam uji publik ini menjadi KTSP 2006Struktur KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SImeliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikuta. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak muliab. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadianc. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologid. Kelompok mata pelajaran estetikae. Kelompok mata pelajaranjasmani, olahraga dan kesehatanH. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN KURIKULUM 2013 DAN KTSP 2006Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar NasionalPendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat 15 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah“Kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.” KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 KBK adalahkurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikanatau sekolah Muslich, 200717.Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu terbatas. Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama. Begitu pulakurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP. Berikut ini adalah perbedaankurikulum 2013 dan KTSP Perbedaan1. Perbedaan umumSKL Standar KompetensiLulusan ditentukanterlebih dahulu, melaluiPermendikbud No 54Tahun itu baru ditentukanStandar Isi, yang bebentukKerangka DasarKurikulum, yangdituangkan dalamPermendikbud No 67, 68,69, dan 70 Tahun 2013Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui PermendiknasNo 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL StandarKompetensi Lulusan melalui Permendiknas No 23 Tahun2006Aspek kompetensi lulusanada keseimbangan softskills dan hard skills yangmeliputi aspek kompetensisikap, keterampilan, danpengetahuanlebih menekankan pada aspek pengetahuandi jenjang SD TematikTerpadu untuk kelas I-VIdi jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-IIIJumlah jam pelajaran perminggu lebih banyak danJumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah matapelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013 jumlah mata pelajaran lebihsedikit dibanding KTSPProses pembelajaran setiaptema di jenjang SD dan semuamata pelajaran di jenjangSMP/SMA/SMK dilakukandengan pendekatan ilmiahsaintific approach, yaitustandar proses dalampembelajaran terdiri dariMengamati, Menanya,Mengolah, Menyajikan,Menyimpulkan, proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi,Elaborasi, dan KonfirmasiTIK Teknologi Informasi danKomunikasi bukan sebagaimata pelajaran, melainkansebagai media pembelajaranTIK sebagai mata pelajaranStandar penilaianmenggunakan penilaianotentik, yaitu mengukursemua kompetensi sikap,keterampilan, danpengetahuan berdasarkanproses dan lebih dominan pada aspek pengetahuanPramuka menjadi ekstrakulerwajibPramuka bukan ekstrakurikuler wajibPemintan Penjurusan mulaikelas X untuk jenjangSMA/MAPenjurusan mulai kelas XIBK lebih menekankanmengembangkan potensisiswaBK lebih pada menyelesaikan masalah siswa 2. Ditinjau dari prosesnyaa. Pada KTSP proses pembelajaran yang lebih dominan adalah aspek kognitif,psikomotor, dan afektif, sedangkan pada kurikulum 2013 dalam proses belajarmengajar nantinya yang lebih dominan adalah afektif, psikomotor, siswa dalam proses lebih menonjolkan afektif dan Kurikulum 2013 sangat menekankan penyeimbangan antara aspek kognitifintelektual, psikomotorik gerak dan afektif sikap. Berbeda dengan KTSP 2006yang pada tahap implemntasinya cenderung lebih fokus pada aspek Aspek standar isi. Jumlah mata pelajaran yang ada di dalam setiap jenjang dikurikulum 2013 berkurang. Contoh untuk sekolah dasar yang awalnya 10 menjadi 6mata pelajaran, tetapi esensi yang diharapkan dari setiap pembelajaran tetap ada,sehingga cara yang digunakan didalam kurikulum 2013 adalah integrasi beberapapelajaran ke pelajaran lain. Integrasi ini disebut pembelajaran tematik. Penguranganjumlah pelajaran pada kurikulum 2013 namun dmikian berimbas pada penambahanwaktu belajar. Untuk tingkat sekolah dasar penambhan 4 jam dalam 1 Standar proses pemebelajaran. Perubahan yang signifikan terjadi pada penedekatanpembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran yang pada awalnya menggunkanpendekatan behaviorisme dan kognitifisme, sekarang mulai bergeser menujukedekatan konstrutivisme. Hal ini akan berimbas pada guru di kelas yang padaawalnya cenderung menggunkan guru sebagai sumber pembelajaran teacher-centered leaning, menjadi siswa dan lingkungannya sebagai sumber student-centered leaning.e. Perubahan standar penilaian. Pada kurikulum KTSP 2006 penilaian yang dilakukancenderung menggunakan penilaian akhir tanpa ada penilaian pada prosespembelajaran. Pada kurikulum baru ini, penilaian akan di proses belajar turutdimasukan. Nantinya akan ada penilaian forfolio terhadap forfolio terhadap dari penilaiannyaa. Kurikulum 2013Pada kurikulum 2013 tantangan masa depan yang dihadapi yaitu arus globalisasi,masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konfergensi ilmu danteknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan. Kompetensi masa depan yaitu meliputi kemampuan berkomunikasi, kemapuanberfikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatupermasalahan kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuanmencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.Fenomena sosial yang mengemukakan seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi,plagiarisme, kecurangan dalm berbagai jenis ujian, dan kejolak sosial.Persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan padaaspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat dan bermuatan KTSP 2006Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetisi sesuai tuntutan fungsi dan tujuanpendidikan nasional.Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan danpengetahuan.Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhanmisalnya pendidikan karakter, metodologi, pembelajaran aktif, keseimbangan softskills dan hard skill, kewirausahaan, belum terakomodasi didalam kurikulum.Kurikulum belum peka dan tanggapan terhadap perubahan sosial yang terjadi padatingkat lokal, nasional maupun global.Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pengajaran yang rincisehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung padapembelajaran yang berpusat pada guru.Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis pada kompetensiproses dan hasil dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berskala.Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidakmenimbulkan multi Ditinjau dari esensialnyaa. Kurikulum 2013Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi sikap, pengetahuan,keterampilan.Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensidasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas.Semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama saintifik melaluimengamati, menanya, mencoba, menalar, dll Bermacam jenis konten pembelajaran di ajarkan terkait dan terpadu satu sama laincross curriculum atau integrated curriculum , konten ilmu pengetahuandiintegrasikan dan dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya.Tematik integratif untuk kelas I –IV SDTIK merupakan sarana pembelajaran, dipergunakan sebagai media pembelajaran matapelajaran lain.Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledgeTidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, permintaan, antar minat danpendalaman minat.SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar –dasarpengetahuan, keterampilan dan sikap.Penjurusan di SMK tidak terlalu detil sampai bidang studi, didalamnya terdapatpengelompokkan peminatan dan KTSP 2006Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentuMata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiriTiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbedaTiap jenis konten pembelajaran diajarkan terpisah separated curriculumTematik untuk kelas I –III SD belum terintegratifTIK adalah mata pelajaran sendiriBahasa Indonesia sebagai pengetahuanUntuk SMA, ada penjurusan sejak kelas XISMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensiPenjurusan di SMK sangat detil sampai keahlianPersamaanDibuat dan dirancang oleh Pemerintah tepatnya oleh Depdiknas.Beberapa mata pelajaran masih ada yang sama seperti KTSP DAFTAR PUSTAKA E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya. dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan. Direktorat jenderaldepartemen agama RI. Tahun 2006. BAB IIIHAKIKAT BUKU TEKSA. Pengertian dan Definisi Buku TeksBuku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan bukustandar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu buat maksud-maksud dan tujuaninstruksional, yang diperlengkapi dengan sarana pengajaran ynag serasi dan mudahdipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapatmenunjang sesuatu program pengajaranB. Fungsi Buku TeksBuku–buku teks merupakan sarana penting dan ampuh bagi penyediaan dan pemenuhanpengalaman tak langsung dalam jumlah yang besar dan terorganisasi rapi. Buku teksmempunyai beberapa fungsi yaitu buku teks mencerminkan suatu sudut pandangan,menyediakan suatu sumber yang teratur rapi dan bertahap, menyajikan pokok masalahyang kaya dan serasi, menyediakan aneka metode dan sarana pengajaran, menyajikanfiksasi awal bagi tugas dan latihan, serta menyajikan sumber bahan evaluasi dan buku teks antara laina. Kesempatan mempelajarinya sesuai dengan kecepatan masing-masingb. Kesempatan untuk mengulangi atau meninjaunya kembalic. Kemungkinan mengadakan pemeriksaan atau pencekam terhadap Kemudahan untuk membuat catatan-catatan bagi pemakaiannya selanjutnyae. Kesempatan khusus yang dapat ditampilkan oleh sarana-sarana visual dalammenunjang upaya belajar dari sebuah Kualitas Buku TeksBuku teks yang baik adalah buku teks yang relevan dan menunjang pelaksanaankurikulum. Kualitas buku teks dapat dilihat dari sudut pandangan point of view,kejelasan konsep, relevan dengan kurikulum, menarik minat siswa, menumbuhkanmotivasi, menstimulasi aktivitas siswa, ilustratif, buku teks harus dimengerti oleh siswa,menunjang mata pelajaran lain, menghargai perbedaan individu, serta memantapkan nilai-nilai. Butir-butir yang harus dipenuhi oleh suatu buku teks yang tergolong dalam kategoriberkualitas tinggi ialaha. Buku teks harus menarik minat anak-anak, yaitu para siswa Buku teks harus mampu memberi motivasi kepada para siswa yang Buku teks harus memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yangmemanfaatkannyad. Buku teks seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuaidengan kemampuan para siswa yang Buku teks isinya harus berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya, lebihbaik lagi kalau dapat menunjangnya dengan rencana, sehingga semuanya merupakansuatu kebulatan yang utuh dan Buku teks harus dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi parasiswa yang Buku teks harus dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat membingungkan para siswa Buku teks harus mempunyai sudut pandangan atau point of view yang jelas dantegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandangan para pemakainya Buku teks harus mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak danorang Buku teks harus dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para Keterbatasan Buku TeksGreene dan Petty mengidentifikasikan keterbatasan-keterbatasan buku teks yaitu sebagaiberikuta. Buku teks itu sendiri tidaklah mengajar walaupun beberapa kegiatan belajar dapatdicapai dengan membacanya, tetapi merupakan suatu sarana Isi yang disajikan sebagai perangkat-perangkat kegiatan belajar dipadu secaraartifisial atau secara buatan saja bagi setiap kelas Latihan-latihan dan tugas-tugas praktis agaknya kurang adekuat atau kurangmemadai karena keterbatasan-keterbatasan dalam ukuran buku teks dan dikarenakan begitu banyaknya praktek-praktek, latihan yang perlu dilaksanakansecara Sarana-sarana pengajaran juga sangat sedikit dan singkat karena keterbatasan-keterbatasan ruang, tempat, atau wadah yang tersedia di Pertolongan-pertolongan atau bantuan-bantuan yang berkaitan dengan evaluasihanyalah bersifat sugestif dan tidaklah mengevalusi keseluruhan ataupunkeparipurnaan yang Jenis-Jenis Buku TeksEmpat dasar atau patokan yang digunakan dalam mengklasifikasikan buku teks yaitua. Berdasarkan mata pelajaran atau bidang studi terdapat di SD, SMTP, SMTA.b. Berdasarkan mata kuliah bidang yang bersangkutan terdapat di perguruan tinggi.c. Berdasarkan penulisan buku teks mungkin di setiap jenjang pendidikan.d. Berdasarkan jumlah penulis dan Prinsip-Prinsip Buku Kerja“Buku teks adalah buku baku dalam bidang studi tertentu yang terdiri atas dua tipe, yaitubuku utama dan buku suplemen” Lange, 1940. Beberapa pengertian pokok yangterkandung dalam buku kerja dapat diidentifikasi sebagai berikuta. Semacam buku pedoman bagi pengoperasian instruks-instruksi atau Sejenis buku yang dirancang untuk membimbing para siswa dengan pencantumanbeberapa bahan pengajaran atau materi intruksional dan biasanya memuat sertamenyajikan pertanyaan-pertanyaan, tugas serta Sejenis buku yang berisikan rekaman yang bermaksud melestarikan tugas ataukerja yang telah diselesaikan dan kerja berfungsi pembimbing siswa dalam melaksanakan tugas-tugas, pertanyaan danpelatihan. Kesimpulan bahwa buku kerja adalah buku pelatihan yang berfungsi sebagai alatuntuk mengetahui apakah siswa sudah mengetahui, memahami, dan menguasai bahanpelajaranyang disajikan dalam buku teks atau belum. Buku kerja adalah pasangan,pembantu, pelengakap, atau suplemen buku pokok atau buku utama. Fungsi buku kerjapada hakikatnya merupakan pedoman, pengarah, pembimbing siswa dalam melaksanakan tugas yang telah diprogramkan berdasarakan buku utama. Buku kerja pada dasarnyaberupa buku tugas bagi telah mengidentifikasikan prinsip-prinsip penyusunan buku kerja, prinsip yangterpenting ialaha. Sang penulis haruslahmembuat setiap pelatihanb. Sang penulis seyogianya menyediakan tipe-tipe pelatihan yang beraneka ragamc. Sang penulis janganlah membiarakan bahan itu menjadi tujuan akhird. Sang penulis haruslah berupaya sedemikian rupa agar bahasa yang disajikanmerupakan dasar bagi pengajaran tambahane. Sang penulis haruslah berupaya sedapat mungkin agar para siswa pemakai bukukerja tersebut harus mudah memahami serta prinsip-prinsip daiatas Kita dapat mengambil beberapa kesimpulan. Dan kesimpulan-kesimpulan itu adalaha. Mengenai latihan. Pelatihan haruslah berguna, bermanfaat serta sesuai pula dengankebutuhan siswa dalam setiap jenjang pendidikan atau kelas. Pelatihan harus jugasesuai dengan minat siswa yang bervariasi agar lebih menarik, memikat, danmerangsang Mengenai bahan, Bahan harus padu. Artinya, bahan dari buku teks atau bahan intiditambah dengan bahan pilihan guru, lalu dua-duanya diramu sehingga lebihlengkap, mutahir, dan Mengenai pemahaman, Baik instruksi, tugas maupun pelatihan yang terkandungdalam buku teks harus dapat dan mudah dipahami umum penyusunan buku teks adalah kurikulum. Dari kurikulumlah, diturunkansejumlah butir dasar penulisan buku teks. Dan ini berlaku bagi setiap mata pelajaran. Dasarumum ini dilengkapi dengan dasar khusus. Dasar khusus ini dijabarkan dari mata pelajarantertentu. Hanya berlaku bagi mata pelajaran yang relevan. Dasar-dasar penyusunan bukukerja dijabarkan dari buku pokok sehingga secara taklangsung dasar-dasar penyusunanbuku kerja itu sebenarnya berasal dari kurikulum dan mata pelajaran yang dasar-dasar penyusunan buku kerja seharusnya sesuai dengan tuntutan kurikulum dantuntutan mata pelajaran. G. Keunggulan dan Kelemahan Buku KerjaKeunggulan-keunggulan buku kerja yaitu bermanfaat, hemat waktu, memantapkankebiasaan kerja, memudahkan pengawasan, menyediakan tugas yang relevan,menyediakan bahan dan pelatihan individual, menyediakan sarana penyesuaian bagiperbedaan individua, menyediakan sarana pemeliharaan karya dan sarana umpan balik,diagnostic dan remedial, menganekaragamakan kelengkapan pengajaran, menghematwaktu dan tenaga guru, dan menghemat buku kerja, aatara lain sadar atau tidak, buku kerja sebenarnyasudah turut membatasi programedukasional pada kelas atau siswa yang memakainya, tidakjarang buku kerja mengandung hal-hal yang tidak logis atau tidak masuk akal bilaidpandang secara edukasional, sadar atau tidak sadar, buku kerja telah turut menjadipenolong bagi guru yang malas dan malangsehingga hal itu turut pula menempa merekamenjadi insane yang tidak kreatif, buku kerja sering gagal menghasilkan kemajuan-kemajuan serta perbaikan-perbaikan yang diharapkan dalam bahasa, seperti terlihat dariskor ujian bahasa, buku kerja sering gagal menghasilkan kemampuan unggul untukmenulis kalimat lengkap dan juga wacana utuh, buku kerja turut memperbanyak sertamenambahkan hal-hal yang tidak perlu pada pernyataan perlengkapan instruksional, danbuku kerja gagal memelihara scara memadai perbedaan-perbedaan pribadi yang terdapatpada para kerja memang memudahkan guru dalam melaksanakan proses dan tugas-tugas bagi siswa yang sudah tersedia mungkin membuat para gurumenjadi malas dan kurang kreatif. Dalam pengajaran bahasa, buku kerja gagal atau seringtidak berhasil dalam membina keterampilan bahasa. Demikianlah sekadar anekakelemahan buku kerja. Dengan menyadari kelemahan-kelemahan tersebut, para guru dapatmenjaga diri agar tidak terperosok ke PenyeleksianBuku teks meliputi dua buah yakni buku pokok dan buku kerja. Tugas buku kerja adalahmelengkapi bahan dan tempat berlatih para siswa terhadap bahan pelajaran yang sudahdisajikan dalam buku pokok. Greene dan Petty sudah menyusun atau mengidentifikasisejmlah pertanyaan yang membimbing guru kearah pemilihan buku, dalam hal ini khususbuku kerja. Mengenai bahan yang terkandung dalam buku kerja harus memenuhi beberapa itu antara lain bahan tersusun logis dan sistematis, bahan menyediakanpelatihan yang bervariasi, bahan sesuai dengan kemampuan siswa. Dari segi metode, kitalihat bahwa buku kerja haruslah memperkaya kegiatan kelas, berisi pelatihan yangbervariasi dan memotivasi, mengarahan, instruksi jelas dan mudah yang termuat dalam buku kerja haruslah terbuka untuk dinilai dan diresensi,mempunyai cara untuk menilai penguasaan bahan oleh siswa, dan merangsang penilaianpribadi siswa. Yang berkaiatan dengan siswa, buku kerja dituntut untuk menarik, atraktifdan menambahkan keyakinan berhasil’ siswa. Kriteria penyeleksian buku kerja meliputitujuan, bahan, metode, evaluasi, dan siswa. Sebelum guru menggunakan buku kerjatersebut, diadakan terlebih dahulu suatu penyeleksian buku kerja. Criteria yang digunakanmeliputi lima butir, seperti tujuan, bahan, metode, evaluasi, dan penggunaan buku kerja berikut inia. Sejak dini, buku kerja atau bahan pelatihan lain yang dipilihitu, harus dinilai secarateliti berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkanb. Setiap pelatihan, praktik, dan tes dalam buku kerja haruslah diperiksa secepatmungkin, lebih baik lagi bila setiap siswa dapat memeriksa miliknya Penugasan suatu pelajaran atau tugas pelatihan yang dipilih secara cermat dari bukukerja sama sekali tidaklah berarti menutup atau melepaskan tanggung jawab kerja berisi tugas dan bahan pelengkap. Para guru harus memanfaatkan kedua hal inisebagai penyumbang kearah peningkatan kualitas belajar siswa melalui bahandisempurnakan atau dilengkapakan bahan pengajaran. Dengan demikian, kita sudahmengetahui paling sedikit ada sepuluh butir prinsip yang perlu diperhatikan sebelummenggunkan buku PENYUSUNAN BUKU TEKSA. Buku Teks dan KurikulumBuku teks brkaitan erat sekali dengan dengan kurikulum. Keeratan hubungan buku teksdan kurikulum dapat diumpamakan, digambarkan, atau dibandingkan dengan hubunganantara iakan dan air atau air dan tebing. 1. Kurikulum Mendahului Buku Teks. Pendapat yang umum diikuti dan dianggap palinglogis-nalar adalah kurikulum mendahului buku teks. Kurikulum ditetapkan ataudiumumkan oleh pihak yang berwenang, para pengarang menulis buku teks yangrelevan dengan Buku Teks Mendahului Kurikulum. Buku teks yang dianggap bermutu yang jugamemang ditulis oleh para pakar di bidangnya dijadikan dasar, landasan, dan pedomanpenyusunan Buku Teks dan Kurikulum Serentak Diumumkan. Pertama, kurikulum disusun lebihdahulu, lalu disusun buku teksnya. Kedua, mungkin pula berdasarkan buku tekstertentu, lalu disusun kurikulum. Baik buku teks maupun kurikulum serentakdigunakan dan diumumkan4. Buku Teks dan Kurikulum Lahir Sendiri-sendiri. Buku teks disusun tersendiri, laluditerbitkan mungkin mendahului atau sesudah adanya kurikulum yang Brown, stevens ataupun Tarigan, ada lima butir yang tercakup dalam kurikulumyang perlu diperhatikan, yakni tujuan, pendekatan, bobot, urutan, metodologi. Pada bukupedoman kurikulum 1984, kita dapat membaca bahwa pendekatan kurikulum tersebut tidakhanya berorientasi kepada tujuan, tetapi juga kepada keterampilan Dasar-Dasar Penyusunan Buku TeksPatokan penyusunan buku teks yang dijabarkan dari kedua kegiatan belajar itu merupakanpatokan yang bersifat umum. Artinya, patokan itu dapat digunakan sebagaidasarpenyusunan setiap buku teks. Disimpulkan bahwa dalam penyusunan buku teksdigunakan dua patokan. Patokan pertama bersifat umum yang berlaku bagi setiap bukuteks. Patokan kedua bersifat khusus yang berlaku bagi buku teks tertentu umum yang berlaku bagi setiap buku teks meliputi pendekatan keterampilanproses yang meliputi, mengamati, menginterpretasikan, mengaplikasikan konsep, tujuankognitif, afektif, psikomotor, bahan pengajaran, program kelas, semester, jam pelajaran,metode, sarana dan sumber, penilaian, dan ahasa. Keterampilan proses untuk matapelajaran bahasa dan sastra Indonesia dijabarkan sebagai berikut mengamati,menggolongkan, menafsirkan, menerapkan, mengomunikasikan. J. PENELAAHAN BUKU TEKSA. Kriteria Telaah Buku TeksBeberapa sumber acuan yang dapat kita pertimbangkan dan gunakan dalam penyusunanpedoman penelaahan buku teks, antara lain kurikulum yang berlaku, karateristik matapelajaran ilmu yang relevan, hubungan antara kurikulum, mata pelajaran dan buku teks,dasar-dasar penyusunan buku teks, kualitas buku teks, prinsip-prinsip penyusunan bukukerja, dan penyeleksian buku kerjaPada saat buku ini dibuat, kurikulum yang berlaku di SMA adalah Kurikulum 1984..Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini disamping pendekatan tujuan jugapendekatan keterampilan proses. Pengajaran kurikulum 1984, tercantum butir-butir tujuankurikuler, tujuan intruksional umum, bahan pengajaran, program, metode, sarana/sumber,penilaian, dan inti ini kemudian dilengkapi dengan program khusus yang meliputi beberapamata pelajaran yang disesuaikan dengan pilihan siswa. Tak dapat dipungkiri bahwa setiapmata pelajaran itu mempunyai cirri khas tersendiri dan tuntutan-tuntutan tersendiri contoh, mari kita lihat bagaimana keterampilan proses diterapkan dalam matapelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penjabaran tersebut jelas memenuhi karakter bahasaIndonesia itu sendiri. Penerapan keterampilan proses itu adalah mengamati,menggolongkan, menafsirkan, menerapkan, dan umum penyusunan buku teks adalah kurikulum. Dari kurikulumlah, diturunkansejumlah butir dasar penulisan buku teks. Dasar umum ini berlaku bagi setiap matapelajaran. Kemudian dasar umum ini dilengkapi dengan dasar khusus. Dasar khusus inidijabarkan dari mata pelajaran tertentu. Dasar khusus ini sesuai dengan namanya, hanyaberlaku bagi mata pelajaran yang relevan. Dasar umum dan dasar khusus dipadukansehingga tersususun dasar-dasar penyusunan buku teks untuk mata pelajaran dan Petty telah mengidentifikasi butir-butir yang dapat digunakan sebagai alatpenduga kualitas buku teks. Butir-butir tersebut meliputi minat siswa, motivasi, ilustrasi,linguistic, terpadu, menggiatkan aktivitas, kejelasan konsep, titik pandang, pemantapannilai-nilai dan menghargai perbedaan beberapa perubahan atau tambahan, yang dapat kita terapkan kepada criteria mengenai urutan atau susunanya. Kedua, mengenai peristilahan. Yang ketiga,mengenai penambahan teks berkaitan erat dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang baik haruslah relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum. Criterialinguistic mengacu kepada tujuan agar buku teks dipahami oleh siswa. Oleh karena itu,penulis mengganti istilahnya menjadi komunikatif. Sementara itu, mengenai urutannyadisusun seperti berikut titik pandang point of view, kejelasan konsep, relevansi minat,motivasi, menstimulasi aktivitas, ilustrasi, komunikatif, menunjang pelajaran lain,menghargai perbedaan individu, dan memantapkan bahan yang terkandung dalam buku kerja harus memenuhi beberapa itu antara lain bahan tersusun logis dan sistematis, bahan menyediakan pelatihanyang bervariasi, bahan sesuai dengan kemampuan siswa. Dari segi metode, kita lihatbahwa buku kerja haruslah memperkaya kegiatan kelas, berisi pelatihan bervariasi danmemotivasi, pengarahan, instruksi jelas, dan mudah dipahami. Evaluasi yang termuatdalam buku kerja haruslah terbuka untuk dinilai dan diresensi, mempunyai cara utukmenilai penguasaan bahan oleh siswa, merangsang penilaian pribadi. Yang berkaitandengan siswa, buku kerja dituntut untuk menarik, atraktif, pelatihan memotivasi, dan biayatidak memberatkan siswa. Criteria penyeleksian buku kerja meliputi tujuan, bahan,metode, evaluasi, Fungsi Telaah Buku TeksGreene dan petty merumuskan beberapa peranan buku teks tersebut sebagai berikuta. Mencerminkan suatu sudut pandangan yang tangguh dan modern menganipengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yangdisajikanb. Menyajikan sumber pokok masalah atau subject matter yang kaya, mudah dibaca,dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para Menyediakan sumber yang tersusun rapi dan bertahapd. Menyajikan bersama-sama dengan buku manual yang menandinginya metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi para Menyajikan fiksasi perasaan yang mendalamf. Menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan fungsi buku teks yang sudah dibicarakan diatas, maka kesimpulan mengenaitelaah buku teks antara lain a. Pelaksanaan kurikulum secara konsekuenb. Tidak adanya unsure yang bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945 dalambahan pengajaranc. Kemantapan teori, prinsip dan generalisasi ilmu yang Kemantapan sistematika dan jenjang bahan yang Kesempurnaan sarana proses belajar PUSTAKATarigan, Henry Guntur. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung Angkasa BAB IVHUBUNGAN BUKU TEKS DAN KURIKULUMA. Hubungan Buku Teks dan KurikulumPara guru yang setiap hari berkecimpung dalam dunia pembelajaran akan terasa benarbetapa erat hubungan antara kurikulum dan buku teks. Begitu eratnya, terasa hubunganitu saling menunjang antara satu dengan yang lain. Ada sebagian pendapat yangmengatakan bahwa kurikulum lebih dahulu daripada buku teks. Buku teks dianggapsebagai sarana penunjang bagi kurikulum tersebut. Walaupun begitu, tidaklah menutupkemungkinan bahwa kurikulum lahir berdasarkan adanya buku teks yang dianggap relatifbaik sehingga perlu disusun programnya secara bersistem. Pada hakikatnya, kurikulumadalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sementara itu, buku teks adalah saranabelajar yang digunakan di sekolah untuk menunjang suatu program demikian, keberadaan kurikulum dan buku teks selalu berdekatan dan dengan perkataan lain, kurikulum itu ibarat resep masakan dan buku teks adalahbahan-bahan yang dilakukan untuk mengolah masakan tersebut. Dalam hal ini pengolahatau juru masaknya adalah demikian, kurikulum itu tidak bersifat menentukan segalanya. Pada kurikulumKTSP, misalnya, yang pengembangannya dilakukan sepenuhnya oleh sekolah masihdiperlukan penafsiran, penjelasan, perincian, dan pemaduan terhadap kompetensi, hasilbelajar, indikator, dan materi pokok yang tercantum pada kurikulum itu. Dalam penulisanbuku teks, penulis masih perlu menyusun silabus, menentukan metode pembelajaran,mencari bahan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, dan menentukan carapenyajian bahan yang sesuai dengan perkembangan anak. Mengingat keadaan kurikulumdemikian itu, makin besarlah tanggung jawab penulis buku teks untuk menjabarkankurikulum dalam bentuk silabus. Di samping itu, penulis perlu memahami benarlandasan-landasan dan arah yang digunakan dalam penyusunan kurikulum agarpenafsiran dan pengembangannya dalam bentuk buku teks dapat dipertanggungjaabkandari berbagai Tyler, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalamproses pengembangan Tujuan apa yang ingin dicapai?b. Pengalaman belajar apa yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan? c. Bagaimana pengalaman belajar itu diorganisasikan secara efektifd. Bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuaNKeempat pertanyaan tersebut terlihat pada 1 Komponen tujuan, 2 Komponen isi. 3Komponen metode pembelajaran, dan 4 Komponen evaluasi atau penilaian pada tujuan merupakan arah atau sasaran yang hendak dituju oleh prosespenyelenggaraan pendidikan. Dalam setiap kegiatan sepatutnya mempunyai tujuan, karenatujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai, atau sebagai gambaran tentang hasil akhirdan suatu isi merupakan pengalaman belajar yang diperoleh siswa dari sekolah. Dalam halini siswa melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh pengalaman belajartersebut. Pengalaman-pengalaman ini dirancang dan diorganisasikan sedemikian rupasehingga apa yang diperoleh siswa sesuai dengan metode pembelajaran merupakan cara yang dilakukan siswa untuk memperolehpengalaman belajar untuk mencapai tujuan. Metode kurikulum berkaitan dengan prosespencapaian tujuan sedangkan proses itu sendiri berkaitan dengan bagaimana pengalamanbelajar atau isi kurikulum evaluasi atau penilaian pada kurikulum merupakan cara yang dilakukan untukmengukur kadar ketercapaian tujuan pembelajaran, baik secara proses maupun hasil. Hasilevaluasi ini dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan perbaikan lebih lanjut agar tujuanpembelajaran yang diidealkan dalam kurikulum dapat tercapai secara sisi lain, setiap pilihan dan bentuk yang diterapkan dalam pengembangan kurikulumakan membawa dampak terhadap proses memperoleh pengalaman yang dilaksanakan. Untukitu perlu, ada kriteria pola organisasi kurikulum yang Tyler, kriteria dalam merumuskan organisasi kurikulum yang efektif adalah1berkesinambungan continuity, 2 berurutan sequence, dan 3 keterpaduan integration.Prinsip berkesinambungan terlihat adanya pengulangan kembali unsur-unsur utamakurikulum secara vertikal. Sebagai contoh, jika dalam Pelajaran Bahasa Indonesiapengembangan keterampilan membaca dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting, makapelatihan membaca perlu dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan. Dengandemikian, keterampilan siswa dalam membaca dapat berkembang secara efektif melaluipelajaran tersebut. Prinsip berurutan terlihat pada isi kurikulum diorganisasi dengan cara mengurutkan bahan pelajaran sesuai dengan tingkat kedalaman atau keluasannya. Sebagaicontoh, pembelajaran keterampilan membaca dimulai dari membaca permulaan sampaidengan membaca lanjut. Dengan demikian, penguasaan siswa terhadap diperoleh secarabertahap dari yang mudah keterampilan dasar menuju yang sulit atau kompleksketerampilan lanjut.Sementara itu, prinsip keterpaduan menampak pada tidak adanya pemisahan secara dikotomisantara isi yang satu dengan yang lain dalam kurikulum. Hal ini sesuai dengan kenyataanbahwa dalam kehidupan sehari-hari, siswa tidak pernah menerapkan secara terpisahketerampilan tertentu dengan keterampilan yang lain. Mereka selalu menerapkannya secaraterpadu. Sebagai contoh, pembelajaran membaca di sekolah sebaiknya dilakukan secaraterpadu dengan pembelajaran menulis sehingga keterampilan siswa lebih utuh, tidak terpisah-pisah. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis kontekstual dan tematik sangat cocok untukmemenuhi kriteria keterpaduan atas keempat pertanyaan yang dapat digali dari keempat komponen kurikulumtersebut harus dipakai sebagai dasar pengembangkan silabus dan penulisan buku Buku Teks dan Tujuan PembelajaranSebelum dijelaskan lebih jauh tentang hubungan buku teks dan tujuan pembelajaran, hasilpenelitian tentang ”Hubungan Ketersediaan Buku dan Cara Mempelajarinya dengan HasilBelajar Siswa dalam Ilmu Pengetahuan Sosial Si Sekolah Menengah Pertama Se-KotaAdministratif Palu” yang dilakukan oleh Djamaludin Kantao berikut ini dapat dipakai sebagaiilustrasi Ada perbedaan hasil belajar berdasarkan ketersediaan buku teks di tangan siswa yang ketersediaan buku teksnya berkategori "baik" memperolehhasil belajar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok siswa yangketersediaan buku teksnya berkategori "cukup". Sedangkan kelompok siswa yangketersediaan buku teksnya berkategori "cukup" memperoleh hasil belajar yang lebihtinggi bila dibandingkan dengan kelompok siswa yang ketersediaan buku teksnyaberkategori "kurang".b. Ada perbedaan hasil belajar siswa berdasarkan cara mempelajari buku siswa yang selalu menerapkan cara mempelajari buku teks yang baik memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok siswayang kadang-kadang menerapkan cara mempelajari buku teks yang baik. Sedangkankelompok siswa yang kadang-kadang menerapkan cara mempelajari buku teks yangbaik memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompoksiswa yang hampir tidak pernah menerapkan cara mempelajari buku teks yang Tidak ada interaksi antara ketersediaan buku teks dengan cara mempelajarinyaterhadap hasil belajar siswa. Penemuan ini merupakan suatu petunjuk bahwa mungkinada interaksi antara cara mempelajari buku teks dengan minat dan sikap siswaterhadap bahan pelajaran dalam buku hasil-hasil di atas ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar siswa tergantung kepadaketersediaan buku teks dan cara mempelajarinnya. Penyediaan buku teks yang lengkap ditangan siswa dan penerapan cara mempelajari buku teks dengan baik akan meningkatkanhasil belajar maningkatkan hasil belajar siswa diperlukan penyediaan buku teks yang lengkap sitangan siswa dan penerapan cara mempelajari buku teks yang baik. Penyediaan buku teksyang lengkap di tangan siswa dapat dilakukan dengan cara orang tua membelikan buku teksyang sesuai dengan kebutuhan anaknya, perpustakaan sekolah menyediakan buku teks sesuaidengan kebutuhan siswa dan perpustakaan sekolah memberikan pelayanan sebaik-baiknyaterhadap siswa. Peningkatan cara mempelajari buku teks yang baik dapat dilakukan dengancara memberikan bimbingan kepada siswa tentang bagaimana cara mempelajari buku teksdengan rangkuman hasil penelitian di atas dapat diketahui betapa hubungan antara bukuteks dan tujuan pembelajaran dengan penjelasan sebagai Buku teks berisi serangkaian uraian materi yang mendukung tujuan pembelajaranb. Buku teks berisi serangkaian kegiatan yang mendukung ketercapaian demikian, dengan menggunakan buku teks diharapkan tujuan pembelajaran ataukompetensi yang ingin dicapai dapat terwujud. Tujuan pembelajaran atau kompetensi akantercapai apabila penulis buku teks mempertimbangkan hal-hal berikutUraian materi yang tertuang dalam buku teks harus diorientasikan pada tujuanpembelajaran dan kompetensi yang telah dirumuskan dalam silabus Tahapan-tahapan uraian materi harus diarahkan pada indikator-indikator pencapaiantujuan pembelajaran atau pencapaian kompetensi.Setiap tahapan uraian materi sebaiknya difokuskan pada satu indikator pencapaiantujuan pembelajaran atau kompetensi sehingga memudahkan untuk mengukur Buku Teks dan SiswaTelah dijelaskan pada bagian bahwa buku teks akan berpengaruh terhadap kepribadiansiswa, walaupun pengaruh itu tidak sama antara siswa satu dengan lainnya. Dengan membacabuku teks, siswa akan dapat terdorong untuk berpikir dan berbuat yang positif, misalnyamemecahkan masalah yang dilontarkan dalam buku teks, mengadakan pengamatan yangdisarankan dalam buku teks, atau melakukan pelatihan yang diinstruksikan dalam buku adanya dorongan yang konstruktif tersebut, maka dorongan atau motif-motif yangtidak baik atau destruktif akan terkurangi atau terhalangi. Oleh karena itu benar apa yangdikatakan oleh Musse dkk 1963484 bahwa pengaruh buku teks terhadap anak bisadikelompokkan menjadi dua, yaitu 1 dapat mendorong perkembangan yang baik dan 2menghalangi perkembangan yang tidak fungsi buku teks yang begitu penting bagi siswa, maka sajian buku teks harusmemperhatikan 1 pertumbuhan dan perkembangan anak, 2 perbedaan individual dan jeniskebutuhan anak, dan 3 gaya belajar anak. Ketiga hal tersebut diuraikan secara garis besarberikut Buku Teks dan GuruTelah dijelaskan pad bahwa buku teks mempunyai nilai lebih bagi guru. Kelebihan ituterllihat pada hal-hal berikut.Buku teks memuat persediaan materi bahan ajar yang memudahkan gurumerencanakan jangkauan bahan ajar yang akan disajikannya pada satuan jadwalpengajaran mingguan, bulanan, caturwulanan, semesteran.Buku teks memuat masalah-masalah terpenting dari satu bidang studi.Buku teks banyak memuat alat bantu pengajaran, misalnya gambar, skema, diagram,dan peta.Buku teks merupakan rekaman yang permanen yang memudahkan untuk mengadakanreview di kemudian hari. Buku teks memuat bahan ajar yang seragam, yang dibutuhkan untuk kesamaanevaluasi, dan juga kelancaran diskusi.Buku teks memungkinkan siswa belajar di rumah.Buku teks memuat bahan ajar yang relatif telah tertata menurut sistem dan logikatertentu.Buku teks membebaskan guru dari kesibukan mencari bahan ajar sendiri sehinggasebagian waktunya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain juga menunjukkan bahwa masih banyak guru yang bergantung penuh padabuku teks sehingga satu-satunya sumber dalam pembelajaran adalah buku teks tersebut. Padakondisi seperti ini, peran buku teks menjadi penting dan sangat menentukan benar-tidaknyapelaksanaan pembelajaran. Konsekuensinynya, jika sesuatu yang ada dalam buku tekstersebut salah, misalnya, pengetahuan siswa pun akan menjadi salah. Jika kebijakanpemilihan buku teks diberikan kepada guru mata pelajaran, perlulah memberikan bekal yangmemadai pada para guru akan kriteria buku teks yang baik dan benar. Namun, jika kebijakanyang diambil adalah membuat buku teks sendiri, perlulah dibuat tim yang benar-benarmenguasai materi bidang studi dan tatacara penulisan buku teks yang menggunakan buku teks karena ia memiliki beberapa fungsi. Sheldon mengajukan tigaalasan utama yang diyakininya mengenai penggunaan buku teks oleh para guru. Pertama,karena mengembangkan materi ajar sendiri sangat sulit dan berat bagi guru. Kedua, gurumempunyai waktu yang terbatas untuk mengembangkan materi baru karena sifat dariprofesinya itu. Ketiga, adanya tekanan eksternal yang menekan banyak guru Sheldon dalamGaringer 2001 2. Ketiga alasan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh guru dalammemilih buku. Penggunaan buku teks merupakan cara yang paling efisien karena waktuuntuk mempersiapkan bahan ajar berkurang. Di samping itu, buku menyediakan aktivitasyang sudah siap untuk dilaksanakan dan membekali siswa dengan contoh lain bagi penggunaan buku teks ialah karena buku teks merupakan kerangka kerjayang mengatur dan menjadwalkan waktu kegiatan program pembelajaran. Di mata siswa,tidak ada buku teks berarti tidak ada tujuan. Tanpa buku teks, siswa mengira bahwa merekatidak ditangani secara serius. Dalam banyak situasi, buku teks dapat berperan sebagai teks menyediakan teks dan tugas pembelajaran yang siap pakai. Buku teks merupakancara yang paling mudah untuk menyediakan bahan pembelajaran. Siswa tidak mempunyaifokus yang jelas tanpa adanya buku teks dan ketergantungan pada guru menjadi tinggi. Bagi guru baru yang kurang berpengalaman, buku teks berarti keamanan, petunjuk, dan bantuan.Ansary, 2002 2Alasan penggunaan buku teks seperti ini hanya berlaku jikabuku teks memenuhi kebutuhan guru dan siswa;topik-topik dalam buku teks relevan dan menarik bagi guru dan siswa;buku teks tidak membatasi kreativitas guru;buku teks disusun dengan realistik dan memperhitungkan situasi pembelajaran dikelas;buku teks beradaptasi dengan gaya belajar siswa; danbuku teks tidak menjadikan guru sebagai budak dan aspek-aspek ini tidak dipenuhi, maka buku teks hanya akan menjadi masses ofrubbish skillfully marketed, seperti diungkapkan oleh Brumfit Ansary 2002 2, yang hanyaakan menguntungkan secara materi bagi pihak-pihak yang dengan terang-terangan atausembunyi-sembunyi membisniskan buku teks, dan mencemari dunia pendidikan. Dalam halseperti ini, sebaiknya guru dibekali dengan pengetahuan bagaimana memilih buku teks danbagaimana mengaplikasi-kannya secara kreatif di itu, UNESCO menggariskan tiga fungsi pokok dari buku teks, yaitu 1 fungsiinformasi, 2 fungsi pengaturan dan pengorganisasian pembelajaran, dan 3 fungsi pemandupembelajaran. Seguin 198918-19. Selanjutnya berdasarkan fungsi-fungsi ini, dapatditentukan jenis-jenis buku yang diperlukan untuk menyertai buku teks, dalam hal ini bukupegangan untuk siswa yang juga dipegang guru dalam KBM, yang biasanya semuanya telahmenjadi satu paket, yang terdiri atas 1 buku siswa, 2 buku guru, dan 3 sejumlahkomponen yang meliputi buku kerja atau buku kegiatan, materi bacaan tambahan, dan bukutes Supriadi, 2000 1. Yang perlu diparhatikan adalah, ketika guru menggunakan buku teksdalam pembelajaran, guru harus tetap menerapkan pembelajaran sebagai sosok guru yangkonstruktivis dengan ciri-ciri sebagai berikut.Guru mendorong, menerima inisiatif, dan kemandirian siswa.Guru menggunakan data atau fenomena aktual dan kontekstual sebagai sumber utamapada fokus materi pembelajaran.Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa yang terarah pada pelatihan kemampuanmengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguraikan isi pelajaran danmemvariasikan strategi pembelajaran.Guru melakukan penelusuran pemahaman siswa terhadap suatu konsep sebelummemulai pembelajaran.Guru mendorong terjadinya dialog dengan dan antarsiswa.Guru mendorong siswa untuk berpikir, melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka danmendorong siswa untuk bertanya sesama teman.Guru melakukan elaborasi erhadap respons siswa, baik yang sudah benar maupunyang belum benar.Guru melibatkan siswa pada pengalaman yang menimbulkan kontradiksi denganhipotesis siswa dan mendiskusikannya.Guru memberikan waktu berpikir yang cukup bagi siswa dalam menjawabpertanyaan.Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menghubungkanbeberapa hal yang dipelajari untuk meningkatkan pemahaman.Guru mengakhiri pembelajaran dengan memfasilitasi proses penyimpulan melaluiacuan yang benar.Diadaptasikan Brooks & Brooks, dalam Waliman, dkk. 2001 Buku Teks dan Media PembelajaranSebelum mengetahui hubungan buku teks dan media pembelajaran, perlu dipahami terlebihdahulu konsep-konsep pokok yang terkait dengan media pembelajaran sebagai berikuta. Media pembelajaran pada hakikatnya merupakan penyalur pesan-pesan pembelajaranyang disampaikan oleh sumber pesan guru kepada penerima pesan siswa denganmaksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai Konsep media pembelajaran tidak terbatas hanya kepada peralatan hardware, tetapiyang lebih utama yaitu pesan atau informasi software yang disajikan melaluiperalatan tersebut. Dengan demikian konsep media pembelajaran itu mengandungpengertian adanya peralatan dan pesan yang disampaikannya dalam satu kesatuanyang Guru dapat lebih mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran melaluipenggunaan media secara optimal, sebab media ini memiliki fungsi, nilai dan peranan yang sangat menguntungkan, terutama sekali mengurangi terjadinya verbalisme salahpenafsiran terhadap bahan ajar yang disampaikan pada diri Ada tiga jenis media pembelajaran yang biasa dipakai dalam pembeljaran, yaitumedia visual, media audio, dan media audio-visual. Dari masing-masing jenis mediatersebut terdapat berbagai bentuk media yang dapat dikembangkan dalam kegiatanbelajar-mengajar. Media mana yang akan digunakan tergantung kepada tujuan yangingin dicapai, sifat bahan ajar, ketersediaan media tersebut, dan juga kemampuan gurudalam Setiap media memiliki kelebihan dan keterbatasan. Oleh karena itu, tidak ada mediayang dapat digunakan untuk semua situasi atau tujuan pembelajaranf. Pemilihan media pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses pengambilankeputusan yang dilakukan oleh guru untuk menentukan jenis media mana yang lebihtepat digunakan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, sifat materi yang akandisampaikan, strategi yang digunakan, serta evaluasinya. Adanya pemilihan media inidisebabkan sangat banyak dan bervariasinya jenis media dengan karakteristik Penggunaan media pembelajaran perlu memperhatikan tujuan yang ingin dicapai, sifatdari bahan ajar, karakteristik sasaran belajar siswa, dan kondisi tempat/ perlu dipertimbangkan kesederhanaannya, menarik perhatian, adanyapenonjolan/penekanan misalnya dengan warna, direncanakan dengan baik, sertamemungkinkan siswa lebih aktif memiliki beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikuta. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki olehpara peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung darifaktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku,kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasiperbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung yangdipelajari, maka objeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Objek dimaksud bisadalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapatdisajikan secara audio visual dan Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidakmungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatuobjek, yang disebabkan, karena a objek terlalu besar; b objek terlalu kecil; c objek yang bergerak terlalu lambat; d objek yang bergerak terlalu cepat; e objekyang terlalu kompleks; f objek yang bunyinya terlalu halus; f objek mengandungberbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semuaobjek itu dapat disajikan kepada peserta Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didikdengan Media menghasilkan keseragaman pengamatane. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan Media membangkitkan keinginan dan minat barug. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari yang konkretsampai dengan abstrakBerdasarkan konsep-konsep pokok tentang media pembelajaran di atas jelaslah bahwa bukuteks merupakan salah satu jenis media pembelajaran. Hanya saja, bila dibanding denganmedia pembelajaran lainnya, buku teks mempunyai fungsi “lebih” dari pada sekedar mediapembelajaran. Buku teks tidak hanya sebagai “penyalur pesan” tetapi juga sebagai sumberpesan atau sebagai pengganti guru. Dengan membaca buku teks, siswa seolah-olahberhadapan dengan guru. Siswa dapat memperoleh informasi lewat buku teks, siswa dapatmelakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk yang tertuang dalam buku teks, dan siswa dapatmengukur kadar ketercapaian pembelajaran dengan cara mengerjakan tugas-tugas ataumenjawab soal-soal yang terdapat dalam buku Buku Teks dan Strategi PembelajaranSebelum mengetahui hubungan buku teks dan strategi pembelajaran, perlu dipahami terlebihdahulu konsep-konsep pokok yang terkait dengan strategi pembelajaran sebagai berikuta. Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif,psikomotorik, maupun Belajar berkat mengalami, baik mengalami secara langsung maupun mengalamisecara tidak langsung melalui media. Dengan kata lain belajar terjadi di dalaminteraksi dengan lingkungan. lingkungan fisik dan lingkungan sosial.d. Keterlibatan dalam pengalaman belajar mempunyai pengaruh penting terhadappembelajaran. e. Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsurtujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan unsur atau komponentersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi; dan semuanya berfungsi denganberorientasi kepada tujuanf. Suasana yang bebas dan penuh kepercayaan akan menunjang kehendak peserta didikuntuk mau melaksanakan tugas sekalipun mengandung Strategi yang mendalam dapat dipergunakan namun pengaruh penting terhadapbeberapa aspek, seperti; usia, kematangan, kepercayaan dan penghargaan terhadaporang Pada umumnya pembelajaran berpengaruh kepada hal-hal khusus seperti menghargaiorang lain dan bersikap hati-hati kepada yang baru Terdapat banyak pengaruh yang dapat dipelajari melalui model contoh sedangpeserta didik berusaha Pada awal pembelajaran, langkah pertama yang perlu dilakukan ialah mengenalimodalitas kita masing-masing yaitu bagaimana menyerap informasi dengan modalitas kita visual, yaitu belajar melalui apa yang dilihat, apakah auditorialyaitu belajar melalui apa yang didengar, apakah kinestetik, yaitu belajar melalui gerakdan Supaya pembelajaran terjadi secara efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip, yaitumotivasi, perhatian, aktivitas, umpan balik, dan perbedaan Motivasi adalah dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsikmaupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitanlangsung dengan tujuan pembelajaran itu Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat kaitannya denganmotivasi. Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran bisa didasarkanterhadap diri siswa itu sendiri dan atau terhadap situasi Aktivitas merupakan salah satu indikator belajar. Bila pikiran dan perasaan siswatidak terlibat aktif dalam situasi pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidakbelajar. Penggunaan metode dan media yang bervariasi dapat merangsang siswa lebihaktif belajaro. Umpan balik di dalam belajar sangat penting, agar siswa segera mengetahui benartidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Umpan balik dari guru sebaiknya yang mampumenyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan pemahaman siswaakan pelajaran tersebut. p. Perbedaan individual adalah individu tersendiri yang memiliki perbedaan dari yanglain. Guru hendaknya mampu memperhatikan dan melayani siswa sesuai denganhakikat mereka masing-masing. Berkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswasangat dengan konsep-konsep pokok strategi pembelajaran di atas, buku teks hendaknyamampu mengomunikasikan materi dan menyampaikan informasi dengan menggunakanberbagai metode pembelajaran agar setiap anak dapat menyerap dan memahaminya untukkemudian digunakan pada saat diperlukan. Hal ini hanya dapat dicapai bila penulis buku teksmengetahui karakteristik siswa yang visual, yang auditorial maupun yang teks tradisional yang mementingkan perkembangan intelektual haruslah diubah. Bukuteks modern lebih memperhatikan karakteristik kepribadian anak, baik mengenai segi emosi,sosial, jasmani maupun segi intelektualnya. Penulis buku teks berusaha dengan sengajamengembangkan semua aspek pribadi anak dengan memberikan bahan pembelajaran yangsesuai dan dengan cara penyampaian yang bervariasi. Hal ini mengingat bahwa sebenarnyapribadi anak itu tidak dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian yang segala tindakannya manusia itu bersikap sebagai suatu keseluruhan yang BAB VFORMAT MENELAAH BUKU TEKSA. Identitas Buku Teks Bahasa Judul Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII2. Penyusun Wahono, Editor M. Baihaqi, dan Hadiyansyah, Penerbit Penerbit Erlangga5. Tahun terbit 20136. Tebal buku 200 halaman7. Jenis Font Frutiger-11pt8. ISBN 978-602-241-811-5B. Telaah Buku Berdasarkan BNSP1. Kelayakan IsiA. Kesuaian Urutan Materi dengan KI dan KDDalam buku MARBI Mahir Berbahasa Indonesia kelas VII SMP/MTs dengan penerbitErlangga yang kami telaah, kesesuaian antara KI Kompetensi Inti dan KD KompetensiDasar dengan kesesuaian urutan materi di dalamnya dapat ditinjau secara menyeluruhmelalui penjabaran-penjabaran di bawah Kelengkapan MateriDalam buku yang ditelaah, wacana-wacana yang tersaji di dalamnya memiliki kesesuaianantara KI dan KD dengan materi yang disampaikan. Dalam hal ini KI yang dimaksudterdapat pada KI ke-3 dan ke-4. Kesesuaian ini dapat dilihat dari materi yang tersampaikandalam buku MARBI Mahir Berbahasa Indonesia kelas VII Penerbit Erlangga sebagaiberikutBab 1 Mengamati Lingkungan dan Budaya Indonesia1. Memahami hasil teks observasi “Mengenal Lebih Dekat Hewan Reptil, Yuk!”.2. Menangkap makna teks hasil observasi “Rumput Hias”. 3. Membedakan teks hasil observasi “Teks pada point 1 dengan Teks berjudul “BuayaMuara Milik Paeran””.4. Menyusun teks hasil teks Mengklasifikasikan teks hasil observasi “Lalat Buah Penyerang Tanaman”6. Menelaah dan merevisi teks hasil Mengidentifikasi kekurangan teks hasil Meringkas hasil teks observasiBab 2 Mengagumi Kreasi dan Keberagaman Alam Indonesia1. Memahami teks tanggapan deskriptif “Candi Borobudur”2. Menangkap makna teks tanggapan deskriptif3. Membedakan teks tanggapan deskriptif4. Menyusun teks tanggapan deskriptif5. Mengklasifikasikan teks tanggapan deskriptif6. Menelaan dan merevisi teks tanggapan deskriptif7. Mengidentifikasi kekurangan teks tanggapan deskriptif berdasarkan kaidah8. Meringkas teks deskriptifBab 3 Pendidikan dan Kesehatan Untuk Semua1. Memahami teks eksposisi “Infeksi Mata Pada Anak”2. Menangkap makna teks eksposisi3. Membedakan teks eksposisi4. Menyusun teks eksposisi5. Mengklasifikasikan teks eksposisi6. Menelaah dan merevisi teks eksposisi7. Mengidentifikasi kekurangan teks eksposisi8. Meringkas teks eksposisiBab 4 Peristiwa Di Sekitar Kita1. Memahami teks eksplanasi “Bagaimana Terjadi Siang dan Malam”2. Menangkap makna teks eksplanasi3. Membedakan teks eksplanasi4. Menyusun teks eksplanasi5. Mengklasifikasikan teks eksplanasi6. Menelaah dan merevisi teks eksplanasi 7. Mengidentifikasikan kekurangan teks eksplanasi8. Meringkas teks eksplanasiBab 5 Meneladani Keikhlasan dan Ketabahan1. Memahami teks cerita pendek “Upik dan Kue Stroberi” dan “Tukang Pijat Keliling”2. Memaknai teks cerita pendek “Ibu”3. Membedakan teks cerita pendek dengan jenis cerita lainnya4. Menyusun teks cerita pendek5. Mengklasifikasikan teks cerita pendek6. Menelaah dan merevisi teks cerita pendek7. Mengidentifikasi kekurangan teks cerita pendek berdasarkan kaidah Meringkas teks cerita pendekBerdasarkan bab dan subbab yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan jika materi yangtersaji di dalam buku MARBI Mahir Berbahasa Indonesia kelas VII memiliki kesesuaianantara materi yang tersedia dengan KI dan KD yang ada. Selain itu pada buku tersebutdifasilitasi dengan kegiatan-kegiatan saintifik, diantaranya1. Adanya pengayaan terhadap teks yag sebelumnya diberikan guna menstimulus siswaagar aktif di Mengajak siswa untuk membuat peta konsep terkait dengan kegiatan pembelajaran yangtelah Siswa dituntut untuk mengklasifikasikan teks-teks yang Melaksanakan pengamatan terhadap dua teks atau lebih yang ada kaitannya denganmateri yang disampaikan terkait perbedaan yang ada pada setiap Melakukan perancangan teks secara berkelompok untuk menyusun teks yang memilikikaitannya dengan Melaksanakan kegiatan identifikasi terhadap teks yang memiliki kaitannya denganmateri yang Melaksanakan kegiatan revisi terhadap teks yang Menarik kesimpulan dari materi yang Keakuratan buku MARBI Mahir Berbahasa Indonesia kelas VII Penerbit Erlangga yang kamitelaah, keakuratan materi yang ada dapat dijelaskan berdasarkan kriteria berikuta. Keakuratan Konsep dan Definisi Materi yang tersedia dalam buku teks yang sedang kami telaah secara jelas menyinggungkeseluruhan materi secara lengkap. Kendati kelengkapan materi sudah tersaji, cara bukumenyampaikan materi masih kurang dari kata mendefinisikan materi yang yang diterapkan dalam buku tersebut termasuk pada konsep saintifik yang manaterdapat pengayaan-pengayaan yang nanti akan diselesaikan oleh peserta didik, baik secaraindividu maupun Keakuratan Data dan kasus yang disajikan dalam buku MARBI Mahir Berbahasa Indonesia kelasVII sangat relevan dan bisa dipertimbangkan kenyataan. Contohnya seperti pengenalan jenis-jenis reptil pada Bab 1 Mengamati Lingkungan dan Budaya Indonesia halaman 4 sampai 6,dan 11 dalam bentuk teks hasil observasi yang diberikan kepada siswa, selain itu contoh yanglainnya ada contoh teks deskriptif “Candi Borobudur” yang memberikan gambaran strukturutama dari teks Keakuratan gambar, diagram dan ilustrasiSelain contoh-contoh kasus yang akurat dengan realita, ilustrasi dalam bentuk gambarmaupun diagram mendukung kemudahan siswa dalam memahami materi yang ada di dalambuku tersebut. Gambar-gambar tersebut sesuai dengan materi di setiap pembahasannya, akantetapi gambar-gambar yang disajikan di dalam buku tersebut kurang menarik hasrat siswauntuk memahami materi. Ini dikarenakan gambar-gambar yang disuguhkan kurang berwarnadan lebih dominan hitam dan putih Keakuratan yang digunakan dalam buku MARBI Mahir Berbahasa Indonesia kelas VIImenggunakan istilah-istilah yang sesuai dengan kelaziman dalam bahasa Indonesia. Tidakmembuat siswa merasa bingung dengan istilah-istilah yang Keakuratan Acuan sumber yang digunakan sebagai acuan menyusun buku MARBI MahirBerbahasa Indonesia memiliki relevansi yang akurat. Selain buku-buku yang digunakansebagai acuannya, dalam menyusun buku tersebut mengambil sumber dari media Kemutakhiran MateriPada buku MARBI Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII yang telah kamitelaah, kemutakhiran materi sudah sesuai dengan kriteria, adapun kriterianya sebagai berikuta. Kesesuaian materi dengan perkembangan bahasa dan sastra Kesesuaian materi dengan perkembangan bahasa dan sastra Indonesia dalam buku tersebutnampak sudah mengikuti perkembangan keilmuan bahasa dan sastra Indonesia. Hal ini dapatdilihat dari bab 5 berjudul “Meneladani Keikhlasan dan Ketabahan”. Dalam bab ini pesertadidik belajar bagaimana menjadi siswa teladan, ikhlas dan tabah. Ini dibuktikan dengan tekscerita pendek berjudul “Tukang Pijit Keliling” yang di mana peserta didik akan menjawabpertanyaan tentang isi cerpen, unsur-unsur cerpen, dan pokok pikiran yang terdapat Gambar dan ilustrasi dan ilustrasi aktual menjadi salah satu penjelas dari salah satu teks-teks yangditampilkan, misalnya dari teks 13 bab 2. Disini peserta didik menuliskan teks deskriptif darisegi bahasa. Selanjutnya dari uraian tersebut terdapat gambar ilustrasi dari teks yaitu gambarbunga melati yang diambil dari sumber gambar tersebut dijelaskan tentang bunga melati secara keseluruhan dari mulaikeberadaan tumbuh, bentuknya, warna, dan lain Contoh dan kasus disimpulkan dari berbagai macam materi dalam buku MARBI ini sudah dapatdikatakan sesuai namun lebih menekankan pada perkembangan keilmuan bahasa yang aktualdibandingkan dengan sastra, tetapi pada contoh dan kasus yang ada pada buku teks tersebutsudah sesuai dengan kenyataan, misalnya pada teks 1 halaman 39.d. Contoh dan Kasus di dan kasus aktual yang disajikan sesuai dengan kondisi di Indonesia, misalnya dilihatdari sub judul “Membedakan Teks Cerita Pendek”. Dalam sub judul ini terdapat kisah/ ceritapengalaman berjudul “Kisah Kakek Penjual Tali Sepatu” menceritakan seorang kakek tuayang menjual tali sepatu didukung dengan gambar ilustrasi yang diambil dari sumber ander,fisip, unpad. Hal ini sesuai dengan kondisi yang ada di Mendorong buku MARBI Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII yang kamitelaah, bahasa yang digunakan dalam menyampaikan setiap materi pada setiap babnyamendorong siswa untuk mengetahui lebih jauh materi yang sedang dipelajarinya. Ini bisadibuktikan dari uraian berikut Mendorong Rasa Ingin Tahu Siswa. Penyampaian kebahasaan dan tugas-tugas yang diberikan baik secara individu maupunkelompok mendorong rasa ingin tahu yang lebih terhadap siswa terkait materi yangdisampaikan. Tugas yang mendorong rasa ingin tahu lebih dapat ditemui pada saatpembuatan teks hasil observasi yang dilakukan diaktivitas 5 halaman Mendorong Keinginan Untuk Mencari Informasi Lebih wacana pada setiap bab dalam buku yang kami telaah, banyak wacana yangmendorong minat siswa untuk menggali lebih dalam pemahaman materi yang sedangdisampaikan. Jenis kegiatan yang menggali minat siswa untuk memahami lebih jauh sebuahmateri salah satunya pembuatan teks hasil observasi pada bab 1. Siswa dituntut membuatsebuah observasi dalam skala kecil terlebih dahulu, kemudian menyusun hasil observasidalam bentuk laporan Praktikum dan buku MARBI Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII yang kamitelaah sesuai dengan kriteria praktikum dan kewirausahaan. Ini dibuktikan berdasarkanpembahasan berikuta. Menumbuhkan Semangat KewirausahaanDi dalam buku MARBI Mahir Berbahasa Indonesia ini tidak hanya memuat sebuah materi,tetapi juga berisi tentang latihan, serta praktikum yang harus dikerjakan oleh setiap individubaik berkelompok maupun tidak. Contohnya terdapat pada menyusun teks hasil observasiberkaitan tentang ruang lingkup pengamatan tentang klasifikasi tanaman bunga yang telahdilakukan secara berkelompok Halaman 12.b. Menumbuhkan Daya SaingLatihan atau tugas yang disajikan memotivasi siswa untuk menghasilkan sesuatu yangmemiliki nilai lebih misalnya tugas kelompok dalam buku MARBI Mahir BerbahasaIndonesia ini menginstruksikan siswa untuk membuat kelompok dengan beranggotakan 4-5orang. Setiap kelompok meneliti objek atau mengamati objek bunga yang berada di sekitarsekolah. Setelah dilakukan pengamatan dan pembuatan laporan, siswa mempresentasikanhasil pengamatannya yang disampaikan di dalam kelas secara baik dan hasil akhirnya siswamemberikan rubik penilaian presentasic. PengayaanBuku teks ini sangat berperan penting sebagai buku pelajaran siswa. Di dalam buku initerdapat materi-materi yang bertujuan untuk memperkaya ilmu pengetahuan bagi siswa. Buku ini pun mengacu pada kegiatan berbahasa dan bersastra. Terdapat pengertian, contoh-contoh,soal-soal latihan, dan tugas portofolio. Materi yang disajikan tentang budaya, pendidikan,kekayaan alam, kesehatan, dan garis besar materi yang disajikan dalam buku tersebut sudah sesuai dengan kriteriakualitas buku teks yang baik menurut Henry Guntur Tarigan. Pembuktian yang ini dapatdilihat pada penjabaran berikut1. Sudut Pandang Point of ViewBuku MARBI Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII ini memiliki sudutpandang yang sangat jelas jika dilihat dari materi yang disajikan memiliki format yang Kejelasan KonsepPada buku MARBI Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII terdapat konsepkonsep yang jelas, konsep dalam buku tersebut pun sudah sesuai dengan kompetensi inti dankompetensi dasar. Walaupun terdapat kesulitan dalam setiap materinya, penulis sudahmenyesuaikannya dengan tingkat pemahaman siswa. Konsep dalam penyajian materi punmemudahkan peserta didik dalam memahami materi yang ada pada buku paket tersebut,diantaranya yaitu memahami definisi, jenis, struktur, dan sebuah evaluasi dalam Relevansi Dengan KurikulumDalam buku teks bahasa Indonesia tersebut yang sudah kami telaah sudah mengacu padastandar dalam keterampilan berbahasa, diantaranyaa. Aspek menulisb. Aspek berbicarac. Aspek mendengarkand. Aspek membaca4. Menarik MinatPada buku bahasa Indonesia MARBI Mahir Berbahasa Indonesia SMP/MTs kelas VII yangkami telaah dalam setiap materinya dapat menarik minat siswa dalam kegiatan yang dipaparkan oleh penulis sesuai dengan pemahaman yang dimiliki oleh siswamengenai apa yang ada di lingkungan sekitar peserta didik. Materi yang menarik siswa yaitu;materi teks observasi mengenai materi tentang menangkap makna teks hasil observasi dihalaman 8. 5. Menumbuhkan MotivasiDalam buku teks bahasa Indonesia yang kami telaah, keseluruhan materi yang dibawa olehpenulis memiliki bahasa yang mampu menumbuhkan motivasi siswa dalam melaksanakanproses pembelajaran. Rangsangan yang diberikan dalam buku ini mampu mengajak siswauntuk aktif dalam setiap kegiatan baik itu individu maupun Menunjang Mata Pelajaran LainBuku teks MARBI Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII yang kamitelaah, selain sebagai penunjang mata pelajaran Bahasa Indonesia, juga menunjang matapelajaran agama dan sejarah. Pada peranan penunjang mata pelajaran agama dapat dilihatpada teks cerpen di halaman 153 berjudul “Berubah”, sedangkan untuk mata pelajaransejarah dapat dilihat pada teks deskripsi pada halaman 39 berjudul “Candi Borobudur”.7. Menghargai Perbedaan IndividuDi dalam buku teks MARBI Mahir Berbahasa Indonesia terdapat komponen yang masukpada sikap sosial, yaitu menghargai sesama. Ini dapat dilihat pada “teks tanggapan deskriptifdalam mengagumi kreasi dan keberagaman alam Indonesia” yang mana dalam bab ini siswadituntut untuk menumbuhkan sikap kebersamaan dalam KELAYAKAN PENYAJIANA. Teknik PenyajianDalam teknik penyajian ini kita dapat melihat sejauh mana kualitas dari Buku Mahirberbahasa Indonesia atau yang disingkat Marbi untuk SMP/MTs kelas VII, teknik penyajiandalam buku Marbi ini sesuai dengan kriteria teknik penyajian buku yaitu Konsistensi Sistematika Penyajian Dalam Setiap BabKonsistensi sistematika penyajian dalam buku ini sudah bisa dikatakan baik, kata pengantar,daftar isi lalu mencantumkan kompetensi inti dan kompetensi dasar sesuai dengan kurikulumbahasa Indonesia berdasarkan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan RepublikIndonesia nomor 68 Tahun 2013. Isi setiap bab dalam buku ini diawali dengan petakompetensi, lalu tujuan pembelajaran dan nilai karakter bangsa yang dikembangkan,nampaknya buku ini sudah bisa dikatakan baik karena selalu mendahului bab dengan hasilyang harus didapatkan, setelah mempelajari buku ini pada akhirnya siswa akan mengetahuisejauh mana pencapaian tujuan pembelajaran. Uraian yang berupa wacana selalu diselingidengan latihan dari mulai tugas portopolio sampai tugas kelompok, maka dapat ditarik kesimpulan dengan adanya latihan tersebut peserta didik akan melatih sejauh manapemahamannya dalam setiap Ketentuan KonsepDalam keruntutan konsep ini pada umumnya harus disajikan secara runtun mulai dari yangmudah kesukar dari yang konkret ke abstrak dan dari yang sederhana kekompleks. BukuMarbi ini nampaknya sudah memiliki kriteria tersebut dapat dilihat dari awal pembahasanmemiliki peta kompetensi salah satunya pertama-tama peserta didik harus memahami, agarpembaca atau peserta didik paham lalu ditampilkanlah uraian mengenai materi, dilanjutkandengan contoh dan latihan setiap pembahasan seperti yang telah disebutkan yaitu portopoliolalu latihan pada setiap bab. Materi juga dikemas dengan sesingkat mungkin cenderung lebihmemberikan sebuah contoh langsung dan menurut kami hal ini justru lebih baik untukmenerapkan konsep dasar Keseimbangan Antar BabAntar bagian dalam buku mampu memunculkan simbol atau pun ikon agar menggambarkansuatu konsep ini konsisten, buku Marbi nampaknya cukup baik contohnya kekonsistenan itudapat dilihat dalam setiap bab yaitu mempunyai peta kompetensi sama antar bab. Petakompetensinya antara lain berisi memahami, membedakan, mengklasifikasi danmengidentifikasi itu diterapkan dalam setiap Pendukung PenyajianPendukung penyajian berhubungan dengan penyajian yang dapat memotivasi para pembacaatau peserta didik ketika membaca buku, semua ini dapat dilihat dari bagian-bagian yang adadalam buku Marbi diantaranya1. Bagian PendahuluanBuku Mahir Berbahasa Indonesia untuk kelas VII SMP/MTs memiliki 2 pendahuluan yaitukata pengantar dan daftar Kata pengantar Kata pengantar dalam buku ini memiliki ucapan terimakasih, kepadasiapa saja yang mendukung terbitnya buku ini, dan kepada siapa saja yang mengapresiasiatau menghargai dengan cara membaca dan tidak lupa harapan penulis untuk pembacajuga melengkapi kata pengantar dalam buku Marbi ini b. Daftar Isi Daftar isi dalam buku Marbi memuat informasi agar peserta didik mudahuntuk mencari dan mampu menemukan bab dan subbab dengan menyertakan Bagian IsiBagian isi buku Mahir Berbahasa Indonesia kelas VII terdapat beberapa Dalam pendahuluan ini terdapat peta kompetensi yang berisi teks observasilalu nilai karakter bangsa yang dikembangkan dan tujuan pembelajaran. Semua ituadalah harapan mengenai kompetensi yang akan Rujukan dalam buku Marbi ini ada yang berupa teks, teks ini baik teks-tekscontoh mau pun teks uraian materi, gambar ilustrasi dan beberapa Proyek Dalam buku Marbi ini sangat disayangkan karena tidak terdapatrangkuman yang biasa ditemui dibuku lain dalam setiap babnya, namun karena buku inimerujuk atau sudah menggunakan kurikulum 2013 maka yang digunakan adalah kerjaproyek yaitu mencari suatu pembahasan atau objek dari topik yang telah dipaparkan,kemudian peserta didik meencari, mengamati kemudian membuat suatu laporan hasiltentang suatu objek Pelatihan yang digunakan sesuai dengan pendekatan saintifik yangpembelajarannya itu mengajak peserta didik untuk aktif mengonstruk konsep dengancara mengamati. Hal ini agar siswa menemukan masalah-masalah yang terjadi, lalumasalah tersebut dirumuskan atau di susun setelah itu merumuskan atau mengajukanhipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan terakhirmengomunikasikan konsep. Kegiatan pelatihan ada dalam setiap bab buku Marbi yaituBab 1 Kegiatan Mengamati Lingkungan dan Budaya Indonesiaa. Mengenal Teks Hasil Observasib. Menangkap Makna Teks Hasil Observasic. Membedakan Teks Hasil Observasid. Menyusun Teks Hasil Observasie. Mengklasifikasi Teks Hasil Observasif. Menelaah dan Merevisi Teks Hasil Observasig. Mengidentifikasi Kekurangan Teks Hasil Observasih. Meringkas Teks Hasil ObservasiBab 2 Kegiatan Mengagumi Kreasi dan Keberagaman Alam Indonesia Teks Tanggapan Makna Teks Tanggapan Teks Tanggapan Teks Tanggapan Teks Tanggapan dan Merevisi Teks Tanggapan Kekurangan Teks Tanggapan Teks Tanggapan DeskripsiBab 3 Kegiatan Pendidikan Dan Kesehatan Untuk Semuaa. Mengenal Teks Tanggapan Deskripsib. Menangkap Makna Teks Eksposisic. Membedakan Teks Eksposisid. Menyusun Teks Eksposisie. Mengklasifikasi Teks Eksposisif. Menelaah dan merevisi Teks Eksposisig. Mengidentifikasi kekurangan Teks Eksposisih. Meringkas Teks EksposisiBab 4 Kegiatan Peristiwa di Sekitar Kitaa. Mengenal Makna Teks Eksplanasib. Menangkap Makna Teks Eksplanasic. Membedakan Teks Eksplanasid. Menyusun Teks Eksplanasie. Mengklasifikasi Teks Eksplanasif. Menelaah dan Merevisi Teks Eksplanasig. Mengidentifikasi Kekurangan Teks Eksplanasih. Meringkas Teks EksplanasiBab 5 Kegiatan Meneladani Keikhlasan dan Ketabahana. Mengenal Teks Cerita Pendekb. Menangkap Makna Teks Cerita Pendekc. Membedakan Teks Cerita Pendekd. Menyusun Teks Cerita Pendeke. Mengklasifikasi Teks Cerita Pendek f. Menelaah dan Merevisi Teks Cerita Pendekg. Mengidentifikasi Kekurangan Teks Cerita Pendekh. Meringkas Teks Cerita PendekC. Penyajian Pembelajaran Dalam Buku Mahir Berbahasa Indonesia Untuk SMP/MTs kelasVII kami berhasil menelaah penyajian pembelajaran yang terbagi ketiga bagian yaitubuku teks berpusat pada siswa, mengembangkan keterampilan atau merangsangmetakognisi peserta didik dan terakhir, Merangsang daya imajinasi, kreasi dan berfikirkritis peserta didik diantaranya sebagai berikut1. Keterpusatan pada peserta didikDalam buku Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/Mts kelas VII ini bersifat interaktif yaitumembuat siswa saling berinterkasi dan aktif selanjutnya partisifatif siswa ikut berperandalam proses pembelajaran dapat dilihat dari contoh dalam “Aktivitas 2 Tugas Portopolio”peserta didik di arahkan untuk mencermati mind map lalu mempresentasikan isi teks mindmap tersebut di depan kelas. Siswa akan merasa terlatih berbicara di depan kelas dan terusmengembangkan kemampuan berbicara. Selain itu banyak latihan-latihan lain yangmenunjang motivasi belajar Merangsang Metakognisi SiswaMetakognisi dalam KBBI adalah Pemahaman seseorang tentang system pemrosesaninformasi pada dirinya, di sini proses psikomotorik siswa lebih ditekankan agar siswa mampumenyesuaikan dirinya dalam mempelajari bahasa Indonesia dengan hal yang mereka sukaihingga ketika belajar siswa akan merasa senang sebagai contoh “Aktivitas 10 TugasKelompok” siswa harus berpasangan dengan teman sebangkunya untuk membaca Merangsang Daya Imajinasi, Kreasi, dan Berfikir Kristis Peserta DidikDalam buku Mahir Berbahasa Indonesia Untuk SMA/MTs ini materinya disajikan dengancara melakukan kegiatan observasi sehingga berkembanglah daya imajinasi, kreasi danberfikir kritis peserta didik, terdapat pendekatan saintifik yang disajikan melalui penyajiancontoh teks, mendengarkan, membaca, pengamatan, menulis dan diskusi kelompok. Contohdari pendekatan ini ialaha. Tugas Kelompok Aktivitas 3. Setelah membaca teks yang telah disajikan peserta didikmendiskusikan hal-hal ynag menyangkut teks observasi salah satunya adalah “Mengapa teks tersebut dikategorikan sebagai teks hasil observasi?” ini adalah salahsatu contoh pendekatan yang digunakan dalam buku Marbi Tugas Portopolio Aktivitas 9. Peserta didik mengidentifikasi kekurangan penggunaanhuruf kapital dan ejaan teks hasil observasi dari teks yang telah disajikan lalumenuliskan kembali sesuai dengan kaidah yang dan Keruntutan Alur PikirKoherensi dalam KBBI adalah tersusunnya uraian atau pandangan sehingga bagian-bagiannya berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari dua pembuktian dibawah Ketertautan antar bab/subbab/aleniaKoherensi dan keruntutan dalam setiap bab sudah bertautan dapat dilihat dari subbab dalambuku Marbi ini dalam penjudulan subbab semuanya sama dari mulai Mengenal, Menangkap,Membedakan, Menyusun, Mengklasifikasi, Menelaah dan Merevisi, Mengidentifikasi danterakhir Meringkas dari setiap pembahasan semua itu sama dan saling Keutuhan makna dalam bab/subbab/aleniaDalam buku Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kela VII ini. Keutuhan maknadalam bab dengan subbab sudah sama dari setiap alinea pembahasan sudah berkaitan dengansemua teks yang disajikan. Judul dan subjudul sudah memiliki makna yang beratautanmenjadi suatu kesatuan yang dari Penyajian1. Tidak ada rangkuman dalam setiap bab2. Tidak ada penutup dalam buku ini setelah adanya latihan dilanjutkan dengan daftar Isi3. Tidak ada kata sambutan langsung masuk kata pengantar dan daftar isiKelebihan dari Penyajian1. Untuk mengganti rangkuman buku Marbi ini menyediakan kerja proyek sehingganampak jelas buku ini lebih menekankan pada praktik untuk melatih pemahamansiswa2. Dalam setiap bab mempunyai latihan menjawab soal3. Kelayakan KegrafikanA. UkuranBuku1. Kesesuaian ukuran buku dengan standar ISO Dalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelasVII,mempunyai kekurangan yaitu tidak tercantumnya ukuran dalam buku tersebut. Setelah kamimelakukan pengukuran sendiri buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahsa Indonesia untukSMP/MTs kelasVII, berukuran 17,4cm x 25cm dan ketebalan buku 1 DesainKulitBuku1. penampilan kulit buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTskelas VII, menarik dari warna, ilustrasi, sudah baik karena pada ilustrasi terdapat tigaorang siswa yang sedang berdiskusi. Ilustrasi tersebut dapat memperjelas dari judulbuku dalam ketrampilan berbahasa,. Dari segi warna yang terdapat pada kulit bukuBahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII sudahmemberikan penampilan warna secara keseluruhan yang tidak Menampilkan pusat pandang Center point yang Dalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII,sudah menampilkan pusat pandang yang baik pada pembaca. Pada bagian kulit bukusudah memberikan daya tarik dan penulisan judul tidak Komposisi dan ukuran unsur tata letak judul, pengarang, ilustrasi, logo,dll.,proposional, seimbang dan seirama dengan tata letak isi sesuai pola. Dalam bukuBahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs untuk kelas VII,kesimbang tata letak judul, pengarang, ilustrasi, logo memiliki tata telak yangseimbang karena judul buku sendiri berposisi disebelah kanan buku, tepatnya dibawahilustrasi penuliasan judul buku tidak menggunakan font yang cukup besar. Ilustrasiterdapat dibawah judul buku, ilustrasi yang seimbang tidak terlalu besar atau punterlalu kecil. Karena penempatan tata letak itu sendiri sesuai dengan proposionaldengan ukuran warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi6. Dalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII,tampilan warna pada kulit buku ini secara keseluran berwarna hijau muda dandikombinasikan dengan warna silver, putih, dan oren memberikan nuansa tenang pada buku ini penempatan tata letak ang konsisten dalam satu seri. Karena bukuBahsa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII tidakmempunyai seri-seri selanjutnya, buku ini sudah berisikan materi semester I dansemester II. C. Tipografi Kulit Bukua. huruf yang digunakan menarik dan mudah dibaca1. ukuran huruf judul buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTskelas VII, sudah dapat memberikan informasi kepada pembaca secara jelas tentang isibuku ini dalam mata pembelajaran Bahasa Indonesia. Warna judul buku yang abu-abudan font yang tidak terlalu besar membuat judul tersebuat memberikan kesan yangmenarik dan tampilan yang seimbang dan mempermudah bagi Warna judul buku yang berwarna abu-abu yang kontras dengan warna latar belakangberwana hijau dan putih membuat judul buku tersebut lebih meonjol dibandingkanpenulisan seperti nama penerbit dan penulisan kurtilas 2013 yang terdapat dipojokkanan huruf yang sederhana komunikatif1. Buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII tidakbanyak menggunakan kombinasi jenis huruf. Pada judul buku ini huruf yang digunakansederhana dan simple, hanya saja font yang terdapat pada kulit buku berbagai Pada kulit buku ini menggunakan variasi huruf, berbeda dengan penulisan isi bukudalam Buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII,menggunakan Times New Roman dan ukuran yang berbeda-beda yang bertujuan untukmembedakan sub IlustrasiKulitBuku1. Menggambarkan isi/materi ajar dan mengungkapkan karakter objekDalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk kelas VII, pembacadapat dengan cepat memberikan gambaran tentang materi yang terdapat pada bukutersebut. Ilustrasi pada kulit buku ini adalah ada tiga siswa yang sedang berdiskusi danjudul buku tentus aja memberikan gambaran serta informasi kepada Bentuk, warna, ukuran, proposi objek sesuai realitaDalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII,bentuk ilustrasi yang digunakan sangat tepat, ukuran objek sesuai sehingga tidakmenimbulkn salah tafsiran peserta didik, untuk warnanya sendiri tidak begitu mencolokdan ukuran tulisan maupun ilustrasi pada buku ini sangat pas, ilustrasi yang ditampilkantidak terlalu besar tetapi tetap menarik perhatian Desain Isi Buku1. TataLetakIsi a. Tata Letak Konsisten- Penempatan unsur tata letak konsisten berdasarkan pola. Dalam buku Bahasa IndonesiaMahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII, penempatan tata letak judul , subjudul, kata penghantar, daftar isi, ilustrasi, dll. Semuanya dari awal bab hingga babterakhir sudah Pemisahanan antara paragraph sudah jelas dan rapih, hingga peserta didik jelas untukmemahami penjelasan yang terdapat pada buku Unsur tata letak harmonisBidang cetak margin proporsional, dalam buku bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesiatata letak seperti penulisan judul, sub judul, ilustrasi, angka halaman, paragraph sudahsesuaidan tatak letaknya sudah dicetak secara Unsur tata letak lengkap- Judul bab, sub judul bab, dan angka halamanDalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelasVII, yangtelah kami telaah1. Judul bab ditulis dengan menggunakan Penulisan sub judul sesuai dengan materi yang diajar dan tidak menggunakan fontyang Keterangan gambar setiap bab sangat mendukung ilustrasi pada buku Angka halaman tidak terjadi salah pegetikan dibuku Tata letak mempercepat pemahaman1. Penempatan hiasan/ilustrasi sebagai latar belakang tidak mengganggu judul, teks,angka halaman. Dalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untukSMP/MTs kelas VII, tidak mengganggu kejelasan dalam penyampain pemahamanpeserta Penempatan sudah sesuai dan tepat sehingga judul, sub judul, ilustrasi, dan keterangangambar tidak mengganggu pemahaman dari peserta didik itu Tipografi Isi Buku1. Tidak menggunakan terlalu banak jenis huruf1. Dalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelasVII, tidak banyak menggunakan bahasa yang berlebihan dan materi yang terdapatpada buku ini sangat tidak bertele-tele serta pembahasannya pun cukup jelas. Huruf yang terdapat pada buku ini juga tidak berlebihan, sehingga tidak mengganggu pesertadidik dalam memahami informasi yang disampaikan untuk membedakan unsure teksmenggunakan variasi ukuran huruf Tidak menggunakan jenis hias/dekoratifDalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII,kami tidak menemukan jenis huruf hias/dekoratif pada isi buku ini. Huruf yangdigunakan pada isi buku ini ditulis sesuai aturan yang telah ditetapkan sehingga tidakmenyulitkan saat membaca dan mendapatkan Penggunaan variasi huruf bold, italie, all capital, small capital sangat tidakberlebihan dan sangat berfungsi untuk membedakan judul, sub judul sertamemberikan tekanan pada kata yang dianggap penting atau menggunakan bahasaasing berbentuktebal/miring.4. Jenjang/hierarki judul-judul jelas, konsisten dan proposionalDalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII1. Menunjukkan urutan/hierarki susunan teks secara berjenjang sehingga mudah dipahamiantara susunan yang terdapat pada teks dengan ukuran penulisan dan variasi huruf. Setiappenulisan judul tidak menggunakan ukuran huiruf yang Ilustrasi Isia. Dalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelasVII, ilustrasi yang terdapat dalam isi buku menarik perhatian, memudahkan pesertadidik dalam memahami suatu keterangan atau penjelasan materi dari buku ilustrasi sudah sesuai dengan materi pada buku Bahasa Indonesia MahirBerbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas bentuk ukuran ilustrasi sudah tepat dan dapat memberikan gambaran yang akurattentang objek yang di maksud. Misalnya ilustrasi apel wangling sebagai salah satubuah yang berasal dari Jepang dan dapat dijumpai di Batu, Malang. Gambar tersebutbersumber bentuk ilustrasi sudah professional sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang negatifterhadap peserta didik pada objeknya. Misalnya ilustrasi “pentingnya menjagakesehatan gigi anak sejak dini” digambarkan dengan ilustrasi anak kecil yang sedangmenyikat Ilustrasi isi menimbulkan daya tarik keseluruhan ilustrasi dalam buku iniditampilkannya kurang serasi dengan pembahasannya, karena ilustrasi yang terdapat dalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia tidak berwarna, tetapiilustrasi yang tertera pada buku ini sesuai dengan Kualitas PenjilidanKualitas penjilidan buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelasVII,sudah bagus dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh peraturan yang Analisis Kelayakan Bahasa1. LugasMenurut KBBI V, lugas yaitu dalam pembicaraannya selalu mengenai yang pokok-pokok atau yang perlu saja dan tidak pernah menyimpang ke sana-sini. Artinya pembicaraanyang lugas dalam pembahasannya tidak perlu berbelit-belit dan langsung menuju ke Ketepatan Struktur KalimatSetelah dianalisis, penulis sangat memperhatikan struktur kalimatnya. Dalampenyusunan kosakata menjadi sebuah kalimat sangat sederhana, hal itubertujuan agar peserta didik mudah memahami tiap-tiap kalimat sertainformasi yang ingin disampaikan oleh buku Keefektifan KalimatDalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia kelas VII untukSMP/MTs, untuk keefektifan kalimatnya masih kurang tepat sasaran atauberbelit-belit. Bahasa yang dipakai memang sederhana dan mudah dipahamioleh siswa, tetapi untuk keefektifannya masih kurang, yang artinya pada tiapbab tidak langsung menuju kepada pembahasan tetapi berbasa-basi terlebihdahulu. Seperti contoh pada bab pertamamateri mengenai “Mengenal Teks Hasil Observasi” yang tidak langsung kepembahasan tetapi lebih berbasa-basi. Mungkin saja berbasa-basitersebut penulis memiliki tujuan untuk lebih mengenalkan siswa kepadabetapa Indonesia indah dan alamnya memesona atau agar siswanya tidakterlalu bosan dengan buku Kebakuan IstilahUntuk kebakuan istilahnya dalam buku tersebut bahasanya sudah sesuaidengan KBBI, untuk penulisan bahasa asing menggunakan cetak miring atauberada didalam tanda kurung, misalnya kata report,crocodylus porosus,dan bactrocera. Untuk kependekan dan singkatan menggunakan huruf besar, tetapi dalam buku ada juga yang menggunakan huruf kecil. Seperti contohpada halaman 168 pada kata EyD Ejaan yang Disempurnakan, untuksingkatan seharusnya menggunakan huruf kapital semua meskipun terdapatkata KomunikatifMenurut KBBI V, komunikatif yaitu bahasa yang sangat mudah dipahami sehinggapesan yang disampaikannya dapat diterima dengan baik. Artinya penggunaan bahasa dalampenulisan sebuah buku sangatlah penting, bahasa yang digunakan haruslah yang mudahdimengerti dan tidak terlalu baku. Karena jika menggunakan bahasa yang terlalu baku atauformal tidak semua peserta didik paham akan kosakata yang belum pernah Keterbacaan PesanPesan yang ingin disampaikan oleh penulis sudah tepat sasaran, pengemasanpenulisannya yang menarik, serta pemilihan kosakatanya yang efektif sehingga tidakmenimbulkan makna ganda bagi peserta didik. Hal ini dapat menimbulkan rasa ingin tahupeserta didik terhadap pembelajarannya sehingga buku ini dapat dipelajari secara Dialogis dan InteraktifMenurut KBBI V, pengertian dialogis yaitu sebuah penjelasan yang bersifat terbukadan komunikatif untuk masalah ini. Sedangkan menurut Warsita 2008, pengertian interaktifyaitu hal yang terkait dengan komunikasi dua arah atau suatu hal bersifat saling melakukanaksi, saling aktif dan saling berhubungan serta mempunyai timbal balik antara satu denganlainnya. Artinya sesuai dengan penjelasan diatas dalam dialogis dan interaktif harus adakomunikasi antara buku dengan peserta didik. Dalam tulisannya penulis harus berkomunikasidengan peserta didik agar para peserta didik menjadi lebih aktif dalam Kemampuan Memotivasi Peserta DidikDalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia kelas VII untuk SMP/MTs,penulis berusaha berkomunikasi kepada peserta didik, hal ini dibuktikan dengan adanyapertanyaan maupun pernyataan yang ditujukan untuk peserta didik pada tiap pada bab keempat materi "Menelaah dan Merevisi Teks Eksplanasi", disana penulisberusaha berkomunikasi dengan peserta didik melalui kalimat “Pada bab sebelumnya, kamutelah melakukan telaan dan revisi teks eksposisi”. Kata 'kamu' mengacu pada peserta didikyang artinya penulis berusaha berkomunikasi dengan peserta didik. Dengan adanyakomunikasi tersebut membuat siswa termotivasi agar berusaha menjadi lebih aktif dalammenjawab di dalam kelas. b Mendorong Berpikir KritisPada buku tersebut setiap bab maupun pembahasan selalu menyajikan tugas baikuntuk kelompok maupun individu. Tugas tersebut diberikan untuk peserta didik dengantujuan dapat berpikir kritis mengenai pembelajaran tersebut. Saat mengerjakan tugasnyapeserta didik dapat mencari informasi secara mandiri melalui buku teks maupun sumberinformasi yang lainnya, sehingga peserta didik akan mendapatkan informasi baru yang belumpernah diketahui Kesesuaian dengan Peserta Didika. Kesesuaian dengan Tingkat Perkembangan Intelektual Peserta DidikDalam buku Bahasa Indonesia Mahir Berbahasa Indonesia kelas VII untukSMP/MTs, bahasa yang digunakan sudah sesuai dengan kemampuan intelektualsiswa, hanya saja terdapat istilah atau kata-kata yang baru dipelajari siswa. Selebihnyakata-katanya bisa dipahami dengan baik, karena untuk istilah atau kata yang barudipelajari siswa dijelaskan dengan baik oleh gurunya sehingga siswa dapat mengerti,disini penulis berusaha agar siswa mengenal lebih banyak kosakata Kesesuaian dengan Tingkat Perkembangan Sosial Emosional Peserta DidikUntuk tingkat perkembangan sosial peserta didik mungkin sudah sesuai karena didalam buku ini banyak terdapat ilustrasi-ilustrasi mengenai keadaan lingkungansekitarnya maupun lingkungan secara luas. Jadi siswa bisa membayangkan keadaanlingkungan yang tidak ada di sekitarnya hanya melalui ilustrasi yang digambarkanpenulis pada buku Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesiaa. Ketepatan BahasaSetelah dianalisis, dalam buku ini bahasa yang dikemas oleh penulis sangat apik danberbobot. Penulis juga memperhatikan Ejaan Yang Disempurnakan EYD dengan baik danbenar. Pengemasan kata-katanya sangat rapih, karena mungkin agar hal-hal yangdisampaikan penulis bisa diterima dengan baik oleh peserta didik. Penggambaran istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep atau sejenisnya sudah sangat Ketepatan EjaanSetelah dianalisis, penulis sangat baik dalam memlih ejaan yang digunakan dalambuku. Untuk penggunaan ejaan mengacu kepada Ejaan Yang Disempurnakan EYD atauPUEBI Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.6. Penggunaan Istilah, Simbol, dan Ikon Menurut KBBI V, pengertian istilah yaitu kata atau gabungan kata yang dengancermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidangtertentu. Menurut William Dillistone, symbol adalah gambaran dari suatu objek nyata ataukhayal yang menggugah perasaan atau digugah oleh perasaan. Menurut Pierce Sobur,200441, ikon adalah hubungan antara tanda dan objeknya atau acuan yang bersifatkemiripan. Jadi, istilah, simbol, dan ikon memiliki keterkaitan yaitu merupakan sebuah tandayang digambarkan oleh penulis agar dipahami oleh peserta Konsistensi Penggunaan Istilah, Simbol, atau IkonSetelah dianalisis, dalam buku ini penggunaan sebuah istilah, simbol, maupun ikonsudah menggambarkan suatu konsep yang konsisten antar bagiannya dalam sudah sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan EYD maupun KamusBesar Bahasa Indonesia KBBI. Penggunaan istilah itu sendiri bertujuan agar para pesertadidik dapat mengetahui istilah maupun konsep yang tidak pernah dijumpainya. Misalnyapada halaman 11 dalam kolom aktivitas 3 tugas kelompok, pada nomor kelima terdapat baganmengenai rumput hias. Pada bagan tersebut susunan klasifikasi mengenai rumput hias, hal inimenunjukkan bahwa rumput hias termasuk ke dalam banyak bagian. Dengan ini peserta didikdapat mengetahui macam klasifikasi rumput hias melalui konsep bagan yang disajikan Analisa Kualitaas Buku Bahasa Indonesia Kelas VIIAnalisis kwalitas buku bahasa indonesia kelas VII berdasarkan penilaian 10 kriteriamenurut Greene dan Petty1. Buku Teks Haruslah Menarik Minat SiswaBiasanya buku teks dapat dikatakan menarik menurut siswa apabila dilihat dari judulbuku yang menarik, sampul buku yang menarik, warna buku, ilustrasi buku dan kualitas buku Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII, kami menilaibahwa buku ini telah memenuhi kriteria, sebagaimana yang telah kami jelaskan mulai darijudul “MARBI Mahir Berbahasa Indoneisa ini dapat dikatakan menarik perhatian sebagai penelaah mempunyai sudut pandang sebagai siswa saat melihat judul buku inikami dibuat penasaran, apa saja isi dari buku ini. Sampul buku yang menarik hal ini dapatdikatakan bahwa buku Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII ini mempunyaiwarna yang cerah dengan ilustrasi tiga orang siswa yang sedang berdiskusi, hal ini menggabarkan bahwa ketiga siswa tersebut terampil dan cakap dalam berbahasa. Dari segiwarna yang terdapat pada sampul buku ini dapat dikatakan menampilkan warna yang tidakmembosankan. Memang seharusnya untuk buku kelas VII SMP/MTs ini memiliki warnayang cerah, karena masih dapat dikatakan perpindahan antara dunia anak-anak yang adaditingkat Sekolah Dasar dan di tingkat Sekolah Menengah Pertama yang kini mulai tumbuhmenjadi remaja. Selain dari sampul buku yang menarik tentunya isi atau materi yang adadidalam buku pun harus dapat menarik siswa dalam pembelajaran berlangsung. Sebagaicontoh dari buku Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII ini sangat memilikibanyak contoh teks yang menarik. Hal ini dapat dikatakan bahwa penulis mampumembangkitkan gairah siswa dalam pembelajaran berlangsung salah satu contohnya sepertimengidentifikasi kekurangan teks tanggapan deskriptif, disini siswa diajak untuk bermainkuis dan menebak dari apa yang telah di jelaskan atau di bacakan oleh Buku Teks Itu Haruslah Mampu Memberi Motivasi Kepada Para SiswaKata Motivasi menurut KBBI V adalah sebuah dorongan yang timbul pada diriseseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuantertentu. Hal ini tidak hanya dilakukan dengan cara guru banyak bicara pada siswa untukmemberikan sebuah arahan atau sebuah pesan nasihat. Tetapi dapat juga dilakukan dengandiberikan sebuah teks bacaan yang ada didalam buku teks tersebut. Dengan ini siswaditanamkan untuk gemar membaca serta rasa ingin tahu yang tinggi terhadap apa yang adadidalam isi buku contoh dari buku Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIIini sangat memiliki banyak contoh wacana. Salah satunya seperti wacana singkat yangberjudul Tukang Pijat Keliling terdapat pada Bab 5 halaman 140. Wacana ini mempunyaicerita yang sangat menarik dan tentunya sangat memotivasi bagi siswa yang bagaimana perjuangan seorang tukang pijit yang bernama Darko yang memilikikekurangan tanpa bisa melihat begitu besar semangatnya untuk bekerja keras mencari uangdengan halal tanpa harus ia menjadi Buku Teks Haruslah Memuat Ilustrasi Yang Menarik Hati Para SiswaSebuah ilustrasi dapat menarik perhatian dan mempermudah siswa dalam memahamisebuah penjelasan materi. Contohnya sendiri terdapat dalam buku Mahir Berbahasa Indonesiauntuk SMP/MTs pada bab 2 halaman 56. Tentang mengidentifikasi kekurangan tekstanggapan deskriptif di berikan sebuah ilustrasi yang menarik bagi siswa. Disini peran gurusangat di butuhkan untuk dapat membangun ilustrasi bagi setiap siswa, seperti guru membacakan sebuah teks deskripsi tentang suatu objek dan kemudian siswa dapatmenjawabnya dari sebuah pemikiran ilustrasi Buku Teks Itu Seyoginyalah Mempertimbangkan Aspek-Aspek LinguistikBuku teks Mahir Berbahasa Indoneisa untuk SMP/MTs kelas VII penyampaianpenulis ini dalam memaparkan sebuah materi sangat baik dan lugas. Kata lugas sendiri dapatdiartikan bahwa penjelasan yang dijelaskan hanya ke inti pokok-pokok materi saja atau yangdiperlukan. Dan juga menggunakan bahasa yang komunikatif, dengan menggunakan bahasayang komunikatif siswa mampu memahaminya dan dapat diterima dengan baik. Penulis jugadalam memaparkan sebuah contoh cukup jelas untuk dipahami oleh siswa. Artinya dalam halini penguunaan bahasa dalam sebuah penulisan dibuku sangatlah Berkaitan Dengan Pelajaran LainBuku teks Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII tidak hanyaberhubungan dengan materi pembelajaran Bahasa Indonesia saja. Misalnya terdapat wacanayang berjudul Candi Borobudur tepatnya pada bab 2 teks 1 halaman 39. Pada wacana tersebutterdapat pemaparan mengenai pembelajaran sejarah Candi Borobudur. Tentang bagaimanalatar belakang terbangunnya Candi Borobudur, sehingga dapat dikatakan materi iniberhubungan dengan mata pelajaran Sejarah. Selain wacana Candi Borobudur ada punwacana yang berjudul Pallawa Tongkkonan tepatnya pada bab 2 teks 2 halaman 40. Wacanaini berkisah tentang kekayaaan budaya Nusantara yang ada di suku Toraja, sehingga dapatdikatakan materi ini berhubungan dengan mata pelajaran Seni dan Buku teks dapat menstimulasi atau merangsang aktivitas pribadi para siswaDari Bab 1 Mengamati Lingkungan dan Budaya Indonesia, siswa dipaparkan materitentang teks observasi secara lengkap dan jelas. Siswa pun diharapkan dapat melaksanakankegiatan observasi terhadap lingkungan yang ada disekitarnya. Di dalam materi terksobservasi ini terdapat materi tentang contoh teks observasi tumbuhan rumput dan juga teks observasi tersebut diharapkan siswa mampu mengetahui apa saja kegunaantumbuhan dan hewan. Dari pemaparan materi tersebut diharapkan siswa langsung mengenalijenis hewan dan tumbuhan yang ada di sekitarnya dengan cara observasi langsung dan siswadapat tersimulasi untuk belajar mengenai apa yang ada di Buku Teks Haruslah Sadar Dan Tegas Menghindari Konsep-Konsep YangSamar-SamarDalam buku paket Bahasa Indonesia kelas VII Kurikulum 2013 Penerbit Erlangga, penulisdengan jelas memaparkan konsep-konsep materi yang ada dibuku tersebut dengan baik danjelas, sehingga tidak membingungkan siswa untuk memahami materi tersebut. Contohnya pada materi teks observasi penulis memparkan tentang memahami teks observasi, menangkapsebuah makna pada contoh teks observasi, membedakan teks observasi, menyusun teksobservasi dengan struktur yang baik dan benar, megklasifikasikan teks obsevasi, menelaahdan merevisi teks observasi, mengidentifikasi kekurangan yang ada pada teks observasi sertameringkas teks observaii. Dengan jelas penulis memaparkan sebuah materi tersebut dengansangat jelas, tersistematis, tepat dan akurat. Penulis pun memberikan sebuah contoh, definisidan konsep pada setiap materi yang ia paparkan. Begitu juga materi tentang teks eksposisi,teks deskriptif, teks eksplanasi dan teks cerita Buku teks harus mempunyai sudut pandang yang jelas dan tegasSudut pandang buku paket Bahasa Indonesia kelas VII kurikulum 2013 mempunyaisudut pandang yang jelas dan tegas, sehingga siswa dan para pembaca mampu memahami isidari sudut pandang buku tersebut. Buku paket Bahasa Indonesia Kelas VII kurikulum 2013penerbit erlangga juga memaparkan sudut pandang yang tersusun rapi dan sistematis. Didalam buku ini juga terdapat sebuah pemaparan materi dan juga contoh sehingga siswamampu mengerjakan setiap latihan soal yang ada pada buku Buku Teks Harus Mampu Memberi Pemantapan, Penekanan Pada Nilai-Nilai Anakdan Orang DewasaPada Bab 5 dengan tema Meneladani Keikhlasan dan Ketabahan memberikan sebuah pesannilai-nilai moral yang dapat diterpakan pada kehidupan sehari-hari para pembaca. Dari ceritateks cerpen mengenai cerpen yang berjudul "Tukang Pijat Keliling" siswa bisa memetik nilai-nilai sosial yang baik dari contoh cerpen tersebut yang menceritakan tentang seseorang yangmempunyai kekurangan dan masih mau bekerja kerja untuk kehidupannya dan ia juga tidakpernah mengeluh. Adapula cerita pendek yang berjudul "Ibu" siswa dapat memetik nilai-nilaikebaikan dari contoh kegigihan seorang ibu untuk menghidupi anak-anaknya. Dan pada ceritapendek yang berjudul "Penjual Tali Sepatu" dari kisah cerita pendek tersebut siswa pun dapatmemetik nilai-nilai kebaikan sosial seorang “mahasiswa” yang mau membantu terhadapsesam yaitu seorang “kakek-kakek” yang menjual tali sepatu, sehingga nilai tersebut dapatditiru dan patut dicontoh untuk siswa atau Buku Teks Haruslah Menghargai Perbedaan-Perbedaan Pribadi Para Siswa danPemakainyaBuku paket Bahasa Indonesia kelas VII kurikulum 2013 penerbit erlangga juga tidakmembeda-bedakan salah satu individu maupun kelompok karena di dalam buku inimenghargai perbedaan-perbedaan para pembaca. Buku paket ini juga sangat cocok untuk para siswa SMP kelas VII. Dari segi bahasa yang digunakan dalam setiap materi yang ada dibukubahasa yang digunakan sangat komunikatif sehingga mudah dipahami oleh siswa. Buku paketini juga dapat digunakan oleh siswa dan guru sebagai buku panduan maupun buku tambahanuntuk kegiatan belajar dan PUSTAKAMulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya. dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan. Direktorat jenderaldepartemen agama RI. Tahun Henry Guntur. 2009. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung Angkasa TENTANG PENULISTerlahir dengan nama Rosmilan Pulungan saya menamatkanpendidikan S1 dijurusan Pendidikan Bahasa Indonesia pada tahun 2010di Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah. Lalu di tahun yangsama bekerja di Laboratorium komputer UMN sampai sekarang. Lalumelanjutkan pendidikan S2 pada tahun 2013 di Universitas MuslimNusantara Al Washliyah jurusan pendidikan Bahasa Indonesia dantamat tahun menjadi dosen tetap yayasan di Universitas Muslim Nusantara Al Washliyahsampai sekarang. Beberapa karya yang pernah di hasilkan adalah menulis jurnal penelitiandan menerbitkan buku berjudul Tortor dalam Upacara Adat Mandailing, Menjadi salah satupenulis pada antologi essai yang di terbitkan balai bahasa sumatera utara. Kegiatan sekarangaktif mengajar di Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah menjadi dosen tetap. Balai PenelitianDan PengembanganAgama Makassar Subair MuhammadAbstrak Penelitian ini difokuskan pada aspek penggunaan buku pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar SD 01 Lalebbata dan SD Murante Palopo. Masalah penelitian ini adalah bagaimana buku Islam dimanfaatkan? bagaimana pemanfaatan materi pelajaran dalam buku dan relevansinya dengan tujuan pendidikan untuk meningkatkan pengabdian siswa dan membentuk perilaku yang mulia?. Dengan mengoperasionalkan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi umum Studi Agama Islam PAI kurikulum 2006 buku-buku di Sekolah Dasar Negeri SDN Palopo tidak menjadi masalah penting karena penggunaan dana BOS. Masalah kemudian muncul dalam mekanisme pemanfaatan buku PAI, misalnya dalam penggunaan materi pelajaran agama di buku PAI tidak relevan dengan tujuan pendidikan nasional untuk membuat peserta cinta kepada Allah swt. Ini ditunjukkan dalam jumlah bahan, lebih banyak mengandung sekitar ritual keagamaan ibadah dibandingkan dengan bahan yang memperkenalkan Tuhan sebagai zat yang harus dicintai oleh manusia. Belajar dominan tentang ritual agama dari materi pelajaran, dapat berdampak buruk bagi siswa, di mana mereka diperlakukan awal dengan banyak acara televisi yang mengalihkan mereka dari kasih Allah. Abstract This study focuses on the use of books on Islamic Religious Education at Elementary School by taking samples at SD 01 Lalebbata and SD Murante Palopo. The research problem is how Islam textbooks are exploited? how the utilization of the subject matter in the book and its relevance to the purpose of education to improve students' devotion and shaping noble behavior ?. This study used a descriptive qualitative research method. The results showed that the general distribution of the books of Islamic Religious Studies PAI curriculum, 2006 at State Elementary School SDN Palopo is not a critical problem because of the use of BOS problems then appear in the mechanism of utilization of PAI books, for example in the use of religious subject matter in the book PAI is not relevant to the purpose of national education to create participants to love Allah SWT. It's shown in the the number of materials, much more contain about religious rituals worship as compared with the material that introduces God as a substance which should be loved by humans. Learning a dominant about religious ritual from the subject matter, can be bad for students, where they're treated early with many television shows that divert them from the love of God. PENDAHULUAN P endidikan anak-anak di Sekolah Dasar SD diharapkan berandil besar dalam mencetak pribadi anak didik yang berkarakter lurus, dimana posisinya sebagai pondasi tempat berpijaknya pilar-pilar ilmu pengetahuan yang jika ia miring maka berpotensi miring pula pilar yang akan berdiri di atasnya. Karena itu, segala usaha yang dilakukan untuk tujuan meningkatkan kualitas pendidikan di SD haruslah benar-benar mantap dan meyakinkan. Terutama buku teks pelajaran sebagai salah satu sumber ilmu yang wajib dimiliki oleh siswa haruslah benar-benar menjadi perhatian serius dalam pengelolaannya. Terlebih lagi buku teks pelajaran agama yang dimaksudkan tidak hanya untuk memberikan pengetahuan agamaMuhammad Abdurrahim SubairThis study focused on the search and identification of problematic use of Islamic Religious Education lesson books Elementary School by taking samples at SD 01 Lalebbata da SD Murante Palopo. The research problem is how textbooks Islam is exploited? how the utilization of the subject matter in the book and its relevance to the purpose of education to improve students' devotion and shaping behavior that noble ?. Operationalize the descriptive qualitative research method. The results showed that the general distribution of the utilization of the book Islamic Religious Studies PAI curriculum, 2006 at State Elementary School SDN Palopo not be a critical problem because of the use of BOS funds. Problems then just look at the mechanism of utilization of PAI books, for example in the use of religious subject matter in the book PAI are not relevant to the purpose of national education to create didika participants are devoted to Allah SWT. Relevanan lack is evident from the number of materials over religious rituals worship as compared with the material that introduces God as a substance which should dieknali and loved by humans. Learning strategies with the dominant religion of the subject matter more to load the religious rituals can be bad for students, where they're treated early with many television shows that divert them from the love of Jantung AmaliaThe purpose of education in Indonesia is to educate the life of the nation which has been presented in the preamble of the 1945 Constitution to educate the nation to achieve the goal of education, the national development in the field of education as a whole, continuous and sustainable. Development in the field of education is one effort to improve the quality of the nation. A quality nation is a nation that will advance education. In the curriculum of 2013, the learning which initially embraces the learning of subject matter becomes thematic learning. The approach used in this study is a qualitative approach, which in the qualitative approach can generate descriptive data in the form of written words or oral form of someone. Qualitative approach used in this research because in this research analyze a book. The results of the discussion in this study are In the spiritual dimension is in the category less feasible because many activities are less emphasis on sentences that contain spiritual elements. In this spiritual usnur free from the elements of SARA, pornography. On the social dimension is considered very high displays social aspects that reach 100% very feasible, almost every activity. In the percentage of knowledge dimensions obtained is very feasible for use by students and the 83% skills dimension is very reasonable in terms of reasoning, problem pada point 1 dengan Teks berjudul "Buaya Muara Milik PaeranMembedakanMembedakan teks hasil observasi "Teks pada point 1 dengan Teks berjudul "Buaya Muara Milik Paeran"".Upik dan Kue Stroberi" dan "Tukang Pijat Keliling" 2. Memaknai teks cerita pendek "Ibu" 3. Membedakan teks cerita pendek dengan jenis cerita lainnya 4. Menyusun teks cerita pendekMemahamiMemahami teks cerita pendek "Upik dan Kue Stroberi" dan "Tukang Pijat Keliling" 2. Memaknai teks cerita pendek "Ibu" 3. Membedakan teks cerita pendek dengan jenis cerita lainnya 4. Menyusun teks cerita pendek
6PXzP. p8wt908x3v.pages.dev/902p8wt908x3v.pages.dev/707p8wt908x3v.pages.dev/665p8wt908x3v.pages.dev/816p8wt908x3v.pages.dev/197p8wt908x3v.pages.dev/494p8wt908x3v.pages.dev/705p8wt908x3v.pages.dev/634p8wt908x3v.pages.dev/610p8wt908x3v.pages.dev/873p8wt908x3v.pages.dev/61p8wt908x3v.pages.dev/657p8wt908x3v.pages.dev/558p8wt908x3v.pages.dev/90p8wt908x3v.pages.dev/942
karakteristik kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa indonesia